Radesna-18

34 4 1
                                    

"Hacih hacih huacih."

Wajah Yenrei memerah dengan kedua matanya yang mengeluarkan cairan bening karena kebanyakan bersin. Tidak hanya Yenrei, yang lainnya juga ikut bersin secara berjamaah.

"Ya alloh masak apaan sih tuh bocah?" Gerutu Bowo menutup hidungnya dengan tangan.

"Orang nggak bisa masak sekalinya masak gini nih."

"Heh lo nggak pernah liat nyokap lo pada masak? Kalo masak bumbu udah mateng terus kasih air ya gini baunya nyenggrik." Salak Okta dari arah dapur membawa baskom ukuran sedang ditangannya.

"Ya udah sih nggak usah nyolot." Decak Bowo sebal.

Okta menaruh wadah baskom di atas tikar seraya duduk bersama ketiga temen cowoknya.
"Lho Raden belum dateng juga?"

"Lagi otw paling bentar lagi nyampe." Jawab Pungki.

Tidak sampai satu menit, terdengar suara salam seseorang yang tidak asing di telinga mereka.

"Nah tuh panjang umur. Orangnya dateng." Seru Bowo beranjak dari duduknya setengah berlari untuk membukakan pintu.

"Lama banget Den. Pada nungguin lo tuh."

"Ya sorry. Gue kan ngurus pmr dulu."

"Gue sih nggak papa ya. Cuma anak cewek tuh ribut mulu nanyain lo."

Dua cowok itu mengobrol sambil berjalan menuju temannya berada. "Udah mulai dari tadi?"

"Sejam ada kayaknya. Baru buat isiannya doang tapi."

Sementara di dapur Resna tengah berkutat dengan wajannya dan Pipit sedang menyuwiri ayam yang sebelumnya sudah mereka rebus.

"Ayamnya sini Pit."

"Siap chef." Balas Pipit sigap seolah dirinya menjadi asisten seorang koki.

"Sama minta tolong ambilin cempal wajan."

"Oke siap chef." Pipit setengah berlari mengambil kain kecil yang tergeletak di atas meja lalu memberikannya pada Resna.

"Adalagi chef?"

Resna menggeleng dengan senyum geli akan tingkah absurd temannya itu.

"Lagak lo Pit. Sok-sokan bener." Celetuk seseorang membuat si empunya menolehkan kepalanya ke belakang. Menemukan Raden dan Bowo yang berdiri di ambang pintu dapur persis.

"Suka-suka gue dong."

Nauli yang sedang mencuci panci di wastafel ikut menoleh lalu berkata, "Baru dateng lo Den?"

Raden mengangguk mengiyakan.

"Adonannya belum buat. Lo yang bikin ya Den." ucap Nauli diakhiri cengirannya.

"Kan tinggal lo doang yang belum ikut kerja."

Sekali lagi Raden mengangguk, cuma mencampurkan tepung dengan air lalu
diuleni hingga kalis gampanglah. Cemen, ia bisa melakukannya. "Ya udah gue yang bikin. Mana bahan-bahannya?"

"Itu di depan lho. Deket tempat Pungki pada duduk."

"Tadi Okta udah bawa baskom ke depan." Tambah Nauli menjelaskan.

"Udah ada air panasnya belum?"

"Emang pake air panas Den?" Bukannya menjawab Pipit malah balik bertanya.

"Iya. Ketahuan lo nggak nonton videonya pasti."

"Emang nggak lupa gue." ucap Pipit memberikan cengirannya.

"Yee bangsul lo sendiri yang nyaruh kita nonton. Malah lo yang nggak nonton."

"Pake panci ini ya?" Izin Raden pada sang tuan rumah mengambil panci yang menggantung di dinding dekat wastafel.

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now