Radesna-07

49 19 19
                                    

"kanan kanan."

"Geser dikit lagi." Instruksi Okta sambil menggerakkan sebelah tangannya.

"Lagi geser ke kanan dikit."

"Bawahin dikit." Raden yang sedang memasang foto pahlawan di dinding dengan sabar mengikuti arahan teman sekelasnya.

"Geser lagi."

"Woy yang bener dong. Lama-lama gue sobek nih." Ancam Raden dengan menengokkan kepalanya sedikit ke belakang sementara kedua tangannya masih memegangi gambar itu.

"Gimana Jel pas kan?" Tanya Okta meminta pendapat sang ketua kelas.

"Hmm kurang atas lagi dikit nggak sih?" Jelly balik bertanya dengan kedua tangan bersedekap dada.

Okta menaikkan kembali penglihatannya, mengangguk, "Iya juga yah."

"Atasin dikit Den." Teriak Okta.

Raden yang kepalang kesal akhirnya turun dari atas meja, memberikan gambar tersebut pada Okta sambil berkata, "Nih pasang sendiri."

"Dih Raden kok lo diminta tolong gitu aja ngambek sih?" Okta memutar tubuh mengikuti Raden yang kini berjalan menuju bangku miliknya.

"Lo aja sini Pungki." Panggil Jelly.

"Apaan suruh aja yang lain." Cuek Pungki.

"Timbang diminta masangin aja pada nggak mau. Padahal buat kelasnya sendiri."

Raden hanya diam, mau cewek itu ngoceh sampai berbusa pun ia tidak peduli.

"Sini gue yang masangin." Bowo menawarkan diri.

"Emang lo nyampe?" Sahut Jelly dengan nada meremehkan. Pasalnya foto yang akan dipasang didinding paling tinggi. Itu aja membutuhkan dua meja yang ditumpuk.

"Maksud ngana apa ya?" Balas Bowo mencoba bersabar walau dalam hatinya ingin sekali merobek mulut gadis itu.

"Lo kan pendek." Kata Jelly dengan entengnya tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Wuih cocotnya minta disambelin nih anak." Bowo bangkit berdiri dari tempat duduknya.

"Udah biarin aja. Nggak usah lo ladenin." Cegah Pungki melihat teman sebangkunya akan menghampiri Jelly.

"Mana bisa? Dia ngejek gue ya masa gue diem aja?" Bowo menyentak kasar tangan Pungki.

"Sini lo kenapa nggak jadi? Takut lo sama gue?" Jelly ini sepertinya memang sengaja menantang Bowo.

Raden yang melihat itu berdecak jengah, kenapa masalahnya jadi panjang seperti ini? Sementara Yenrei hanya diam anteng memperhatikan.

"Mending gue, daripada lo tinggi kaya galah badan kerempeng lagi. Tulang semua nggak ada daging udah kayak tengkorak berjalan aja. Nggak dikasih makan apa gimana?" Tidak terima, Bowo balas mengejek balik.

Seketika wajah Jelly merah padam, perpaduan antara malu dan marah.
"Lo keterlaluan banget ya?!" Jelly menatap tajam yang dibalas tak kalah tajamnya oleh Bowo.

Ditempatnya Bowo berdecih, cewek memang aneh. Dia sendiri yang memulai, dia sendiri yang tidak terima.
Maunya apa sih?

"Kalo gitu lho aja yang masangin Jel? Seperti yang dibilang Bowo lho kan paling tinggi diantara kita semua." Kali ini Yenrei angkat bicara. 

"Sorry gue tuh cewek ya. Masa naik-naik ke atas meja?"

"Lah emang ada pasal yang melarang anak cewek naik meja? Ada-ada aja lo. Bilang aja nggak mau." Bowo terkekeh begitupun dengn anak lainnya.

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now