Radesna-32

29 2 0
                                    

Ngakunya anak Akuntansi, tapi benci setengah mati sama akuntansi keuangan, administrasi keuangan, perpajakan, dan kawan-kawannya. Suka menghitung tapi sebal jika disuruh praktikum. Cinta angka tapi suka istighfar bila bertemu data-data keuangan dengan nominal miliyaran. Mengeluh saat ditugaskan untuk menyelesaikan sebuah laporan keuangan suatu perusahaan. Apalagi jika hasil akhir tidak balance, alamat otak ngebul saking kesalnya. Sepertinya gadis bernama Resna Parahita Gayatri memang tidak cocok masuk Akuntansi.

"Baik, Bapak sudah mengoreksi nilai ulangan kalian minggu lalu." di mejanya Pak Dante meneliti satu persatu tumpukan kertas sambil geleng-geleng kepala melihat nilai anak didiknya yang kelewat bagus.

"Saya mau tanya ini, gimana kalian belajarnya? Waktu diterangkan Bapak kan tanya, apa ada yang masih bingung? kalian jawab paham. Hampir semua mapel produktif nilai kalian hancur semua. Hanya ada beberapa anak saja yang tuntas nilainya. Harusnya mapel produktif itu kalian lebih diperhatikan lagi belajarnya. Mapel produktif itu kan mapel yang sesuai sama jurusan yang kalian ambil. Masa nilainya hancur semua sih?" cerocosnya panjang kali lebar. Udah kayak rumus mencari luas persegi panjang saja.

"Waktunya kurang lama Pak," jawab salah satu anak perempuan.

"Itu bukan alasan. Jika kalian mau dan sering latihan soal pasti gampang buat ngerjainnya. Soal ulangan kemarin itu udah pernah saya kasih lho sebelumnya, waktu kalian kelas 11. Bapak masih ingat betul."

Ditempatnya Resna menggerutu dalam hati, sampai kapan ia harus mendengar siraman pagi-pagi begini? Telinganya sudah ruing alias panas mendengar ocehan Pak Dante yang panjangnya ngalahin jalan raya, tidak berujung.

"Lupa Pak urut-urutannya gimana. Tahu sendiri Bapak gimana panjangnya siklus akuntansi," kali ini Bowo yang bersuara.

"Makanya kan Bapak udah sering bilang. Sering-sering ngerjain soal, di perpustakaan banyak buku paket, kalian tinggal ambil cari soalnya lalu kerjain sendiri. Kalo nggak mau nyari sendiri, tenang Bapak punya banyak stok soal, kalian tinggal minta dengan senang hati Bapak kasih. Ada yang bingung, Bapak siap membantu menjelaskan. Tinggal kaliannya saja mau atau tidak."

"Dan yang saya tidak habis pikir, banyak yang tidak hapal rumus saldo normal Akuntansi. Itu materi dasar lho ya. Kalian harus hapal luar kepala. Dari transaksi ini masuknya akun apa, mana yang harus di debit mana yang harus di kredit. Harusnya kalian sudah hapal." 

"Semboyan anak jaman sekarang itu kan, habis terang terbitlah lupa. Jangankan materi minggu lalu materi satu menit yang lalu aja kita udah lupa Pak," celetuk  Pungki.

Pak Dante menghela napasnya panjang mencoba bersabar. "Bapak bagikan nilai ulangan kalian." pungkasnya mulai memanggil nama muridnya satu persatu sambil mengumumkan nilainya keras-keras. Mending kalo bagus nilainya, lha ini nilainya kebanyakan do re mi.

"Okan 30."

"Yenrei 15."

"Puput 45."

"Resna 25." begitu namanya dipanggil Resna buru-buru bangkit dari duduknya dan berjalan ke depan.

Guru itu memang sangat ketat dalam memberikan nilai pada murid-muridnya. Selalu mengadakan ulangan untuk setiap bab mata pelajarannya. Mana dadakan pula.

"Anjelly 50."

"Raden 100."

"Pertahankan nilai kamu Raden." Raden mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Ciee yang nilainya paling tinggi," goda Bowo yang mengundang senyum malu-malu dari Raden.

"Coba liat kertas jawaban lo Den." Okta menggulirkan matanya dari atas ke bawah, membaca sekilas tulisan Raden yang membuatnya seketika pusing. Banyak sekali angka-angka yang Okta sendiri tidak tahu dari mana asalnya. Ia juga salah satu dari mereka yang merasa salah langkah mengambil jurusan. "Kok bisa sih Den?"

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now