Lingga Baganti- 8

802 96 0
                                    

Para OSIS itu segera berlari ke asmara, untunglah OSIS memiliki posisi satu tingkat di atas siswa biasa, dan Isamu yang terkenal tegas bisa mengecoh penjaga agar mereka bisa lolos dari sekolah dengan mudah.

Dan tentang Ramu, Daniel mengerahkan lebih banyak energinya untuk menahan pemuda itu. Dan sekarang hanya mereka berdua yang berada di Klub Memanah setelah seluruh siswa dievakuasi. Para OSIS juga telah meminta anggota klub itu untuk tidak membuat keributan dan suasana sekolah tetap aman.

"Gue pernah baca di salah satu forum yang ditulis sama alumni, katanya di belakang asrama ada makam tentara Belanda." Hikaru berujar membuat semuanya menoleh.

"Paris, dimana Ramu kesandung?" tanya Isamu.

"Gue gak tahu, gue cuma denger sekilas. Gue gak dekat sama Ramu," jawabnya membuat OSIS di sana menghela napas.

Mereka semua mengarahkan pandangan pada tempat yang luas dipenuhi tumbuhan hijau di belakang asrama ini. Tempatnya di saat malam akan jadi menyeramkan karena minimnya penerangan dan juga suasana yang sepi. Dan juga tidak ada individu yang akan bermain di sekitar sini, tempat ini terlalu sepi dengan hawa yang tidak nyaman.

"Itu berarti kita harus cari di seluruh penjuru halaman ini?" Kaivan bertanya.

"Terlalu susah, tempat ini penuh sama semak belukar dan tumbuhan rambut," ujar Edrea.

Rasanya mereka benar-benar patah semangat ketika melihat tumbuhan tajam yang memenuhi halaman itu, tempat ini lebih baik disebut hutan daripada halaman belakang, karena faktanya memang mereka semua dilarang memasuki area ini.

Isamu menggeleng. "Gak, jangan nyerah dulu. Kita OSIS, kita gak akan biarin satu siswa pun terganggu akibat hal aneh ini."

Paris mengangguk. "Meskipun gue gak akrab sama Ramu, tapi gue yakin kalo dia pasti menderita, gue bisa liat matanya yang frustasi."

Cathan menghela napas. "Hikaru, coba liat forum yang Lo baca itu. Siapa tahu kita punya petunjuk tentang dimana letak pasti makam Belanda itu."

"Gue lupa bawa ponsel Cathan, ketinggalan di asrama!" Hikaru benar-benar frustasi sekarang.

"Kayaknya kita gak ada pilihan lain selain cari ke seluruh penjuru halaman ini," ujar Finola.

Ketika semua OSIS itu akan segera beranjak, Saddam yang sedari tadi diam menghadang mereka.

"Tunggu."

Semuanya sekarang menatap lekat pada pemuda berkaca mata, menunggu apa yang akan ia katakan.

Manik Saddam menatap lurus ke depan, sepertinya ia melihat sesuatu yang hanya ia seorang yang bisa melihatnya.

"Tempat ini dipenuhi aura gak nyaman, dari tadi mereka ngelirik tajam sama kita. Kita gak diperbolehkan untuk menggeledah tempat ini," ujarnya.

Kaivan menghela napas. "Terus, kalo gak kita geledah satu persatu, gimana caranya kita bisa nemuin makam itu? Kita juga udah kehabisan waktu Saddam, bentar lagi bel bunyi."

Saddam tidak menghiraukan ucapan Kaivan, ia justru sedari tadi tetap fokus ke arah depan, di mana ada dua sosok yang berdiri di sana. Saddam mengulas senyuman tipis, tampaknya itu sebuah petunjuk.

"Gue ngerasa ada energi negatif yang sangat besar di depan sana, kita harus ke sana." Semua OSIS menatap pada arah telunjuk Saddam, lalu saling tatap satu sama lain.

Isamu yang lebih dahulu mengambil langkah, diikuti dengan Saddam di sampingnya. Semak belukar yang lumayan tajam membuat mereka harus berhati-hati, tukang kebun Lingga Baganti tidak pernah membersihkan sampai ke area ini.

