53. Biboy

178 18 2
                                    

"Mantul!" sorak Arghi saat melihat nama kontaknya sudah diganti oleh Rio menjadi Aan. Mereka juga mengganti nama kontak di hp masing-masing menjadi nama telaan. Bahkan sepakat memanggil sesuai nama yang ada di kontak mulai sekarang. Hanya Rio saja yang tidak suka dengan ide itu.

"Ganti Rio aja punyaku," pinta Rio dengan wajah putus asa. Alvin yang paling tegas menolak permintan dari Rio. Dia sendiri yang memberi nama istimewa tersebut kepada Rio. Seharusnya Rio senang karena dia menjadi yang istimewa untuknya.

"Aku yang buat, itu khusus buat kamu. Lagian sejak kecil kamu kan dipanggil gitu," ucap Alvin santai dan menyantap mie ayamnya. Sementara yang lainnya sudah selesai menghabiskan makan siang. Alvin selalu menjadi yang paling lambat.

"Ya kalo bagus nggak masalah, lha ini! Super jelek!" keluh Rio dan langsung mendapat pelototan instan dari Alvin. Remaja itu cepat-cepat menelan mie ayam di mulutnya dan menggenggam garpu di tangannya lantas menodongkannya pada Rio. Membuat Rio memundurkan wajahnya tidak ingin terkena garpu Alvin.

"Jelek?" geram Alvin. Arghi dan Jofan sudah tertawa terpingkal-pingkal melihat perdebatan kedua sahabat mereka. Tampak kekanakan.

"Cakep," jawab Rio mengalah.

Arghi menyemburkan tawa makin keras melihat wajah masam Rio yang mengalah dan tidak mau mendebat seorang Alvin. Alvin menurunkan garpunya dan manggut-manggut kemudian kembali sibuk makan sementara Rio menyeruput es tehnya. Arghi sungguh gemas dengan ide Alvin atas nama julukan untuk Rio.

"Biboy," panggil Arghi main-main. Rio melirik tajam pada Arghi, mencoba mengancamnya dengan tatapan matanya yang setajam silet. Nyatanya nyali Arghi tidak sebesar nyali Alvin, dia langsung menciut dan nyengir kuda sembari menunjukan peace sign. Hal itu membuat Jofan menahan gelak tawanya.

"Vin, tuh si Rio nggak mau dipanggil Biboy," adu Arghi mendapat pelototan tajam dari Rio. Namun, segera kalah oleh lirikan maut seorang Alvin. Rio mengembuskan napasnya pasrah. Membiarkan Arghi seenaknya memanggilnya dengan nama kecilnya itu.

Alvin sialan.

Jofan hanya menyimak tidak berani untuk ikut campur candaan tersebut. Bisa saja Rio benar-benar marah karena julukannya itu. Arghi seperti tidak belajar dari pengalaman saja, selalu saja menjahili Rio seenaknya. Mungkin kalau Alvin akan biasa saja bagi Rio tetapi kalau dengan yang lain jelas respon Rio akan sangat berbahaya.

"Aan, emang kamu pulang bareng siapa?" tanya Jofan dengan wajah santainya dan hal itu membuat tawa setan Arghi segera pudar. Wajahnya pucat seketika. Sementara Rio tersenyum culas dan segera buang muka memilih menatap es tehnya. Alvin tentu tidak peduli, itu urusan Arghi. Yang pasti dia pulang dengan motornya.

"Hehehe, cuma becanda tadi. Iya kan Vin, eh Na?" tanya Arghi menyenggol-ngenggol Alvin di sebelahnya.

"Apa? Aku nggak becanda, Rio sekarang dipanggil Biboy, sesuai kesepakatan," tegas Alvin tidak mau diajak kompromi. Jofan tersenyum lebar, saking lebarnya sampai-sampai hampir merobek pipinya. Bagaimana tidak? Di depannya dia disuguhkan ekspresi seorang Arghian yang nelangsa. Seperti orang yang telah habis kehokiannya.

Mereka akhirnya menyelesaikan makan siang dan pergi kembali ke kelas. Belum sampai di kelas, rombongan mereka dicegat oleh dua siswi yang memanggil Rio. Membuat langkah keempat remaja itu terhenti di ambang pintu. Rio menyahut dan menahan senyum saat melihat siapa yang datang menemuinya.

"Iya gimana?" tanya Rio. Sekuat mungkin dia menetralisasi degup jantungnya bahkan mengendalikan ekspresi wajahnya agar terlihat biasa saja. Arghi dan Jofan yang melihat itu sudah bisa menebak perasaan Rio, sedangkan Alvin sama sekali tidak tahu kalau siswi berambut pendek tersebut adalah siswi yang disukai Rio. Dia satu-satunya orang yang tidak peka dan tidak diberi tahu. Membuatnya hanya melengos ingin segera ke kelas tanpa peduli pada ekspresi Rio.

QuerenciaWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu