Radesna-08

42 15 10
                                    

Resna mendudukkan tubuhnya dipinggiran ranjang, gadis itu baru pulang dari rumah sakit akibat dahinya yang kena lempar penghapus. Untungnya tidak ada hal yang serius, ia hanya mendapat beberapa jaitan akibat luka robeknya yang cukup dalam.

"Istirahat aja dulu Resna." Perintah Rami lembut.

"Udah nggak pusing lagi kan?" Tanyanya lagi yang dibalas gelengan pelan oleh Resna.

"Bisa-bisanya sih lo kena lempar penghapus Res? Lo lagi main lempar-lemparan penghapus apa gimana?" Bowo datang dari luar seraya menaruh tas milik Resna di meja belajarnya. Sebelum pulang, cowok itulah yang mengambilkan tas Resna di kelasnya atas perintah Ibunya.

"Temennya lagi bertengkar adu mulut,  nglempar penghapus eh malah kena Resna." Bukan Resna yang menjelaskan melainkan Rami.

"Siapa Res yang lemparin lo?" Sebenarnya Hanif sudah tahu ceritanya karena berita kejadian itu langsung menyebar cepat ke kelas lain, hanya saja ia ingin mendengar langsung dari mulut sepupunya itu.

"Nggak tau namanya." Lirih Resna.

Hanif menganga heran, bagaimana bisa cewek itu tidak tahu nama teman sekelasnya sendiri.

Melihat anaknya akan membuka mulut, Rami  mengode Hanif dengan lirikan matanya supaya tetap diam.

"Ya udah Bude tinggal ya, kamu istirahat aja." Pamit Rami sambil membelai sayang rambut Resna.

"Iya Bude."

"Kamu juga keluar Hanif! Nggak boleh berduaan dikamar sama anak gadis." Peringat Rami pada Hanif yang sedang melihat-lihat tumpukan buku milik Resna.

"Bentar-bentar aku mau liat buku Resna dulu." Sahut Hanif masih sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Jangan lama-lama! Awas ya." Ancam Rami sebelum benar-benar pergi keluar kamar.

"Iya nggak pintunya dibuka aja."

Ditempatnya Resna memperhatikan interaksi antara Ibu dan anak itu. Melihat bagaimana perhatiannya Bude Rami pada Hanif. Ia jadi merindukan Ibunya. Selama ini Resna hanya berhubungan lewat hp, jika ingin melihat Ibunya langsung ia harus pergi ke Jakarta. Bahkan dalam setahun Resna mengunjungi Ibunya hanya satu kali, itupun saat lebaran idul Fitri. Sebenarnya bisa saja Ibunya yang mengunjunginya, tapi Ibunya selalu beralasan bahwa ia sibuk mengurus anaknya yang sekarang masih balita. Resna curiga kalau suami dari Ibunya itu yang melarang. Ia bisa berpikir seperti itu karena semenjak lima tahun menikah, Ibunya hanya pulang satu kali, itu saja saat Kakeknya yang berarti Ayah dari ibunya meninggal dunia.

"Res lo suka baca komik juga?" Pertanyaan Hanif membuat Resna sadar dari lamunannya.

Resna menoleh pada Hanif, "Nggak terlalu suka sih. Lagi pengen baca aja."

"Gue pinjem boleh nggak?" Hanif menunjukkan buku ditangannya.

"Boleh."

Hanif berseru senang, "Ntar kalo nggak besok gue balikin Res."

Cowok yang masih dengan seragam sekolah itu bangkit dari duduknya lalu  berjalan ke arah pintu. "Istirahat aja Res. Pintunya gue tutup ya."

Resna menatap kepergian cowok itu hingga hilang dari pandangannya. Setelahnya gadis itu merebahkan tubuhnya di atas ranjang, satu tangannya terangkat menyentuh dahinya yang dibalut dengan perban. Hingga tanpa sadar gadis itu tertidur pulas tanpa sempat mengganti seragamnya lebih dulu.

****

"Kenapa Bang lemes amat." Sapa Bowo begitu melihat Raden yang berjalan lunglai baru saja tiba dikelasnya.

Raden tetap diam, tidak berniat menggubris perkataan temannya itu.
Bowo menghendikkan bahunya acuh, tak peduli.

"Gais hari ini iuran buat fotocopy soal Papjdm ya." Teriak Okta dari depan memberitahu yang sontak dibalas sorakan ramai oleh yang lainnya.

RADESNA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang