Radesna-21

28 1 0
                                    

"Wuih rambut baru nih?" seru Bowo melihat Okta yang baru saja memasuki kelas.

"Gimana? Tambah keren kan gue?" pongah Okta menaikkan sebelah alisnya.

Hari ini penampilan Okta terlihat berbeda dengan potongan rambut wolf cut pendek. Dengan centil gadis itu mengibaskan rambutnya bak model iklan sampo.

Bowo tidak langsung menjawab, cowok itu malah memperhatikan penampilan Okta dari atas hingga bawah.  "Rambutnya sih keren. Tapi nggak cocok sama orangnya. Kalo kata anak akuntansi nggak balance."

"Bilang aja lo sirik sama gue," balas Okta nyolot.

"Kurang kerjaan banget gue nyirikin lo."

"Dasar Bowo kutu kupret." Okta menabrakkan bahunya kasar hingga Bowo hampir jatuh jika tidak berpegangan pada meja.

"Huh dasar lo lampir," teriak Bowo. 

Okta menengokkan kepalanya ke belakang lalu menjulurkan lidahnya mengejek. "Hidung lo tuh ada upilnya. Ngaca makanya," katanya diakhiri kekehan.

"Sialan lo."

Seorang Deri Wibowo dikatai upilan. Kurang ajar, penghinaan ini namanya bagi kaum cogan. Tak mau kadar kegantengannya berkurang hanya karena sebuah upil Bowo mencari cewek yang memiliki persediaan cermin untuk ia pinjam.

"Pagi-pagi udah ribut aja lo," sambut Nauli yang sedang duduk berhadapan dengan Resna.

"Biarin. Tuh cowok yang pertama nyari perkara sama gue." Okta mendudukkan bokongnya di kursi samping Resna.

Tiba-tiba semua penghuni kelas dikagetkan dengan Yenrei yang lari terbirit-birit seolah dikejar setan. Dibelakangnya Pungki juga ikut lari sambil mengacungkan sapunya ke udara, bersiap melempar benda tak bersalah itu.

Bowo yang sedang bercermin menoleh dengan wajah penuh tanya. Tidak sengaja Yenrei menyenggol bahu Bowo hingga cermin yang dipakainya jatuh ke lantai hancur berserakan.

"Bowo kaca gue," pekik si cewek dengan mata melotot lebar.

Sementara Yenrei yang masih berlari memutari kelas, memanfaatkan Okan dengan berlindung di balik punggung temannya yang berbadan tinggi bongsor itu. Menggerakkan tubuh Okan ke kanan dan kiri menghindari Pungki yang terus mencoba menariknya.

"Awas lo Kan jangan ngalangin gue," raung Pungki berapi-api.

Okan berusaha melepas tangan Yenrei yang memegangnya kuat. "Yen lepasin!"

"Nggak mau."

Tidak sabar Pungki menarik almamater Okan sampai cowok itu hampir terjerembab ke lantai. Sementara Yenrei yang kepalang panik memilih berlari namun karena merasa tidak sanggup lagi, cowok itu akhirnya terduduk lunglai di lantai dengan keringat membanjiri tubuhnya.

"Ampun Pungki ampun." Yenrei jongkok di bawah meja paling belakang sambil menutupi kepalanya dengan tas.

"Kena lo. Enaknya gue apaan nih?"

"Pungki gue minta maaf, nggak lagi-lagi deh beneran suer," ucap Yenrei menaikkan jari telunjuk dan tengahnya ke udara. Napasnya masih terdengar memburu karena lari dari parkiran sekolah sampai kelasnya yang berada di lantai tiga. Ia sampai bengek. Gila nggak tuh.

Sebenarnya salahnya juga sih, saat diparkiran tadi Yenrei mendapati Pungki yang sedang berbicara empat mata pada Karin. Memang dasarnya ia jahil, Yenrei menggoda habis-habisan keduanya hingga Pungki tersulut api amarah. Dan ya jadilah aksi kejar-kejaran layaknya drama India. 

"Ada masalah hidup apa sih lo pada?" tanya Bowo menghampiri.

"Kepo lo anjing," sentak Pungki sampai Bowo terlonjak kaget.

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now