90. Kecemburuan

254 18 0
                                    

Sudah hampir setengah semester berlalu. Basket di sekolah hanya bisa membawa piala peringkat kedua. Dikalahkan SMA lain yang berasal dari Jakarta. Tidak masalah, masih ada tahun depan. Rio mendapat juara di perlombaaan silat dan olimpiade fisikanya. Tidak sia-sia dia selalu bolos saat pelajaran dan memilih untuk berlatih sampai terkantuk-kantuk.

Alvin juga kembali dirawat di rumah sakit dan mengatakan pada Rio kalau dia sudah berhenti sekolah, memilih fokus untuk perawatan kesehatan. Rio tidak bisa mencegahnya, situasinya memang begitu sulit. Bahkan Alvin hanya berangkat sekali dalam seminggu. Dua bulan lalu, Alvin telah resmi keluar dari sekolah. Hanya dia yang tahu tentang hal tersebut. Kemungkinan besar teman sekelasnya belum mengetahui info tersebut karena sampai saat ini tidak ada yang menjenguk Alvin di rumah sakit. Termasuk Arghi dan Jofan.

Rio selalu rajin mengunjungi Alvin. Di rumah atau di rumah sakit, Rio akan selalu menyempatkan diri untuk mampir sepulang sekolah. Kemudian setelah turnamen silat, Rio memilih keluar dari silat. Dia hanya ingin lebih banyak waktu untuk menengok sahabatnya yang dilanda kesepian. Alvin tentu saja senang dengan keputusan Rio. Dia jadi tidak bosan seharian duduk menonton televisi.

Sore ini seperti biasanya, Rio datang ke ruangan tempat Alvin dirawat dengan menenteng plastik berisi anggur yang ia beli di tempat rekomendasi bundanya. Alvin menyukai anggur pemberian bundanya sejak tiga bulan lalu. Seorang Alvin akhirnya menyukai buah, meskipun hanya satu jenis buah.

Rio melangkah melewati lorong demi lorong di rumah sakit, menuju ke tempat Alvin diinapkan. Besok merupakan jadwal Alvin kemoterapi yang kedua. Itu sebabnya laki-laki itu kembali diinapkan di rumah sakit. Bahkan setelah kemoterapi Alvin akan diinapkan paling sebentar satu minggu. Pasti sangat menyakitkan.

["Hahaha, bukan gitu, Na!"]

Rio menghentikan langkah kakinya di depan kamar Alvin yang tertutup. Mengintip lewat jendela untuk tahu siapa pemilik suara tersebut. Suaranya familiar tapi dia tidak percaya dengan isi pikirannya. Matanya membulat melihat siapa yang ada di dalam kamar inap Alvin.

Jofan dan Arghi.

Sejak kapan mereka tahu Alvin sakit? Ah benar. Tentu saja mereka tahu karena teman sekelas mereka sudah lama tidak berangkat sekolah. Pasti lama kelamaan akan tahu dengan sendirinya. Rio menggigit pipi dalamnya mendengar tawa Alvin bersama dua orang lainnya. Dia cemburu.

Sahabat satu-satunya yang ia miliki saat ini hanyalah Alvin dan sekarang remaja itu tengah tertawa bersama orang lain. Bukan dia yang tidak waras, tapi semua orang akan merasa cemburu melihat sahabat dekatnya bahagia bersama orang yang dibenci. Rio berbalik memilih pergi, mengurungkan niatnya untuk menjenguk Alvin. Untuk kali pertama dia pulang ke rumah tanpa menemui Alvin. Rio pulang dengan wajah kusut, bahkan enggan keluar untuk makan malam dengan alasan tengah sibuk mengerjakan tugas. Untungnya ada anggur yang ia beli, jadi dia tidak kelaparan di kamar.

Alvin mengiriminya pesan menanyakan alasan ia tidak datang hari ini. Rio tidak menjawabnya dan membiarkan pesan tersebut terabaikan. Toh tadi dia tidak terlihat seperti orang yang kesepian justru memperlihatkan ekspresi yang sangat bahagia. Tampak tidak lagi membutuhkannya.

Bahkan di hari-hari berikutnya Arghi dan Jofan lebih sering datang ke ruang inap Alvin, membuat Rio hanya sekedar datang atau bahkan memilih tidak datang sama sekali setelah latihan. Percuma dia keluar dari silat demi Alvin, kalau pada akhirnya Alvin bersenang-senang dengan orang lain. Menyebalkan.

"Lho, nak Rio nggak masuk?" tanya nenek Anti yang hendak masuk ke dalam kamar inap Alvin. Dia baru saja makan malam di kantin saat Jofan dan Arghi datang. Memanfaatkan kedatangan dua orang teman cucunya agar menjaga Alvin sejenak.

"Udah kok tadi," bohong Rio dan segera berpamitan pulang. Nenek Anti mengangguk dan membiarkan Rio pulang. Dia pikir memang Rio sudah datang jadi diam saja dan memilih duduk di sofa mendengar celotehan para remaja.

QuerenciaWhere stories live. Discover now