Radesna-28

42 3 0
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote

****

"Dari gue kecil ya, gue perhatiin pasar malam itu pasti adanya malam hari."

Okta mengernyit, "Namanya juga pasar malam ya adanya malam hari lah, gimana sih lo? Gitu aja pake nanya segala?" semprotnya menimpali perkataan absurd Bowo.

"Nggak usah heran Ok, obatnya lagi habis ya gitu kumat gilanya." perkataan Hanif mendapat sikutan tak terima oleh Bowo. "Sembarangan kalo ngomong."

Sementara Resna yang berdiri diantara mereka hanya diam mendengarkan. Ia menyapukan pandangannya ke sekitar, mulai dari penjual aksesoris, makanan, ataupun panggung kecil di sudut lapangan yang  mementaskan musik sebagai penambah hiburan.

Malam ini mereka mengunjungi pasar malam yang berada di sekitar area Menara Pandang Teratai Purwokerto. Awal mulanya Okta yang tiba-tiba saja datang menjemput Resna di rumah Budenya. Bowo yang kebetulan sedang main game bersama Hanif menawarkan dirinya untuk ikut. Jadilah mereka berempat berakhir di tempat ini.

Padahal dalam hati Resna ia sangat malas mengunjungi tempat ramai seperti ini. Mau menolak tak enak hati pada Okta yang sudah repot-repot menjemputnya. Padahal keduanya tidak membuat janji untuk pergi bersama. Kata Okta ia hanya diizinkan keluar malam jika bersama temannya. Dan ya cewek itu memilih Resna karena jarak rumahannya lumayan dekat.  

Malam ini adalah awal pembukaan diadakannya pasar malam. Tidak heran banyak pengunjung yang berdatangan hadir meramaikan tempat ini. Lampu warna-warni menjadi penerangan bergilir yang menambah suasana apik ditempat itu.

"Eh itu bukannya Raden?" tunjuk Hanif pada seseorang yang tengah berdiri di dekat area pembatas masuk wahana bianglala.

Bowo menajamkan matanya, "Eh iya itu Raden. Tumben bisa keluar malam?"

"Palingan keluar sama Nina kalo nggak ya sama nyokapnya." 

"Samperin aja yuk," ajak Bowo berjalan mengawali. Ketiga temannya langsung mengikuti dari belakang.

"Raden mau naik bianglala juga lo? Kayak bocil aja naik gituan?"

Merasa namanya dipanggil Raden mengalihkan wajahnya dari layar hp. Menemukan keempat teman sekolahnya yang melangkah mendekat kearahnya. Bukannya membalas sapaan Bowo, Raden malah terpaku pada salah seorang yang berdiri diantara mereka. Gadis yang tidak lain bernama Resna itu menyembulkan senyum tipis malu-malunya pada Raden.

Raden menekan pipi dalamnya menggunakan lidah berusaha mati-matian menahan senyum, "Lo pada udah lama disini?"

"Belum sih baru tadi. Okta yang ngajakin, kita bertiga mah follower aja. Lo sendiri kesini sama siapa Den?"

"Sama Nina."

Nina. Nama itu terdengar asing ditelinga Resna. Siapa perempuan itu? Apa salah seorang yang dekat dengan Raden?

"Nina adik gue," ucap Raden seolah mengerti apa yang ada dipikiran Resna.

"Cie Resna cemburu ya, tenang aja Raden keliatannya blangsak anaknya setia kok," goda Bowo dengan jahilnya. Wajah Resna langsung panas karena malu, jika tidak dimalam hari pasti wajah merahnya ketara dengan sangat jelas.

"Apaan sih lo?!" Raden meninju bahu temannya lumayan keras.

"Sakit anjir."

"Jangan cari gara-gara makanya."

Beberapa menit mereka asyik berbincang hingga kedatangan Nina menyeruak masuk diantara mereka. "Mas Raden," panggilnya.

Memang malam ini Raden bertugas untuk menemani adiknya yang sejak sore merengek minta ke pasar malam. "Kenalan sama temennya Mas Raden!" dengan dagunya Raden menunjuk Resna dan Okta bergantian karena memang hanya dua orang itu yang belum adiknya kenal.

RADESNA [On Going]Место, где живут истории. Откройте их для себя