Radesna-29

34 3 0
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

****

Lagu MIC Drop milik boyband terkenal asal Korea itu menggema di ruang kelas dua belas Akuntansi satu. Bahkan di depan kelas beberapa anak cewek tengah asik ngedance mengikuti irama lagu. Mengekspresikan lagu yang diputar melalui gerakan tubuh dan mimik wajah. Jam kosong memang paling nikmat digunakan untuk bergosip, main sosmed, mabar game online ataupun karaokean.

"Mic drop mic drop bal bal jo shim neone mal mal jo shim," teriak Pipit menyayikan lagu. Dia memang sangat fanatik terhadap hal-hal yang berbau K-Pop.

"Woy berisik!" raung Yenrei yang merasa terganggu dengan suara Pipit yang kelewat merdu. Alias merusak dunia.

"Apaan sih Yen bilang aja sirik lo."

"Suara lo kayak blender bunyi, nggak enak banget. Sampe-sampe gendang telinga gue mau pecah dengernya," olok Yenrei. Temannya yang lain tertawa mendengar perdebatan dua orang berbeda jenis itu.

"Ganti lagu yang lain aja deh. Jangan yang K-Pop gitu. Gue nggak suka. Kayak lo ngerti artinya aja?" 

"Apaan sih lo. Lagu bagus-bagus juga. Lo nya aja yang nggak tau selera musik," balas Pipit tak kalah ngegas.

Yenrei mendengus sebal, cowok itu melirik pada Raden yang malah mengangguk-anggukkan kepalanya mengikuti irama lagu, terlihat sangat menikmati. "Selera musik lo sama juga kayak tuh anak?"

Raden mengangguk tanpa ragu. Sebagai penggemar musik ia menyukai semua genre lagu. Mau K-Pop, rock, reggae, dangdut sekalipun ia tetap suka.

"Enak kok nih lagu. Asyik buat joget."

"Did you see my bag did you see my bag. " mendengar Raden yang bernyanyi Pipit sontak berteriak heboh. Apalagi saat cowok itu berdiri dan mengikuti koreografi ala-ala boyband Korea itu. Walau tidak terlalu paham tentang dunia per K-popan Raden mengidolakan salah satu member boyband BTS yang bernama V.

Yenrei mendudukkan dirinya seraya menghela napasnya panjang, menyerah menghadapi sikap ajaib teman kelasnya. Ternyata teman sebangkunya juga sama saja, sebelas dua belas dengan Pipit.

"Ahh...ahh...mmphh," Yenrei yang peka dengan suara keramat itu langsung menengok pada Pungki yang sibuk sendiri dengan hpnya.

"Anjir lo diam-diam menghanyutkan. Nonton gituan di sekolah, nggak ada akhlak emang lo."

Pungki mendengus, "Alah kayak lo nggak juga. Gue yakin hp lo juga isinya 18 plus."

Dalam hati Yenrei membenarkan ucapan temannya, "Tapi gue tau tempat kunyuk."

"Lagian nonton gituan suaranya kekencangan, kedengaran guru auto digrebek sesekolah. Kecilin suaranya bego!" Pungki tidak menyahut, sebagai gantinya ia mengambil headset di lacinya lalu memakaikan dikedua telinganya.

Pungki menaikkan alisnya menggoda. "Btw lo mau nonton nggak? Masih anget nih Yen. Lumayan buat bacol. Dijamin goyangannya mantep banget." seperti remaja puber pada umumnya, Pungki memiliki rasa penasaran terhadap hal-hal yang berbau dewasa. Hal yang wajar kan?

"Setan lo." Yenrei meninju bahu temannya. 

Beberapa detik setelahnya, "Ya udah share link-nya ke gue." Yenrei terkalahkan dengan nafsu bejatnya.

Pungki terkekeh renyah, kena juga temannya itu. Ia langsung mengutak-atik hpnya menuruti permintaan Yenrei. "Yakin gue lo bakalan mupeng tujuh keliling."

"Sesat emang lo Pungki. Mending ngajakin anak orang berbuat kebaikan, ngaji atau apa kek lha ini malah ngajakin temen nonton video pemersatu bangsa." Bowo yang sedang berkutat dengan laptopnya menyambar. Cowok itu sedang sibuk mengedit video vlognya supaya bisa cepat-cepat ia  upload di channel Youtubenya.

RADESNA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang