Radesna-19

35 3 3
                                    

Resna dan ketujuh temannya sedang berkumpul di rumah Nauli setelah selesai mengantarkan pesanan cirengnya pada pembeli. Sekalian memanfaatkan hari libur untuk main ketimbang di rumah suntuk bingung melakukan apa.

"Total belanjaan semuanya berapa?" tanya Nauli.

"Yang belanja kemarin seratus sebelas.  Terus tadi beli plastik berapa harganya Ok?"

Okta yang ditanya tidak langsung menjawab karena gadis itu sedang memakan mie lidi pedasnya, "Lima ribu."

"Jadi total semuanya seratus enam belas," pungkas Resna mencatatkan pada buku tulisnya.

"Itu uang iuran kita kepake semua Res?"

"Nggak. Masih sisa empat ribu."

Yenrei mengangguk-angguk, "Ouh iya iya iya."

"Iya iya paham nggak lo?" sambar Okta penuh selidik.

"Iurannya kan per anak lima belas ribu. Dikali delapan anak seratus dua puluh kurangin seratus enam belas jadi sisa empat ribu. Segoblok-gobloknya gue masih mudeng kalo soal ginian. Apalagi soal duit," jelas Yenrei panjang lebar. Melanjutkan kembali memakan keripik singkongnya.

"Udah dicatat semua Res?" Kali ini Raden yang bertanya.

Resna mengangguk, "Udah. Ini coba di cek lagi takut ada yang belum kecatet," pintanya menggeser buku miliknya tepat di depan Raden duduk.

"Itu sih yang cetakan pastel nggak beli sendiri?" ucap Raden setelah meneliti tabel nota belanjaannya.

"Nggak beli njir punya Budenya Resna. Kita pinjem," jelas Pipit mewakili.

"Sembarangan banget," seloroh Pungki.

"Ya daripada nggak ada. Kemaren udah nyari muter-muter toko tapi nggak nemu. Kata Resna budenya punya ya udah kita pinjem dulu sementara."

"Hari ini kejual empat puluh lima. Harga per picis lima ribu uangnya brati dua ratus dua lima. Ditambah sisa modal jadi dua ratus dua sembilan. Uangnya pas segitu apa kurang Res?" ucap Raden sambil mencoretkan pulpennya di atas kertas kosong.

"Bentar belum gue hitung." 

"Gue pegang seratus lima puluh empat," kata Resna setelah beberapa menit kemudian.

Nauli mengerutkan keningnya, "Lha kok cuma segitu doang?"

Belum sempat Resna menjelaskan, sudah diserobot oleh Pipit dan Bowo.

"Ouh ya sama gue dua puluh lima."

"Gue tiga puluh."

Pipit dan Bowo kompak merogoh saku celananya dan mengasihkan uangnya pada Resna.

"Mau nilep ya lo pada?" tuduh Yenrei memicingkan matanya. Tidak serius hanya iseng saja bercanda.

"Sembarangan. Gue mah jujur orangnya."

"Ya udah berarti pas uangnya." Resna menata uangnya lalu memasukkannya dalam dompet kecil. Raden mengangguk paham.

"Seru juga ya ternyata jualan gini," celetuk Okta setelah beberapa saat mereka hanya diam menonton televisi sambil memakan jajan.

"Seru dapet uangnya doang."

"Kali ini gue setuju sama Pungki,"ucap Yenrei menimpali.

"Itu yang di kulkas masih ada lagi gimana?" Nauli datang dari arah dapur sambil membawa sepiring irisan semangka.

"Ya nggak gimana-gimana dijual lagi lah."

Nauli menaruh piringnya ditengah-tengah temannya duduk, "Dimakan gais."

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now