Lingga Baganti- 2

1.2K 110 7
                                    

Hari pertama sekolah setelah empat peraturan baru diterapkan. Perbedaannya benar-benar terlihat, di mana seluruh jendela ditutupi dengan tirai, suasananya tidak seperti biasa. Meskipun kondisi di dalam masih sangat terang karena lampu, tapi tetap saja para murid tidak bisa melihat ke luar jendela lagi ketika merasa bosan dengan suatu pelajaran.

Selain itu, perbedaan yang signifikan adalah tentang larangan memakai perhiasan dan lain sebagainya. Tidak ada kuku yang terlihat berwarna pagi ini, dan juga rambut para siswa telah kembali berwarna hitam.

Lain halnya dengan hari-hari sebelum kepala sekolah baru yang entah dari mana munculnya, para murid benar-benar sangat lesu sekarang. Mereka hanya membawa buku pelajaran di dalam tas, tidak ada yang bisa menyelundupkan cemilan ataupun bacaan-bacaan menyenangkan lainnya.

Ini baru beberapa menit sebelum bel pertama dimulai, para murid masih banyak yang berdatangan. Gedung ini sangat besar dan tinggi, karena dibangun pada jaman Belanda, Lingga Baganti benar-benar tampak seperti bangunan tua nan klasik.

Tapi suasana yang tenang di pagi hari itu tak berlangsung lama, murid-murid yang masih berada di luar tiba-tiba saja terpekik ketika melihat hal yang terjadi di depannya.

Di sana, tampak Kepala Sekolah mereka yang baru menarik rambut seorang siswi yang berwarna merah muda, kepala sekolah itu membotaki rambut siswi malang itu tanpa sisa.

Yang melihat hanya bisa menutup mulut terkejut, tak percaya. Siswi itu benar-benar dibotaki, rambutnya benar-benar habis tanpa sisa. Waktu seakan-akan berhenti ketika para murid sibuk dengan keterkejutannya dan mematung di tempat.

Siswi itu menangis, memunguti rambutnya yang berserakan lalu melemparnya pada kepala sekolah. Siswi itu menatap tajam pria tinggi di depannya.

"Saya tahu saya salah, tapi apa pantas seorang kepala sekolah memperlakukan seorang siswi seperti ini?!" Siswi itu menunjuk-nunjuk si kepala sekolah. "Anda bukan manusia!"

Setelahnya siswi itu berlari keluar, yang mengarah pada gedung asrama.

Kepala Sekolah itu hanya menatap datar siswi itu, lalu pandangannya beralih kepada semua orang di sana. Para murid yang masih dengan keterkejutannya pun saling melirik canggung, kembali melanjutkan langkah mereka meski dengan perasaan tak menentu.

Bagaimana bisa seorang Kepala Sekolah melakukan hal keji seperti itu kepada muridnya? Bahkan dia adalah seorang gadis?

Mata Kepala Sekolah itu kembali mengedar, lalu berhenti pada siswa yang sama, pria itu menghentikan langkahnya membuat para murid kembali berhenti melihat apa yang terjadi.

Oh tidak. OSIS itu terlalu berani, dia bahkan sama sekali tidak mengganti warna rambutnya dan membiarkan warna pirang itu terlihat mencolok dengan seragam hitam dan kulit putihnya.

"Saya rasa kamu sudah saya peringatkan, Fannan Ganendra."

"Tapi ini adalah rambut asli saya Pak, saya tidak mungkin mengubah warnanya, rambut saya akan rusak," ujarnya.

Kepala Sekolah itu menatap datar ke arah OSIS yang diketahui bernama Fannan itu, dia seorang blesteran. Atau bisa dibilang, satu-satunya murid dengan darah campuran di Lingga Baganti.

"Ini terakhir kalinya saya melihat warna rambut itu."

Setelah mengucapkan itu, Kepala Sekolah berlalu dari hadapan Fannan. Menimbulkan tanda tanya besar dalam diri pemuda itu, bahkan juga para siswa. Kenapa Fannan bisa lolos? Sedangkan siswi tadi benar-benar dibotaki hingga rambutnya habis tak tersisa.

★★★

Gema bel makan siang telah berbunyi beberapa waktu yang lalu. Para murid telah memenuhi tiap penjuru kantin, kembali membentuk kelompok.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now