BAB 32

20 5 0
                                    

💭💭💭

Pagi ini aku ikut membantu Bi Tri menyiapkan makanan untuk Bu Sevani dan juga Tuan Nick yang sudah menunggu di Meja makan. Karena Vanya belum bangun, jadi tidak masalah bagiku jika harus membantu Bi Tri.

"Nduk, kamu taruh makanan ini di Meja yaa..." Ucap Bi Tri.

"Oh iya sama ini juga, ini spesial kesukaan Tuan Nick, kalau kamu itu kenapa-kenapa jangan salahin Bi Tri, salah kamu sendiri toh, awas aja kalau Bi Tri yang disalahin..." Ucap Bi Tri, dengan Bibirnya yang monyong ketika berbicara, hehe.

"Yaa." Jawabku jelas singkat dan padat.

Akhirnya, aku juga yang menyiapkan makanan di Meja. Terlihat Bu Sevani dan Tuan Nick yang sudah menunggu daritadi, aku langsung menaruh makanan yang sudah dipersiapkan oleh Bi Tri, ada banyak sekali menu makanan untuk sarapan.

Mataku dan Tuan Nick saling bertemu entah kenapa dengan Tuan Nick yang melihat diriku dari atas hingga bawah, dia kadang begitu aneh. Memangnya ada yang salah denganku ?

Ketika aku akan pergi dari Meja makan, rasanya perutku ini mual-mual sekali, tepat dihadapan mereka aku mual-mual. Tuan Nick terlihat begitu panik ketika aku mual-mual, dari raut wajahnya terlihat sangat khawatir begitu juga dengan Bu Sevani yang juga ikut cemas terhadapku.

HOEKK !

"Kamu, ada apa...Ratih ?" Tanya Bu Sevani, berjalan mendekati diriku.

"Em, tidak apa-apa Bu..." Jawabku berbohong.

Tuan Nick terdiam. Namun raut wajahnya begitu terlihat khawatir sekali denganku, dia sebenarnya ingin mendekati diriku namun karena ada Bu Sevani, Tuan Nick tidak terlalu berani.

BRUGGG !

Tubuhku terjatuh, dengan sigap Tuan Nick langsung menangkap tubuhku daltan pelukanya. Aku langsung digendong oleh Tuan Nick menuju ke Kamar Ratih yang berada dilantai atas, diikuti dengan Bu Sevani yang mengikuti Tuan Nick berjalan dari arah belakang.

Tuan Nick meletakkan Ratib di Kasur. Terlihat sekali wajah Tuan Nick yang begitu cemas terhadap Ratih.

"Nick, Ibu sudah panggilkan Ratih Dokter untuk kesini...pas banget Dokter itu sekarang lagi bisa dateng...." Ucap Bu Sevani.

"Apa Dokter itu perempuan Bu ?" Tanya Tuan Nick.

"Mau perempuan atau laki sama aja, kenapa kamu bertanya seperti itu ke Ibu ?" Tanya Bu Sevani yang balik penasaran.

"Emm, tidak apa-apa Bu." Jawab Tuan Nick.

"Kenapa kamu masih disini, biar Ratih Ibu yang jaga, sekarang kamu Makan lalu berangkat ke Kantor..." Ucap Bu Sevani.

"Biar aku disini saja...Bu, aku ingin tahu kondisi Ratih," Ucap Tuan Nick yang terlihat begitu cemas, karena takut terjadi apa-apa dengan Ratih.

"Kamu ini kenapa, Nick ? Kenapa kamu menjadi begitu perhatian dengan Ratih, atau...." Ucap Bu Sevani menatap wajah anaknya yang terlihat aneh, bahkan perilakunya juga tidak seperti biasanya.

CKLLEKK !

"Permisi...."
Seorang Dokter perempuan berpakaian rapi masuk kedalam Kamar Ratih. Dokter perempuan itu tersenyum dengan ramah kepada Bu Sevani dan Tuan Nick, Bu Sevani langsung mempersilahkan Dokter itu untuk segera memeriksa Ratih yang masih belum juga terbangun.

Dokter itu langsung memeriksa badan Ratih dengan menggunakan stetoskop yang dikalungkan di leher bajunya.

Bu Sevani dengan raut wajah yang serius melihat Dokter perempuan itu melakukan pekerjaannya, begitu juga dengan Tuan Nick yang sepertinya terlihat sangat cemas.

"Bagaimana, Dok... dengan Ratih ?" Tanya Bu Sevani, Tuan Nick sepertinya sudah terlihat tidak sabar mendengarkan perkataan dari Dokter itu.

