Lingga Baganti- 19

692 100 6
                                    

OSIS adalah organisasi siswa tertinggi di sekolah, mereka mempunyai wewenang yang cukup luas menyangkut para murid di Lingga Baganti. OSIS mempunyai sepuluh anggota, dari berbagai kelas, latar belakang dan organisasi lain yang mereka ikuti.

Jika kalian pikir para OSIS akrab satu sama lain, sebenarnya tidak juga. Selayaknya individu pada umumnya, mereka juga mempunyai kelompok sosial yang berbeda. Terlebih mereka juga bergabung dengan organisasi yang berbeda, selain OSIS itu sendiri.

Seperti Paris, dia tergabung dalam Klub Memanah. Finola dengan Klub Pemandu Soraknya, Hikaru dengan Klub Bela Diri. Fannan, dia adalah salah satu dari lima DJ sekolah yang sangat populer.

Dan Saddam, bukan tanpa alasan dia memakai kacamata, dia adalah kutu buku. Tapi bukan siswa culun seperti dalam bayangan kalian, Saddam tergabung dalam Klub Membaca.

Seperti wataknya yang menyukai keheningan dan kesendirian, Saddam mengabdikan kehidupan SMA-nya dengan menghabiskan waktu di Perpustakaan sekolah. Tidak banyak siswa yang berada di Klub ini, para serbuk berlian itu lebih memilih menghabiskan waktu mereka dengan kegiatan yang sama mahalnya dengan berlian di tubuh mereka.

Dan siapa juga yang ingin menyambangi Perpustakaan dengan rak berdebu itu? Hanya Saddam dan beberapa anak lainnya. Biar ku beritahu agar lebih jelas, anggota Klub Membaca hanya berjumlah lima orang.

Tapi bisa dibilang mereka hanya berempat, karena Saddam sudah seperti makhluk tak kasat mata bagi mereka. Dari awal, pemuda berkacamata itu tidak pernah berbicara sepatah katapun kepada mereka. Dia hanya diam dipojok, dengan buku-buku tua berdebu yang ia ambil dari rak paling atas.

Dengan sifat seperti itu, siapa yang ingin mendekat terlebih dahulu kepadanya untuk menyapa? Ditambah rumor yang sedari kelas sepuluh telah mengikutinya, bahwa Saddam, murid yang tinggal sendiri di kamar terkutuk 4444, berteman dengan urban legend Lingga Baganti, yaitu arwah siswa keturunan Jepang-Belanda, Daniel Ogawa.

Meskipun sekarang para OSIS telah tahu, tapi para individu lain di sekolah itu masih belum tahu apakah rumor itu benar atau bukan.

"Saddam."

Empat pasang mata itu mengalihkan pandangannya, curi-curi pandang kepada penjaga perpustakaan yang baru saja menghampiri pemuda yang duduk menyendiri di sudut ruangan itu.

Saddam terdiam sebentar lalu mendongakkan kepalanya. "Ada yang bisa saya bantu, Bu?"

Wanita yang tampaknya telah berkepala empat itu tersenyum. "Boleh Ibu minta tolong? Kamu tahu rak buku paling belakang tempat penyimpanan buku-buku tua? Kita kedatangan buku baru Kamis nanti, dan telah kehabisan tempat untuk penyimpanan. Bisa kamu bereskan rak itu? Buku-bukunya kamu letakkan saja ke dalam kardus, nanti Isamu akan datang mengambil untuk diletakkan ke gudang penyimpanan."

Rak buku paling belakang, rak itu pasti sangat berdebu karena memang tidak ada yang berminat membaca buku di sana. Termasuk Saddam, buku-buku disana sangat tua dan hanya berisi tentang resep makanan jaman dahulu atau cara mencerahkan wajah secara tradisional.

Tapi Saddam hanya mengangguk, mungkin nanti ia bisa menemukan harta karun yang lebih baik dari pada cara membuat Rendang atau cara memutihkan wajah dengan tanaman herbal. Saddam tidak butuh itu, kulitnya sudah putih pucat, bahkan hampir sewarna dengan warna kulit Daniel yang benar-benar sepucat mayat.

Maka setelah penjaga perpustakaan itu mengucapkan terimakasih dan ijin untuk pergi, Saddam segera berdiri setelah menutup buku bacaannya. Mengalihkan pandangannya ke arah empat orang di seberang yang langsung berpura-pura tak melihatnya. Saddam hanya menghela napas, ia risih diperhatikan seperti itu.

