Lingga Baganti- 22

632 88 1
                                    

"Apa Finola punya jimat atau semacamnya?"

Semua orang mengalihkan tatapannya pada Luna setelah Saddam bertanya, yang merupakan teman sekamar Finola. Gadis itu terdiam sebentar seperti mengingat, lalu dia mengangguk ragu sembari menatap Saddam.

"Gue gak yakin itu jimat atau gak, tapi emang beberapa hari yang lalu, Fio mamerin gelang barunya. Tapi menurut gue gelang itu bukan gaya Fio, gelang itu terlalu jelek dengan tali hitam."

Saddam terdiam, memikirkan sesuatu.

"Apa gelang itu kayak potongan tumbuhan busuk yang diikat sama benang hitam?" tanyanya.

Luna mengangguk cepat. Ya, dia ingat bahwa begitulah ciri-ciri dari gelang baru Finola.

Saddam menghela napas. "Itu bukan gelang, lebih buruk dari jimat. Di mana gelang itu sekarang?"

"Di kamar."

"Boleh gue minta tolong ambil gelang itu? Benda itu harus dihancurkan."

Luna mengangguk, ia akan segera berlari kembali ke asrama, sebelum Saddam menghentikannya lagi.

"Luna, tunggu. Jangan pergi sendiri, ada yang ngikutin Lo, mungkin itu pengaruh energi jimat itu."

Semua orang saling tatap setelah kalimat Saddam, hingga pada akhirnya Paris mengajukan diri.

"Biar gue aja yang nemenin Luna."

Setelah kepergian Luna dan Paris kembali ke asrama, semua orang hanya diam saling berpandangan sekarang, menunggu apa yang akan dilakukan oleh Saddam.

Sedangkan pemuda berkaca mata itu di depan sana menghela napas lelah, peristiwa aneh tidak henti terjadi di Lingga Baganti membuat batinnya lelah. Ia juga harus mengeluarkan energi dan tenaga yang cukup besar, untuk ia tidak sendiri, Daniel selalu membantunya, meskipun hanya semampu yang arwah Belanda itu bisa.

Ketika Daniel mengatakan bahwa Finola yang mengundang roh jahat itu, Saddam sempat bingung, tapi ia ingat tentang kejadian yang belakangan ini terjadi mungkin membuat Finola lelah dan ketakutan. Dan yang ada dalam otak Saddam adalah, kemungkinan Finola meminta jimat dari seseorang untuk membuatnya aman. Tapi jimat itu malah membuatnya berada dalam bahaya.

Lagi-lagi Saddam menghela napas, ia hanya memakai piyama khas Lingga Baganti yang tidak mampu melindungi tubuhnya dari hawa dingin. Begitu pula dengan OSIS lainnya, bahkan sekarang mereka saling berdekatan satu sama lain meminimalisir rasa dingin yang menusuk kulit.

Berbeda dari yang lain, Fannan yang jelas adalah siswa non-asrama masih memakai seragam sekolahnya, dan pasti cukup hangat karena sweater sekolah yang melapisi kemeja putih.

Saddam mengernyit, kenapa ia mencium bau energi lain di sekitar sini. Pemuda itu menoleh ke belakang, tepat pada Fannan yang sama sekali tidak menatap pada Finola sedari tadi. Pemuda itu menatap pada kolam ikan, dan bisa dengan jelas dalam penglihatan Saddam, pemuda berambut pirang menyunggingkan senyumnya, sangat tipis, tapi jelas sekali itu sebuah senyuman.

"Saddam."

Suara Isamu mengalihkan perhatiannya.

"Lakuin sesuatu, kita gak bisa biarin Finola dalam keadaan kayak gini," ujarnya lagi.

Saddam menatap ke depan, ke arah Finola yang tengah menari. Mendengus sebelum melangkah pasti menghampirinya.

Seiringan dengan langkah Saddam dan Daniel yang mengikutinya di belakang, gerakan tarian Finola berhenti. Ia berbalik menatap Saddam dengan matanya yang hitam pekat, membuat para OSIS lain yang melihatnya ketakutan.

Roh jahat yang ada di dalam tubuh Finola tertawa, sangat keras dan terkesan meremehkan.

"Keturunan Kama dan anjing peliharaannya, lihat betapa menjijikkannya si pirang di belakangmu."

Roh jahat itu benar-benar menghina Saddam dan Daniel.

Saddam menaikkan sebelah sudut bibirnya, merasa tertantang dengan roh satu ini.

