Radesna-09

37 10 8
                                    

"Nih Raden." Okta mengoper selembar kertas  pada Raden yang duduk dibelakangnya.

"Apaan? Jangan bilang tagihan kas gue nggak ada uang?" Tanya Raden tanpa mengalihkan perhatiannya dari game yang sedang dimainkannya. Bukan game online yang ramai digauli anak zaman sekarang, melainkan game subway surf.

"Isi nisn." Jelas Okta.

Raden mendongakkan kepalanya sebentar sebelum menjawab, "Nggak hapal gue." 

"Liat di kartu pelajar kan ada."

"Bukannya di rapot juga ada ngapain harus kita sendiri yang isi sih? Tuh wali kelas kerjaannya ngapain?"

"Tinggal isi aja ribut banget lo. Nggak mau ya udah kosongin kasih sama yang lain."

"Ya udah sini. Sini." Raden mengambil selembar kertas tersebut dari tangan Okta.

"Pinjemin pulpen dong."

"Niat sekolah nggak sih lo. Nggak modal banget." Gerutunya. Walau begitu, Okta tetap memberikan pulpen miliknya.

"Ya niat lah. Kalo nggak niat nggak mungkin gue di sekolah. Di pasar aja ngamen."

"Terserah lo dah." Jengah Okta meladeni sikap menyebalkan temannya itu.

"Jadi ikhlas nggak nih?"

"Biasanya juga nggak pake izin langsung ambil aja. Ribet banget lo."

Raden terkekeh, membenarkan ucapan temannya itu dan mulai menuliskan nisn nya.

"Tadi katanya lo nggak apal nisn?" Okta mengerutkan keningnya, melihat Raden yang lancar-lancar saja mengisi data dirinya.

"Gue liat di hp." Raden memamerkan galeri foto kartu pelajarnya.

"Kampret emang lo." Okta yang merasa gregetan menimpuk kepala Raden dengan buku paketnya. Sementara Raden yang mendapat perlakuan seperti itu hanya tertawa kecil, tidak merasa terganggu.

"Temen sebangku lo mana?" Tanya Okta melihat bangku sebelah Raden kosong, hanya ada tas milik Yenrei.

"Kenapa nyariin? Kangen lo?"

"Nyesel gue nanya sama lo." Okta memutar bola matanya.

"Biasa ngurusin osis." Jawab Raden setelahnya.
Satu tangannya bergerak ke belakang menyerahkan kertas yang telah diisinya pada Pungki.

"Hah?! Cowok kayak gitu ikut osis?" Okta membuka mulutnya lebar hingga membentuk huruf o.

"Maksud lo cowok kayak gitu tuh apa ya?" Sebuah suara seseorang menyeruak dari arah belakang, Okta sontak menoleh dan menemukan Yenrei yang sedang berkacak pinggang dengan tatapannya yang tidak bersahabat.

"Udah dari tadi Lo?" Bukannya menjawab, Okta malah balik bertanya.

"Nggak usah sok ngalihin pembicaraan Lo!" Kata Yenrei sarat akan nada tegas.

"Ngalihin pembicaraan apasih?"

Yenrei terkekeh rendah, "Ngilihin pimbiciriin ipisih?"

"Dih emang gue nggak ngomongin lo."

"Lo emang lemot apa gimana? Terus tadi yang bilang cowok kayak gitu masuk osis tuh maksudnya apa ya? Bisa tolong jelasin!"

"Y ya lo kan keliatannya cowok bandel." Tanpa sadar perkataan Okta mulai gugup. Cewek itu sedikit takut akan tatapan tajam Yenrei yang seolah menusuknya dalam-dalam.

"Terus kalo cowok bandel nggak boleh gitu?"

"Ya nggak gitu maksud gue."

"Gue kasih tau ya jangan nilai orang dari covernya belum tau aja dalamnya gimana." Pesan Yenrei lalu melenggang pergi ke belakang, duduk di lantai bersama Bowo dan dua anak cowok yang sedang kumpul bermain kartu.

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now