BAB 43

22 5 0
                                    

Pagi ini, 12 Juli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi ini, 12 Juli.

Tuhan...

Izinkan aku berbahagia dihari ini...

Izinkan dia menjadi milikku...

Izinkan aku bertaut menjadi satu dengannya...

Izinkan aku tertawa lepas bersama orang yang aku cintai...

Tuhan...

Terimakasih, aku masih disini...

Melewati semua hal yang rumit itu...

Kadang aku kesal dengan suatu yang gagal aku gapai.

Tapi, dibalik semua itu, rencanamu lebih indah dari yang kukira...

~Sri Ratih

Dihari ini, Dipagi ini. Pakaianku berwarna Merah Muda membalut tubuhku, bersinar seperti hari ini, wajahku sudah berpoleskan Make Up yang cantik, wajahku benar-benar berubah, bahkan Nur saja tidak percaya bahwa ini adalah diriku.

Aku menghadap Cermin, Ibuku disampingku memegang pundaku dan Nur juga berada disampingku sebelah kanan memegang pundaku, sedangkan Alya sibuk dengan apa saja yang dibawanya dan dimasukkan kedalam Tas miliknya.

Wajahku terlihat sangat berbeda sekali, aura wajahku terlihat bersinar dan lebih keluar ketika aku memakai baju warna merah ini, karena baju pengantin yang sekarang aku pakai adalah pemberian dari Tuan Nick, dia menginginkan diriku memakai baju pengantin berwarna Merah.

Nur dan Ibu salting memelukku, mereka berdua menangis. Air mataku juga sebenarnya akan keluar, tapi Nur menyuruhku untuk tidak menangis, karena jika aku menangis, maka kecantikanku akan hilang, maksudnya Make Up yang ada di wajahku akan pudar jika aku ikut menangis.

"Bu, jangan menangis...Ibu relakan ? Jika aku menikah dengan Mas Ardi, jika Ibu tidak rela, maka aku tidak akan menikah dengannya...." Ucapku.

"Bukan.... begitu Ratih, Ibu hanya sedih saja jika harus menyerahkan puteri Ibu ini, begitu cepat sekali..."

"Jangan pernah kamu melawan suamimu nanti jika sudah menjadi seorang Istri, baik-baik ya Nduk....." Pecah sudah, Saat Ibu menasihatikku tangisannya dan Nur semakin terisak, aku mendengarkan nasihatnya dengan serius.

"Ya Bu, aku sayang Ibu...." Ucapku, sembari memeluk Ibu.

"Nur ?" Aku memanggil Nur.

"Iya Kak, ada apa ?"

"Jaga Ibu dan juga Alya baik-baik yaa, kamu jangan pernah melawan dengan Ibu...sayangi Ibu," Ucapku, menasihati Nur adikku yang paling besar.

"Pasti Kak."

Terdengar suara Mobil dari luar, itu adalah Mobil yang akan menjemputku menuju tempat pernikahan. Ibu, Nur dan Alya ikut bersamaku dan termasuk Bu Desi, mengiring diriku menuju pernikahan.

Mobil itu berwarna putih terlihat begitu mewah. Dengan penuh berhati-hati aku masuk kedalam Mobil, diikuti dengan Ibu, Nur, Alya, Bu Desi dan beberapa orang lainnya yang tinggal di Kontrakan.

Tidak terasa, air mataku jatuh, tanpa sepengetahuan siapapun, dengan cepat aku langsung mengelapnya. Bukan air mata kesedihan, tapi air mata yang penuh haru, dibalik rasa kebahagiaan karena aku akan menikah, begitu juga sebaliknya aku juga merasa sedih karena aku akan berpisah dengan Keluargaku setelah aku menikah nanti menjadi Istri Tuan Nick.

Angin bertiup sepoi-sepoi, kupandangi jalanan panjang yang membentang luas, kuingat kembali semua kenangan perjuanganku, dan masa-masa saat aku pertama kali bertemu dengan Tuan Nick.

Aku tidak pernah menyangka, sebentar lagi aku akan menjadi Istri dari seorang Tuan muda, yaitu Tuan Nick Konstantino Anderson.

Mobil melaju dengan cepat, melesat melewati sebuah keindahan sawah yang membentang, melewati sebuah jembatan, Jalanan ramai.

Sampai di tempat Tujuan, kuhirup udara segar, ya ini adalah sebuah Pantai. Tempat pernikahanku dan Tuan Nick adalah di Pantai, aku bisa merasakan sebuah ketenangan disini, mungkin karena alasan itulah supaya aku tetap tenang, Tuan Nick memilih Pantai sebagai tempat Pernikahan.

Tidak terlalu ramai orang kulihat, karena memang Tuan Nicklah yang menginginkan semua ini, tapi aku juga menyukai ketenangan daripada keramaian dengan ada banyak Tamu.

Terlihatlah Tuan Nick yang gagah perkasa sudah begitu siap dan duduk di Tempat pelaminan, aku tidak berani menatapnya kearah Tuan Nick, aku terlalu takut dan gugup.

Vanya juga sepertinya sudah tidak sabar untuk aku datang menghampirinya, dengan berteriak "Mama" seperti biasa, tapi Bu Sevani dengan sigap membuat Vanya tidak berisik lagi.

Bahkan aku melihat Bi Tri juga disamping Bu Sevani yang sedang duduk, Aku dan Bi Tri hanya saling bertatapan saja, dia tersenyum kearahku untuk menyemangati aku.

Entahlah, sejak kapan Bi Tri datang, tapi aku senang Bi Tri akhirnya datang juga, dia menjadi saksi juga untuk pernikahan ku dengan Tuan Nick.

Hening....

Semua orang sekarang sudah duduk dengan tertib, tanpa suara sedikitpun. Ini memang benar-benar sakral, Tuan Nick tahu apa yang aku rasakan sekarang ini, dia menatap diriku dengan satu lirikan.

Dia menggenggam tanganku di bawah, aku menggenggamnya dengan begitu erat sekali, jantungku berdegup begitu kencang sekali.

Karena Bapak entah pergi kemana, sudah bertahun-tahun menghilang tidak pernah menampakkan wajahnya lagi, Paman yang menggantikan Bapak sebagai Wali Nikah.

Kini dimulai, Usai ijab telah diikrarkan kini giliran pembacaan Kobul oleh Tuan Nick.

Saya terima nikahnya dan kawinnya Sri Ratih binti Didi Hermansyah dengan mas kawinnya yang tersebut...............

"Alhamdulillah...."

Tuan Nick mengecup keningku, sekarang aku sudah sah menjadi Istri dari Tuan Nick Konstantino Anderson, tidak pernah kusangka aku akan berjodoh dengan Tuan Nick, memang rencana Tuhan itu lebih Indah.

Menikmati indahnya pantai memang begitu Indah, kuhirup udara yang terasa segar. Ibuku, Bu Sevani, Nur kupeluk satu persatu semuanya, terukir begitu Indah senyuman keluargaku dan Bu Sevani juga.

Kami menikmati indahnya Pantai bersama-sama, Vanya berlarian senang dipinggiran Pantai, kukejar dia bersama dengan Tuan Nick.

Inilah kisah hidupku yang singkat.....

🍂🍂🍂

SRI RATIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang