Radesna-10

36 8 8
                                    

Hanya berbekal kaos oblong polos warna hitam lalu celana jeans berwarna senada, Raden berbelanja di supermarket tidak jauh dari rumahnya.  Laki-laki itu tengah berdiri didepan antrian yang cukup lenggang. Tubuhnya yang jangkung tampak mendominasi para pengunjung lain yang mayoritas adalah kaum hawa sudah berumur.

Saat gilirannya, Raden menaruh keranjang belanjanya untuk dihitung oleh kasir. Menambahkan dua batang coklat dan sebungkus permen mint untuk dirinya sendiri.

Raden mengeluarkan uangnya dari dalam dompet saat sang kasir  memberikan total tagihan yang harus ia bayar.

"Terimakasih sudah berbelanja, Mas."

Raden mengangguk kecil, segera berjalan keluar dengan dua kantung berukuran sedang ditangannya. Sampai di area parkir, Raden yang akan menaiki motornya ia urungkan ketika netra matanya melihat seorang gadis yang tidak asing baginya sedang berdiri di tepi jalan, sepertinya akan menyebrang. Segera Raden berlari menghampiri gadis yang tidak lain bernama Resna itu. Sebelumnya ia menggantungkan plastik belanjanya di motor.

"Resna?" Panggilnya.

Yang disapa sontak menoleh, "Raden." Gumam Resna pelan nyaris tidak terdengar.

"Lo mau nyebrang?" Tanya Raden, Resna mengangguk polos.

"Iya tapi rame terus mobilnya. Nggak berani." Mungkin sudah lima belas menit Resna berdiri menunggu tetap saja berakhir mengundurkan langkah kakinya. Resna akui ia memang payah dalam hal menyebrang jalan raya.

"Ya udah gue bantuin nyebrang."

Tidak sampai dua menit, kini Raden maju selangkah sambil menggerakkan satu tangannya ke depan seolah memberikan isyarat pada supir pengendara yang melintas agar menurunkan sedikit kecepatannya.

"Yuk." Ajak Raden kemudian, Resna langsung ikut melangkah berdiri persis di samping cowok itu. Bahkan tanpa sadar gadis itu memegang lengan Raden.

"Em maaf." Begitu sudah menyebrang, seolah baru sadar Resna segera melepas cekalan tangannya pada Raden.

"Nggak papa kok." Kata Raden walau dalam hatinya ia ingin berteriak girang. Terus bergandengan tangan sampai ke pelaminan juga Raden siap saja.

"Lo mau kemana emang?"

"Em ke rumah lama gue."

"Naik angkot?" Resna mengangguk.

"Jauh?"

"Nggak kok cuma setengah jam palingan."

"Nggak minta Hanif aja suruh nganterin?"

"Nggak mau takut ngerepotin."

Raden mengangguk paham, diam-diam ia meneliti gadis itu dari atas sampai bawah, hoodie warna putih dipadukan rok hitam  seperempat kaki, sedangkan kaki mungilnya dibalut sepatu putih.

Raden mengehentikan angkot dengan menggerakkan satu tangannya, begitu berhenti ia langsung menyuruh Resna masuk.

"Sana masuk. Hati-hati ya." Pesan Raden.

Resna mengangguk, sebelum benar-benar masuk gadis itu berkata sambil menyembulkan senyum manisnya, "Makasih Raden."

*****

Setelah memarkirkan motornya, Raden memasuki rumah dengan bersiul gembira. Mencium lengannya yang tadi dipegang oleh Resna.

"Dari mana kamu?" Raden yang tengah berjalan sontak menghentikan langkahnya. Mendapati Papahnya yang sedang duduk di sofa panjang menonton berita di layar televisi.

"Papa kapan pulang?" Raden mempercepat langkah kakinya, mengulurkan tangan untuk menyalimi Ayahnya itu.

"Tadi belum lama."

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now