Dokter itu langsung tersenyum sumringah ketika Bu Sevani menanyakan keadaan Ratih kepada Dokter perempuan itu, dan disaat itulah aku terbangun, rasanya kepalaku terasa begitu pusing sekali, dan secara tidak langsung aku bisa mendengarkan percakapan mereka walau terdengar samar-samar tidak begitu jelas.

"Selamat ya Nyonya, Bu Ratih sekarang sedang hamil Dua Minggu...." Ucap Dokter itu dengan tersenyum.

"APA ?! AKU HAMIL !" Aku sangat terkejut ketika Bu Dokter mengatakan hal itu, aku menundukkan wajahku, aku malu, aku takut Bu Sevani akan memarahiku.

"Bu Ratih, harus selalu diperhatikan ya Bu supaya bayi yang ada dikandungnya sehat, baiklah saya keluar dulu..." Ucap Bu Dokter, berpamitan dengan Bu Sevani dan pergi menuju keluar.

DEGG

"APA ?! Hamil ?" Bu Sevani sangat terkejut mendengar perkataan dari Bu Dokter.

"Kamu hamil dengan siapa, Ratih ?" Tanya Bu Sevani menatap tajam kearahku, wajah Bu Sevani kali ini benar-benar membuatku takut, yang terlihat seperti akan marah kepadaku.

Sebelum aku menjawabnya, Tuan Nick mendekat ke arahku lalu memeluk diriku, aku terdiam terkejut ketika Tuan Nick memeluk diriku, betapa beraninya Tuan Nick melakukan hal itu didepan Bu Sevani.

Bu Sevani yang melihat tindakan Tuan Nick spontan memelukku, raut wajahnya mengatakan tidak menyukai tindakan putranya kepadaku, aku takut sekali melihat sisi lain dari Bu Sevani yang belum pernah aku lihat.

"Nick ?! Apa yang kamu lakukan terhadap Ratih, kenapa kamu memeluk Ratih ?" Tanya Bu Sevani kepada Tuan Nick.

Tuan Nick melepaskan pelukannya dariku, dan berjalan menghampiri Bu Sevani disampingnya, dengan berani mengatakan....

"Dia sedang mengandung anaku, Bu..." Ucap Tuan Nick.

PLAKK !

Satu tamparan keras mendarat di wajah Tuan Nick. Namun Tuan Nick seperti tidak merasa apa-apa, Tuan Nick menerima tamparan dari Ibunya tanpa bereaksi apapun selain memegangi pipinya.

Aku memeluk kedua kakiku dengan spontan karena aku ketakutan, sangat ketakutan ketika Bu Sevani menampar wajah Tuan Nick, betapa marahnya Bu Sevani sekarang ini.

"Apa kamu, GILA Nick ?!"

"Apa kamu sadar, Nick....! Dia itu hanya seorang pembantu di rumah ini," Ucap Bu Sevani membentak Tuan Nick sembari Jari-jarinya menunjuk diriku.

DEGG

Betapa sakit sekali hatiku mendengar perkataan Bu Sevani, aku tidak pernah menyangka, tidak pernah menduga, baru kali ini aku mendengarnya langsung, air mataku langsung keluar, rasanya sakit sekali tidak bisa aku jelaskan lagi.

"Apa yang Ibu katakan ?! Jangan marahi Ratih Bu ! Marahi aku saja, aku yang melakukan hal itu pada Ratih...Ratih tidak salah apa-apa, tapi aku yang salah Bu..." Ucap Tuan Nick yang berusaha membelaku.

"Ibu sangat marah kepadamu Nick !" Ucap Bu Sevani, Bu Sevani berjalan menuju diriku yang berada diatas Kasur, matanya penuh dengan amarah menatap diriku dengan tatapan yang amat tajam.

"RATIH ! Sekarang kamu pergi dari sini, sekarang juga...!" Bentak Bu Sevani kepadaku, saat itu juga aku yang menangis semakin terisak-isak, semua rasa itu bercampur menjadi satu.

"Maafkan Ratih, Bu..."

"Cukup ! Sekarang juga kamu pergi Ratih, saya tidak mau melihat wajahmu lagi !" Bentak Bu Sevani yang semakin menjadi, tanganku ditarik paksa untuk segera pergi oleh Bu Sevani, tapi Tuan Nick tidak tinggal diam.

Continue...

SRI RATIHWhere stories live. Discover now