Kemudian pemuda itu berjalan ke arah rak paling belakang dari perpustakaan besar ini.

Hal pertama yang Saddam lihat ketika sampai ke tujuannya adalah rak besar nan tinggi, berwarna hitam dan sangat berdebu. Rak yang satu ini benar-benar berbeda dari rak buku yang lain, keadaan buku-buku di sana juga sama, berdebu dan sangat tua.

Saddam menatap kardus yang telah disediakan di samping rak itu, lalu menghela napas. Pandangannya beralih pada Daniel yang berdiri di belakangnya, balas menatapnya dengan tatapan sama datarnya. Tapi bukan itu yang menjadi objek perhatian pemuda berkaca mata itu, adalah sesosok arwah perempuan dengan gaun putih yang berdiri di samping Daniel.

"Siapa?" Saddam bertanya kepada Daniel, tapi arwah itu hanya membalas dengan gelengan.

Saddam mengernyit, rambut sosok gadis itu menutupi seluruh wajahnya. Pemuda itu berjalan mendekat. "Siapa?" Lagi-lagi ia bertanya.

Gadis itu mendongak, menampilkan sebelah matanya yang tidak tertutupi rambut. Matanya berdarah dan hampir keluar, tampaknya gadis itu mencoba menakuti Saddam. Tapi sayang sekali, Saddam bahkan pernah melihat yang lebih mengerikan dari itu.

Saddam menatapnya datar. "Kalau tidak ada urusan lebih baik pergi."

Terdengar kekehan kecil dari gadis itu sebelum tubuhnya menembus dinding di belakang.

Lagi-lagi Saddam menghela napas, tidak memusingkan arwah pencari perhatian itu, ia mulai memindahkan buku demi buku dari rak paling bawah. Ketika sampai pada dua rak teratas, bahkan ketika Saddam memanjangkan tangannya ke atas sembari berjinjit, rak itu masih tidak tergapai.

Kakinya telah naik pada rak paling bawah, tangannya berhasil meraih buku-buku di sana. Tapi sayang kakinya tergelincir, mengakibatkan tubuhnya jatuh terduduk dengan buku-buku yang ikut berjatuhan menimpa tubuhnya.

Bunyi suara jatuhan itu membuat empat orang di sana berdiri, saling tatap satu sama lain.

"Saddam, Lo oke?"

Sedangkan di sana Saddam sibuk menyingkirkan buku-buku sialan itu dari tubuhnya. Saddam terdiam sebentar, selain karena pertanyaan dari salah satu anggota Klub Membaca itu, sebuah buku di depannya membuatnya membulatkan mata.

Perlahan Daniel berjongkok, jemari pucatnya menyentuh buku yang ditatap Saddam itu, sebuah buku berwarna coklat tua yang sangat lusuh dan berdebu. Tapi yang membuat aneh, buku itu seperti dilapisi oleh sesuatu kekuatan magis. Saddam bisa melihat cahaya oranye tua samar-samar di sekitar buku itu.

"Tampaknya hantu gadis tadi menjaga buku ini."

Ucapan Daniel membuat Saddam menatap ke arah dinding di mana gadis tadi menghilang. Saddam menatap buku tua yang bisa dirasakannya mempunyai kekuatan yang sangat kuat, tampaknya ia menemukan harta Karun yang ia pikirkan tadi.

"Saddam?"

Suara itu lagi. Saddam cepat-cepat berdiri, mengambil buku itu dengan hati-hati dan menyembunyikannya di balik sweater-nya.

Pemuda itu keluar dari rak belakang, menemukan empat orang itu tengah berjalan ke tempatnya.

"Lo oke Saddam? Tadi kami denger suara jatuh."

Saddam diam sebentar. Lalu menatap keempatnya datar.

"Gue ... jatuh, kaki gue kayaknya sakit. Bisa kalian beresin buku-buku itu dan letakin ke kardus? Gue harus balik ke asrama."

Kalimat Saddam itu membuat keempatnya menganga tak percaya. Gila, itu kalimat pertama Saddam untuk mereka semua. Pemuda itu berbicara kepada mereka.

Saddam benar-benar berbicara kepada mereka.

Keempat kompak mengangguk pelan. "Hmm, hati-hati."

★★★

Thanks untuk 1k pembaca semuanya, terimakasih telah membaca tanpa melihat jumlah pembacanya terlebih dahulu.

Lingga BagantiWhere stories live. Discover now