"Tidak lebih menjijikkan dari pelacur yang mati disaat tengah melakukan tugasnya itu." Para OSIS jelas sekali mendengar kekehan Saddam.

Tampak Finola mengepalkan tangannya. "Bicara sekali lagi atau aku bawa anak ini."

"Kamu tidak bisa membawanya, roh jahat yang mati penasaran lalu dibuang menyedihkan di Lingga Baganti. Bahkan kamu tidak bisa keluar dari sini," balas Saddam.

"Anak sialan! Oh anak yang diramalkan, kamu hanya bisa menghina tanpa melihat diri kamu sendiri. Jiwa yang kosong dimanfaatkan sebagai wadah, yang bahkan tidak mengingat masa lalunya sendiri. Asal kamu tahu Keturunan Kama, kamu penghianat yang sebenarnya!" Finola tertawa, tawanya menggelegar.

Saddam menggertakkan giginya, menatap tepat pada kening Finola dengan tajam. Roh jahat ini bisa membaca masa lalunya yang bahkan tidak ia ketahui.

"Dan si pirang di belakangmu, aku senang karena kamu menderita dengan banyak. Kamu tidak ada bedanya dengan Keturunan Kama ini, arwah yang bahkan tidak tahu kenapa dia mati. Betapa menyedihkannya." Finola terkekeh, kekehan yang terdengar sangat menyeramkan.

"Jangan besar kepala, melihat kamu bisa mengusir para utusan itu dengan mudah hanya karena energi yang diturunkan oleh orang terdahulu kepadamu. Kamu akan kalah telak, karena aku tidak akan membiarkan kamu menggagalkan rencana Iblis Hitam!"

Saddam terdiam, ia menatap Daniel yang diangguki oleh arwah tersebut.

"Roh Jahat ini telah dirasuki."

Saddam menghela napas. Ia menoleh ke belakang menatap satu persatu para OSIS.

"Roh jahat yang merasuki Finola adalah arwah seorang penari masa penjajahan. Dia dibunuh ketika tengah melayani tamunya, pria bangsawan berkulit putih dan berambut pirang. Rohnya gentayangan dan menganggu semua orang hingga ia dibuang ke tempat ini. Dia menaruh dendam yang sangat kepada setiap orang berkulit putih dan berambut pirang, termasuk Daniel."

Lalu Saddam kembali menatap Finola di sana.

"Kamu salah, aku bukan jiwa kosong yang diperuntukkan sebagai wadah. Aku tahu betul siapa aku dan roh yang dipenuhi iri dengki seperti kamu, sama sekali bukan lawanku."

Roh jahat itu marah dengan kalimat Saddam, dia berteriak penuh amarah, langkahnya sangat cepat ke arah Saddam dan dengan sekali kedipan telah mencekik leher pemuda berkaca mata itu.

Pada OSIS terpekik, melihat Saddam dicekik oleh Finola.

Roh itu berteriak, kali ini bukan suara Finola yang keluar, tapi suara yang sangat menyeramkan, suara asli roh itu.

"AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN KAMU MENGGAGALKAN RENCANA IBLIS HITAM! KAMU HARUS MATI!"

Daniel di samping Saddam menatap roh itu tajam.

"Lepaskan!" desisnya tapi tidak diindahkan oleh roh itu.

"Saddam!" Isamu berteriak, melihat Saddam tidak bergerak.

Daniel menepuk bahu Saddam, membuat pemuda itu terbatuk. Menatap pada manik Daniel. "Tolong." Pemuda itu kepayahan karena roh jahat itu benar-benar telah dirasuki sepenuhnya oleh Iblis Hitam.

Daniel mengangguk, ia berusaha memegang tangan Saddam, menggerakkannya untuk memegang tangan Finola yang tengah mencekiknya.

Saddam berhasil meskipun kepayahan, dengan energi yang diberikan Daniel membuat keadaan berbalik. Saddam memegang kuat tangan Finola dan melepaskan cekikan gadis itu dengan kuat. Dan sekarang balas Saddam yang mencekik gadis itu.

Pemuda berkaca mata itu mengatur napasnya. "MANUSIA TIDAK AKAN PERNAH KALAH DARI ROH MENYEDIHKAN SEPERTI KAMU!"

Para OSIS di belakang sana benar-benar ketakutan, mereka takut akan terjadi sesuatu.

"Saddam, jangan terlalu kasar, dia masih Finola." Hikaru bersuara.

Saddam menoleh ke belakang. "Gue benar-benar butuh jimat itu."


Lingga BagantiWhere stories live. Discover now