Lingga Baganti- 21

642 91 6
                                    

"Terimakasih untuk makanannya!"

Kalimat serempak dari tiga ratus lebih individu di sana menjadi pertanda selesainya acara makan malam mereka.

Satu persatu dari mereka mulai berdiri. Makan malam adalah pengakhir kegiatan mereka selama seharian ini, dan saatnya untuk kembali ke kamar asrama.

Dahulu sebelum peraturan baru diberlakukan, para individu masih bisa berkeliling dan mengobrol setelah makan malam, tapi sekarang semuanya harus ditahan, para penjaga asrama akan menangkap mereka jika ketahuan berkeliaran di luar kamar asrama.

Isamu terdorong ke depan ketika seseorang merangkul pundaknya. Melihat ke samping, ah ternyata teman sekamarnya, sebut saja Mike.

Pemuda itu tersenyum. "Game sebelum tidur?"

Isamu mengangkat sebelah alisnya, lalu mengangguk. Keduanya tertawa, berjalan keluar dari ruang makan malam. Kamar keduanya berada di lantai satu, tidak terlalu jauh dari ruang makan malam, tepat satu kamar setelah tempat resepsionis berjaga.

Keduanya berjalan memasuki kamar asrama, diikuti dua orang teman sekamar lainnya. Ah jangan hiraukan dua orang itu, malam ini mereka akan absen dari pertandingan malam dan memilih tidur lebih awal.

Komputer telah dinyalakan, disela-sela permainan mereka berbincang kecil untuk mengusir rasa kantuk.

"Gue baru tahu lho kalau siswa pendiam di kamar 4444 itu anak OSIS."

Kalimat Mike membuat Isamu mengernyit, pemuda itu bergumam kecil. "Hmm dia emang kurang bersosialisasi, tapi dia profesional kok, kinerjanya bagus."

"Siapa sih namanya? Soodam? Midam?"

"Saddam, namanya Saddam Delana."

Terlihat Mike mengangguk. "Hmm rumor yang bilang kalo dia temenan sama arwah anak Belanda itu bener gak sih?"

Isamu terdiam sebentar, arwah anak Belanda yang Mike maksud pasti Daniel Ogawa. Meskipun pernah melihat pemuda keturunan Jepang-Belanda itu secara langsung, tapi Isamu rasa ia tidak mempunyai hak untuk mengatakan tentang kebenarannya kepada orang lain.

Itu berakhir dengan Isamu mengangkat bahunya. "Gak tahu, gue gak pernah nanya. Lagian itu anak tertutup banget."

Lagi-lagi Mike mengangguk. "Bener juga ya, dia juga aneh banget keliatannya. Eh, tapi tentang dia yang Indigo itu bener kan?"

Isamu mengernyit. "Lo tahu dia indigo?"

Kali ini Mike yang mengangkat bahunya. "Gatau, tapi kelihatannya sih gitu. Gue punya Om Indigo, dan gelagatnya mirip banget sama Saddam. Dan dari jawaban Lo tadi, gue yakin sih dia bener-bener bisa ngeliat hal yang gak bisa kita lihat."

Isamu hanya diam, ya harus dijawab apalagi memangnya? Kebenarannya memang Saddam adalah seorang Indigo.

Tak terasa disela obrolan itu, telah setengah jam lamanya mereka berperang dengan komputer, saling menyerang satu sama lain. Hingga Mike berteriak kesal karena dengan jelas di layar komputernya tertulis 'You Lose' yang berarti permainan dimenangkan oleh Isamu.

Isamu tertawa puas, ini kemenangan beruntunnya. Saking lepasnya tawa Isamu, seorang pemuda yang tadi telah menyelami mimpi di ranjang paling atas melemparinya dengan bantal.

Isamu ingin balas melempari pemuda itu kembali dengan bantal, tapi pintu kamar mereka tiba-tiba diketuk membuat ketiganya mengangkat kepala saling tatap satu sama lain.

Siapa yang mengetuk malam-malam di saat jam tidur ini?

Isamu berdiri, berniat membukakan pintu melihat siapa yang mengetuk. Terakhir kali pintu kamar mereka diketuk seperti ini adalah saat seorang siswa melaporkan kehilangan anjingnya.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now