Radesna-13

30 7 0
                                    


"Tendang Ok!" Okta menatap kebawah pada bola yang sedang ditahan oleh salah satu kakinya. Lalu menatap pada  Pungki yang sedang berdiri lumayan jauh di tengah lapangan.

Bukannya menendang bola itu ke depan, Okta malah mendorong bola itu ke belakang iseng. Membuat Pungki yang sudah ancang-ancang menerima umpannya mengangakan mulutnya lebar.

"Ambil sendiri!!" Teriak Okta kemudian sambil terkekeh. Mengibaskan rambut panjangnya centil lalu melangkah menuju teman sekelasnya yang sedang duduk di tribun penonton.

Terpaksa Pungki berlari mengejar bolanya yang kini menggelinding ke arah taman sekolah.

Sementara itu, Okta yang baru datang langsung duduk tepat di samping Nauli. Membungkukkan badannya ke depan, menengok ke samping melihat Raden yang duduk seorang diri keloncat lima kursi dari tempatnya duduk.

"Woy Den lo nggak ikut latihan?" Teman sekelasnya memang sedang berlatih futsal untuk pemilihan lomba antar jurusan yang diadakan bulan Agustus mendatang.

"Nggak minat." Jawab Raden singkat.

"Bilang aja nggak bisa main bola?" Tebak Okta jahil membuat beberapa beberapa anak cewek yang mendengar ikutan tertawa mengejek.

Raden menukikan alisnya tajam, "Kalo nggak bisa emang kenapa? Masalah buat lo?"

"Aneh aja. Kebanyakan cowok kan harusnya bisa main bola."

"Kalo gitu kenapa ada cewek yang nggak bisa masak? Bukannya semua cewek itu harusnya bisa masak?"

Okta skakmat. Tak bisa menjawab karena ia sendiri pun jujur tak bisa memasak.

Raden menyeringai miring, ia langsung beranjak dari tempatnya. Melenggang pergi menjauhi lapangan sekolah. Meninggalkan Okta dengan keterdiamannya.

****
Raden yang baru saja melangkah masuk ke dalam kelas, sontak berhenti ketika matanya melihat Resna yang menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan. Menyapukan pandangan ke sekeliling kelas yang ternyata benar-benar sepi. Sepertinya pada ke kantin mengisi perut.

Karena tidak ingin berduaan di dalam kelas bersama gadis itu, Raden akhirnya memilih pergi. Namun, baru saja memundurkan kakinya selangkah kini netranya bertatapan dengan mata teduh milik Resna. Sepertinya gadis itu terusik karena menyadari kehadiran seseorang.

Karena tidak ingin terlihat konyol, Raden akhirnya memilih melangkah maju menuju tempat duduknya. Ia melirik jam yang melingkar ditangannya, masih kurang lima belas menit lagi bel masuk pelajaran.

"Nggak keluar Res?" Tanyanya basa-basi.

Resna menggeleng pelan, "Nggak."

"Biasanya bareng yang lain?" Tanya balik Resna setelah beberapa menit berpikir keras dengan otaknya.

"Mereka lagi main futsal."

"Ouh," Resna mengangguk pelan, ada beberapa jeda sebelum cewek itu kembali melayangkan pertanyaan, "Lo nggak ikut?"

Tebakan Raden benar, Resna akan bertanya hal itu. Seketika ia merasa kesal mengingat perkataan Okta tadi di lapangan. Tapi ini bukan Okta melainkan Resna jadi ia terpaksa membuka mulut.

"Gue nggak begitu suka main bola." Terangnya kemudian.

"Gue juga nggak suka."

Mendapat respon Resna yang diluar prediksinya, membuat Raden tak bisa menahan senyum kecilnya. "Kita sama brati."

"Dulu lo kelas sebelas AK empat ya?"

"Kok lo tau?" Tanya balik Resna yang seketika membuat Raden gelagapan.

RADESNA [On Going]Where stories live. Discover now