117. Querencia

535 39 0
                                    

"Kenapa nangis?" tanya Alvin. Rio menggeleng.

Setelah seharian kemarin Rio tidak bisa masuk karena pembatasan kunjungan, akhirnya pagi ini dia diizinkan masuk. Bahkan dengan keberuntungnnya bisa melihat Alvin siuman. Mengedipkan matanya dengan lemah bahkan dengan napas yang begitu berat. Alvin tersenyum di balik masker oksigennya menatap Rio yang tertunduk.

Tangannya bergerak hendak mengusap wajah itu. Rio menangkap tangan Alvin, menggenggamnya. Dadanya terasa sakit tiap mengingat kesalahannya pada Alvin. Betapa berdosanya dia sekarang.

"Jangan pergi lagi. Kalau aku bilang pergi artinya jangan tinggalin aku. Aku takut sendirian," ujar Alvin lirih. Rio mengangguk. Mengerti dengan ucapan Alvin. Dia tidak akan pergi, jelas tidak akan pergi. Alvin sendirian sekarang. Benar-benar sendirian tanpa keluarga kandungnya. Seorang anak yatim piatu dan sebatang kara.

"Kalian harus tetap bersahabat. Bahkan kalaupun ada yang salah, kalian harus saling memaafkan. Kalau sendiri-sendiri nanti kalian kesepian. Rasanya nggak enak sendirian tanpa sahabat. Nggak ada teman ngobrol, apalagi yang menghibur. Semuanya akan terasa hambar."

Rio manggut-manggut mendengar ucapan Alvin itu. Dia setuju untuk berbaikan dengan kedua sahabatnya. Dia akan melakukan itu sepenuh hati untuk Alvin. Alvin kembali mengulas senyum melihat Rio kembali menjadi sahabatnya yang penurut dan baik hati.

"Biboy... Aku pengen makan anggur," pinta Alvin membuat Rio mendongak. Dia masih memijat-mijat tangan Alvin yang bebas dari infuse.

"Setelah keadaan kamu baik, aku beliin anggur," ujar Rio. Sekarang jelas dokter tidak mengizinkan Alvin makan anggur.

"Aku pengennya sekarang," ucap Alvin.

"Sekarang?" tanya Rio memastikan. Dia mengangguk lantas berpamitan hendak membeli anggur. Mungkin saja dengan menuruti Alvin, remaja itu akan segera membaik. Seperti anak kecil yang sakit dan meminta es krim lantas setelah membeli es krim anak tersebut akan langsung sembuh.

Di luar Arghi dan Jofan segera berdiri melihat Rio baru saja keluar dari ruangan. Mereka penasaran dengan keadaan Alvin dan pembicaraan apa yang mereka lakukan. Karena, kemarin keduanya tidak bisa mengobrol dengan Alvin yang terbaring koma.

"Nana minta anggur, aku mau beli sebentar. Kalian bisa masuk nemenin Alvin," ujar Rio memberitahu keinginan Alvin. Arghi dan Jofan serempak mengangguk. Lantas masuk kedalam ruang inap Alvin. Pagi tadi Alvin sudah dipindah karena keadannya membaik dan sudah siuman.

Rio berlari ingin segera mendapat anggur sehingga bisa menemani Alvin kembali. Bunda dan ayahnya sibuk di rumah Alvin menjadi pihak keluarga yang menerima tamu pelayat dan menjadi pengurus pemakaman nenek Anti. Semalam dia selalu mengabari tentang keadaan Alvin bahkan pagi ini dia dengan senang memberitahu Alvin siuman. Ica senang bukan main, dia akan pergi ke rumah sakit setelah rumah mulai sepi pelayat. Dia juga ingin melihat Alvin yang siuman.

"Pak, beli anggur yang biasanya ya, satu kilo," pinta Rio pada sang penjual. Beberapa pembeli juga memesan anggur. Sepertinya hari ini banyak yang menginginkan anggur. Wajar saja karena cuaca begitu panas. Semangka juga buah yang cukup banyak dicari hari ini.

Tiba-tiba ponselnya berdering. Dia menerima anggur pesanannya dan memberi uang seratus ribuan. Harganya naik hari ini atau karena Rio sudah lama tidak membeli anggur jadi tidak tahu kalau harganya memang sudah lama naik. Dia menunggu kembalian sembari menerima telepon dari Arghi.

QuerenciaKde žijí příběhy. Začni objevovat