Sebenarnya, di balik kebebasan siswanya, Lingga Baganti mempunyai peraturan yang sedikit aneh juga dari dulu. Hanya saja, peraturan itu bertambah aneh setelah kedatangan Kepala Sekolah baru.

Mereka memasuki wilayah yang lebih rindang, pohon besar dan tidak banyak cahaya yang berhasil melewati tempat ini membuatnya seakan-akan menyeramkan.

"Di mana makamnya Saddam, kata Lo di sini." Fannan menatap sekeliling, semakin jauh mereka berjalan, semakin samar suara kebisingan sekolah terdengar.

Hikaru berdecak, ia baru saja digigiti nyamuk. "Gue gak pernah tahu kalau area belakang asrama seseram ini."

Saddam menatap semua orang di sana. "Kalian sebaiknya memperhatikan setiap sudut. Ingat, ada clue yang disampaikan oleh Ramu."

"Ramu bilang kalau ada pedang yang nancap di kepalanya." Finola berujar.

"Apa artinya itu Saddam?" Saddam menatap ke arah Paris yang baru saja bertanya.

"Ketika suatu roh dirasuki, biasanya akan ada sesuatu yang mengganggu makamnya. Mungkin ada pedang yang menancap di sana," jelas Saddam yang membuat semua orang saling lirik satu sama lain.

"Saddam, ini bahaya gak sih? Jangan sampai kita mau nolongin orang, malah nyawa kita sendiri yang jadi taruhan." Kaivan berujar kesal, ia sedari tadi sudah sangat ketakutan, ditambah tidak ada titik terang di mana letak makam yang mereka cari.

Saddam menghela napas, ia bisa melihat bahwa para OSIS yang lain memang ketakutan. Wilayah ini bukan tempat untuk dikunjungi sesuka hati, ada banyak rahasia yang bertebaran di sepanjang tanahnya yang basah.

"Selagi kita gak punya niat buruk, semua akan baik-baik aja," ujar Saddam pada akhirnya.

Saddam berjalan ke depan lebih dahulu, ia mulai menggeledah satu persatu tempat yang dilingkari pohon-pohon besar itu, aura negatif yang ia rasakan berpusat di tempat ini.

Para OSIS mau tak mau pun ikut mencari, mereka dengan takut-takut mulai memeriksa semak belukar yang tumbuh dengan tinggi di sana, anehnya bagian tengah tempat ini malah dipenuhi rumput biasa, seperti menang dirancang berbentuk seperti lingkaran.

Kaivan menghela napas. "Huh, harusnya gue berpikir dua kali buat masuk organisasi."

Isamu di depan sana menatap Kaivan jengah. "Gak ada gunanya berandai-andai Kai, lebih baik sekarang Lo lebih fokus agar semuanya cepat selesai."

Kaivan hanya mengangguk lemah, Ketua OSIS-nya itu terlalu tegas untuk dilanggar perintahnya.

Sedangkan Saddam di sana terdiam, aneh sekali ia tidak bisa merasakan letak pasti energi negatif itu, ia hanya merasa bahwa energi itu berpusat di tempat ini. Pandangannya beralih pada Paris, ada energi aneh yang dirasakan Saddam pada tubuh pemuda itu. Bahkan sedari ia memasuki Klub Memanah.

Apa semua ini berhubungan dengan Paris? Tapi Saddam tidak bisa merasakan karma pada diri anak itu. Ini benar-benar aneh, sebenarnya apa yang terjadi di Lingga Baganti?

Saddam menatap sosok yang sedari awal mereka memasuki halaman belakang telah memperhatikan para OSIS, Saddam yakin sekali bahwa itu adalah penunggu tempat ini, dan anehnya Saddam hanya merasakan energi yang datar pada sosok itu.

Saddam berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi di sini, sebelum otaknya merangkai beberapa kemungkinan yang menurutnya cukup masuk akal. Ia kembali ditarik pada kenyataan ketika melihat Paris terjatuh. Pemuda itu baru saja tersandung.

Para OSIS mulai mendekati, berniat membantu sebelum mata mereka semua membulat ketika melihat faktor yang mengakibatkan Paris tersandung.

••••
Jangan lupa vote and komen semuanya, agar cerita ini berkembang dan para OSIS Lingga Baganti lebih dikenal luas.
••••

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now