Lingga Baganti- 16

673 87 4
                                    

Para OSIS itu berlari, bekerja sama mengamankan tempat itu. Paris dan Finola mengarahkan semua murid ke tempat yang lebih aman, Kaivan dan Luna membawa dua penari yang terluka ke unit kesehatan. Sekarang tertinggal 6 anggota OSIS di sana termasuk Edrea yang shock tentunya dengan peristiwa ini.

Saddam berlari, gadis pengatur lampu yang baru saja terjatuh itu telah dirasuki oleh arwah yang dilihatnya tadi. Firasatnya dari awal memang telah berbicara, akan ada hal yang terjadi di acara ini, terlebih ketika Saddam melihat gaun yang dipakai oleh Edrea, Saddam merasa gaun itu tidak harus di sini.

Langkah Saddam seperti sia-sia, karena gadis yang bernama Sasta itu memiliki kecepatan arwah. Dia dengan cepat menawan Edrea yang memang sedari awal menjadi tujuannya, mencekik gadis malang itu hingga tubuhnya terangkat ke udara.

Orang-orang yang tersisa di sana menutup mulut, ini adalah kejadian terparah yang pernah mereka lihat.

"SADDAM, LAKUIN SESUATU!"

Teriakan Isamu menggema, meskipun pemuda itu perlahan mundur. Semua orang mundur, tidak berani berada di sekitar Sasta yang tengah dirasuki, apalagi teriakan kesakitan Edrea yang membuat semua orang menatap iba, tak urung juga ketakutan.

Saddam menghela napas, menatap Daniel di sampingnya yang menatap tajam kepada arwah itu.

"Dendamnya sangat pekat, Saddam. Kebenciannya sangat kuat."

Saddam mengiyakan, ia pun merasakan aura negatif yang benar-benar mengganggunya.

Ketika Saddam telah berada di hadapan Sasta, mata gadis itu yang menghitam seluruhnya tersenyum-menyerinyai kepada Saddam.

"Kamu seharusnya tidak ikut campur."

Saddam menghela napas. "Ini bukan tempatmu."

Sasta tertawa. "Aku telah lama berada di sini." Lalu menunjuk Saddam dengan bengis.

"Kamu anak ingusan yang bahkan tidak mengetahui masa lalunya sendiri lebih baik diam."

Saddam berdecak, situasinya sangat genting dan tidak memungkinkannya untuk berdialog lebih banyak dengan arwah ini.

"Lepaskan dia, dia tidak punya masalah denganmu."

Sasta terkekeh. "DIA MEMAKAI GAUNKU!"

Mengangkat sebelah alis, Saddam tahu dari mana permasalahannya di sini. Tiba-tiba gadis itu menangis.

"KALIAN TIDAK AKAN PERNAH TAHU! MEREKA MENGAMBILNYA! MENGAMBIL GAUNKU DENGAN PAKSA! MEREKA MEMPERLAKUKANKU BAGAI BINATANG!" Lalu ia tertawa.

"Sekarang aku hanya mengambil hak-ku."

Lalu ia menangis kembali. "Gadis ini!" Menunjuk Edrea.

"Dia sangat sempurna! Dia bersinar! Dia mengingatkanku dengan gadis sialan itu! Dia dan temannya dengan tega meninggalkanku di tempat ini hingga mati mengering, mereka tidak merasa bersalah sama sekali! Aku menderita di sini! Sendirian!"

"Tapi dia bukan dia yang mencuri gaunmu!"

"DIA MENCURINYA! DIA MEMAKAINYA SEKARANG! AKU! AKU YANG SEHARUSNYA BERADA DI POSISINYA!"

"Dengar, masamu dan masa kami berbeda. Dendammu yang membuatmu masih berada di sini sampai sekarang, kamu tidak tenang, kamu harus melepaskan semuanya. Dendam tidak akan membuatmu menang, dan dengan melampiaskan semuanya kepada Edrea, itu tidak akan membuat takdir berubah. Kamu hanya akan membuatnya semakin sulit dan kamu tidak akan pernah pergi ke akhirat."

"AKU TIDAK INGIN KEMBALI KE SANA! AKU AKAN DI SINI, TARIANKU BELUM SELESAI!"

Saddam menghela napas, lalu menunjuk tepat pada kening Sasta.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now