Radesna-15

31 5 0
                                    

Sepanjang perjalanan cintamu
Kau bilang aku yang paling tangguh
Tapi mengapa
Kau tinggalkan aku
Dengan alasan yang tak jelas
Apa aku pernah mengeluh
Apa aku pernah berlari
Saat kau ada masalah
Apa aku pernah mendua
Apa aku tak mengimbangi mu
Sayang kau menilai ku salah

Diiringi petikan gitar Raden bernyanyi dengan suaranya yang bisa dibilang bagus. Membawakan lagu salah milik Lobow yang sempat hits pada masanya.

"Den lo udah ke sembilan puluh sembilan kalinya nyanyi lagu itu? Ganti yang lain kek apa gitu?" Protes Yenrei yang duduk di sampingnya.

"Seriusly?" Raden menaikkan sebelah alisnya.

"Tambah satu lagi biar seratus."

Raden yang mulai bernyanyi langsung dibekap oleh Yenrei dengan telapak tangannya. "Diem woy gue bosen denger suara lo."

"Lepas lepas anjir!"

"Bau tangan lo."ucap Raden setelah berhasil menghempas tangan Yenrei dari mulutnya.

"Yee sembarangan wangi gini dibilang bau." Balas Yenrei tak terima mencium tangannya sendiri.

"Bau gorengan." ucap Yenrei kemudian sambil terkekeh.

Raden mendengus lalu menaruh gitarnya di atas meja.

"Gais gais gais." Okan berlari cepat masuk ke dalam kelasnya. Cowok dengan tubuh subur itu berdiri setengah jongkok memegangi dadanya  yang sesak karena lelah berlari.

"Apa?" Sahut salah satu cewek yang duduk paling depan.

"Cepetan ngomong woy." Greget Yenrei tidak sabaran.

"Ada anak berantem ramai banget di bawah." Kata Okan kemudian masih dengan napasnya yang terengah-engah.

Langsung saja semuanya kompak keluar kelas, berebutan siapa paling cepat seolah tidak ingin tertinggal informasi barang sedetik. Kini mereka berdiri berjejeran memenuhi pembatas balkon, bahkan dari kelas lain pun melakukan hal yang sama.

Mengatensikan pandangannya ke lantai bawah dimana pusat keributan terjadi. Murid laki-laki dengan seragam eksekutif khusus jurusan TKR bergerombol menonton dua orang yang sedang berkelahi di dalam kelas. Sebenarnya hampir keluar kelas karena posisinya sudah di dekat ambang pintu.

"Siapa sih yang berantem?"

"Anak TKR."

"Katanya Radja sama Ifo." Balas salah satu cewek menjawab pertanyaan temennya.

Salah satu dari mereka jatuh tersungkur ke lantai setelah mendapat tendangan kaki dari lawannya tepat mengenai dada. Tidak puas sampai situ, si cowok kini mencengkram kasar kerah kemejanya memaksanya untuk berdiri.

"Lawan gue lagi anjing tolol. Segitu doang kemampuan lo?!" Teriaknya murka tepat di depan wajah.

Sementara cowok yang sudah babak belur itu bukannya mengalah malah semakin menantang dengan seringai miring di wajahnya. Tanpa aba-aba meludah hingga mengenai wajah lawannya, perbuatannya itu  membuat perkelahian keduanya semakin sengit. Bahkan beberapa orang yang mencoba memisahkan malah kewalahan.

Gemuruh penonton semakin menjadi, kaum hawa yang memekik panik berbanding terbalik dengan kaum adam yang malah berteriak seolah menyemangati jagoannya masing-masing.

Tidak lama setelah itu dari ujung lorong beberapa guru datang sambil berlari. Membelah kerumunan muridnya dan sigap pasang badan memisahkan dua anak yang sedang berkelahi tersebut.

Walaupun sudah berhasil dipisahkan, dua cowok itu terus melayangkan tatapan permusuhannya. Keadaan keduanya memprihatinkan dengan wajah penuh lebam dan luka apalagi Ifo yang terus mengeluarkan darah segar dari hidungnya. 

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now