13. Jam Olahraga

334 19 0
                                    

Pagi ini kelas 10 Mipa-2 dengan kompak berpakaian olahraga. Ini akan menjadi kali pertama mereka berolahraga di SMA. Rasa gugup dan semangat terasa jelas di ruangan kelas. Mereka berangkat pagi-pagi sekali karena semangat yang berkobar, demi merasakan olahraga di SMA.

Rio berangkat paling akhir, lima menit sebelum jam masuk. Begitu masuk ke dalam ruang kelas, tampak Alvin sudah duduk sembari mengobrol bersama Arghi dan Jofan. Arghi naik motor sendiri pagi ini. Rio juga tidak ada niatan menjemputnya untuk berangkat bersama.

"Hai Yo!" sapa Alvin melihat teman sebangkunya berangkat. Ia pikir temannya ini tidak akan berangkat hari ini. Ternyata berangkat kesiangan. Rio tersenyum membalas sapaan Alvin lantas duduk di kursinya. Alvin mengamati, "aku kira hari ini bolos," ujarnya mengungkapkan isi pikirannya.

Rio tertawa mendengar pikiran aneh sahabatnya. Satu minggu saja belum terlewati di sekolah mana mungkin dia berani bolos. Lagipula Rio bukanlah anak bandel yang akan seenaknya bolos sekolah.

"Emang kamu, suka bolos. Sengaja makan sambel biar bolos pelajaran kan?" ledek Rio membahas kejadian kemarin. Alvin tertawa terbahak-bahak mendengar Rio yang meledeknya. Arghi ikut tertawa mendengar ledekan Rio. Benar juga kemarin Alvin seperti sengaja makan sambal agar perutnya sakit dan bisa bolos pelajaran.

"Setuju sih, masa kemarin kesakitan sekarang udah baik-baik aja. Kan perlu dicurigai," timpal Arghi membuat tawa Rio kembali menggema sedangkan Alvin sudah nampo Arghi agar tidak melanjutkannya. Bisa-bisa temannya yang lain menganggap dia benar-benar pura-pura sakit.

"Ayo ke lapangan sekarang!"

Sang ketua kelas yang baru menjabat kemarin memerintahkan teman-temannya mengikutinya ke lapangan indor untuk pelajaran olahraga. Di sana sudah ada guru olahraga yang tampak masih muda. Tentu saja para siswi langsung heboh melihatnya. Sedangkan siswa laki-laki hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah para siswi yang kelepek-kelepek di dekat guru olahraga.

Mereka berbaris rapi mengikuti perintah sang guru. Guru tersebut diam saja sudah tampak begitu memesona, apalagi saat berbicara dengan suara bassnya. Para siswi berteriak dengan wajahnya. Sungguh norak.

"Sebelum memulai pembelajaran hari ini kita bisa perkenalan terlebih dahulu," ujar sang guru membuka jam pelajarannya. Dia tampak memiliki senyum menawan, membuat siswi kembali histeris dibuatnya.

"Perkenalkan, nama saya pak Niki. Bidang yang saya ampu lebih pada permainan bola. Untuk atletik akan diajarkan saat kelas dua dan selain itu akan diajarkan di kelas tiga. Tentu dengan guru yang berbeda," ujarnya dengan tenang. Para siswi segera bersiap menyerbunya dengan pertanyaan masing-masing. Tapi sebelum hal tersebut terjadi pak Niki lebih dulu mengerti.

"Kalian bisa menanyakan pertanyaan saat bertemu saya di luar jam pelajaran yakni saat ekstrakulikuler. Artinya kalian bisa bergabung di ekstrakulikuler basket, futsal, sepak bola, badminton, atau pilihan terakhir mengikuti pramuka dengan rajin. Saya menjadi salah satu pembina pramuka," jelasnya membuat para siswi kompak patah hati. Padahal mereka sudah gatal untuk menggoda guru muda tersebut. Tapi gagal karena persyaratan itu.

Selanjutnya satu per satu siswa memperkenalkan diri sekaligus pak Niki mengabsen mereka. Dia tampak menanyakan minat pada siswanya di bidang olahraga. Mungkin akan merekrutnya setelah jam pelajaran untuk ikut ekstrakulikuler yang dibinanya.

"Kamu mantan kapten basket ya?" tanya pak Niki begitu Rio berdiri. Dia sudah cukup hafal dengan wajah siswa yang begitu mencolok di bidangnya. Dia berkali-kali melihat pertandingan antar sekolah entah itu tingkat SD sampai SMA. Jadi, dia sudah sangat mengincar beberapa siswa yang menurut penglihatannya baik untuk direkrut dalam timnya. Beruntung sekali salah seorang pemain terbaik di angkatan lalu masuk di sekolah ini. Entah itu sebuah keberuntungan untuknya atau juga keberuntungan untuk siswa bernama Rio.

QuerenciaWhere stories live. Discover now