52. Alay

166 19 0
                                    

Seusai pelajaran olahraga, seluruh siswa kelas 10 Mipa-2 berganti pakaian. Hari ini tidak ada lagi drama berganti di dalam kelas. Dengan kompak mereka pergi ke kamar mandi karena entah sejak kapan ruang kelas mereka telah terpasang kamera cctv. Rio berganti lebih dulu sementara Alvin mengantre setelahnya. Antrean hari ini cukup panjang. Hal itu dikarenakan kelas lain juga tengah berganti baju hendak olahraga.

Tumben sekali Alvin bergerak cepat, biasanya sangat lama. Alvin dan Rio pergi ke ruang kelas lebih dulu, sementara Jofan masih menunggu Arghi di kamar mandi. Di kelas baru ada beberapa siswa yang duduk dengan seragam batik. Masih ada sisa waktu 15 menit sebelum jam pelajaran berikutnya dimulai.

"Jofan nggak masuk?" tanya Alvin saat melihat Arghi membawa seragam Jofan. Arghi menggeleng.

"Langsung ke perpus dianya," jawab Arghi memberitahu. Seperti biasa, setiap hari rabu setelah jam pelajaran olahraga Jofan keluar dan tidak dapat mengikuti pelajaran. Entah apa yang remaja itu lakukan di luar sana yang pasti mereka sangat mengkhawatirkan remaja itu. Bagaimana kalau Jofan tinggal kelas karena tidak pernah masuk di satu mata pelajaran.

"Apa nggak apa-apa kalau bolos pelajaran seterusnya?" tanya Alvin menunjukan wajah khawatirnya. Awalnya dia juga sempat gemas pada Jofan karena remaja itu enggan melepas hodie tetapi, berkat cerita kemarin malam dia jadi tahu alasan Jofan yang sebenarnya.

"Nanti kita bisa bantu dia bujuk Miss Ning," usul Rio. Tentu saja disetujui Arghi dan Alvin hanya saja mereka belum tahu cara untuk melakukan itu.

Pelajaran kedua dimulai tanpa Arghi. Sang guru juga tidak mengabsen JofaN karena memang di daftar absensi nama tersebut sudah dicoret olehnya. Rio sepanjang pelajaran bahasa inggris memikirkan cara agar Jofan mau berusaha mengembalikan namanya di daftar absen dan bisa masuk ke kelas bahasa inggris.

Diam-diam dia mengirim pesan pada Jofan. Alvin yang memergoki Rio hampir menegurnya namun, melihat gelegat Rio yang mencoba menunjukkan dengan siapa dia berkirim pesan, Alvin mengurungkan niatnya. Dia melongok laci Rio tempat Rio meletakkan ponselnya yang menyala dengan layar redup.

"Jofan?" tanya Alvin melihat nama kontak "Jojo" tertera di ponsel Rio. Rio mengangguk dan kembali mengetikan balasan cepat. Alvin sesekali ikut membaca pesan, ingin tahu tentang rencana Rio. Tentu dia harus tahu. Mereka sahabat sekarang.

"Aku juga mau dinamain lucu begitu," bisik Alvin pada Rio. Rio menolehkan kepalanya yang tengah tertunduk demi menatap Alvin. Seolah menanyakan nama apa yang ingin dipakai di kontaknya.

"Apa?" tanya Rio saat Alvin malah menatap layar ponselnya terus. Alvin menatap Rio dengan wajah berpikir. Lantas menegakkan tubuhnya dan berpura-pura menatap papan tulis.

"Nana," bisik Alvin menjawab pertanyaan Rio. Rio menaikkan sebelah alisnya heran dengan nama tersebut. Alvin menolehkan kepalanya perlahan menatap Rio, "Alvin jo-NA-tan," jelas Alvin menebalkan kata "na" di namanya.

Rio ber-oh baru sadar dengan hal itu. Lantas mengangguk setuju. Dia segera pergi ke pengaturan nomor telepon Alvin dan mengganti nama sahabatnya itu sesuai request. Hal itu tidak luput dari tatapan Alvin. Alvin mengacungkan jempolnya senang melihat nama kontaknya berubah dengan imut.

"Ganti nama kontakku jadi Rio," ucap Rio membuat Alvin menggeleng. Dia awalnya terkejut saat tahu kalau Rio sudah melihat nama kontak di hpnya.

"Namanya udah permanen," jawab Alvin membuat Rio memutar bola matanya enggan berdebat. Alvin sangat keras kepala dan seenaknya. Rio tidak bisa membujuknya sekarang, jadi kapan-kapan dia akan membujuknya lagi.

Setelah pelajaran bahasa inggris Rio mengikuti Miss Ning sementara Jofan sudah sejak tadi berdiri di dekat pintu kelas. Alvin dan Arghi juga ikut keluar kelas membuntuti Rio meskipun tidak tahu bagaimana rencana Rio. Mereka hanya akan membantu Rio sebisanya. Lagipula tidak perlu meragukan rencana Rio. Rio orang cerdas, pasti rencananya berhasil.

QuerenciaWhere stories live. Discover now