BAB 10

32 10 0
                                    

Happy Reading 🖤

Malming nih.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lagi ngapain nih guys ?

Udara sangat dingin sekali diluar menyelimuti dinginnya hati Ratih Malam ini, aku Malam ini benar-benar tidak bisa Tidur, melihat yang lainya bisa Tidur hanya aku saja yang belum Tidur, bukan aku tidak bisa tidur karena udara yang sangat dingin ini, tapi karena aku masih memikirkan Pria yang aku cintai yaitu Mas Ardi, tidak habis pikir, seperti mimpi bahwa kini aku sudah putus dengannya.

Aku masih sayang, cinta, aku rindu denganmu Mas, aku dekat dengan Pria lain bukan berarti aku cinta dengannya, tapi aku berkorban untuk keluargaku walau itu salah.

Ketika aku masih sangat mencintaimu, tapi kamu pergi, kamu menjauhiku, Justru disaat saat inilah, aku membutuhkan dirimu, aku butuh kamu Mas Ardi, padahal ketika waktu di Taman Kota tadi aku akan memberitahu dan berpamitan juga dengan Mas Ardi bahwa hari besok aku akan pergi ke Jakarta, tapi malahan diluar kendali, dan ada perselisihan, jadi mana mungkin atau sempat memberitahukan hal ini pada Mas Ardi, yang ada hatiku malahan sakit karena diputus oleh Mas Ardi.

Bahkan setelah aku pulang dari Taman Kota tadi, mengenai aku putus hubungan dengan Mas Ardi belum ada yang tahu, Ibu dan Nur juga tidak tahu, karena aku sembunyikan rapat-rapat. Aku menangis terisak-isak dari balik bantal, aku tutupi wajahku dengan bantal supaya Nur, Alya dan Ibu tidak mendengarnya, Sialnya Nur telah mendengar suara tangisanku dan akhirnya terbangun.

"Kak, Kak Rat," Nur menepuk lengan tanganku dengan pelan, Nur juga mengintip wajahku dari balik bantal, aku singkirkan bantal yang menutupi wajahku, dan aku langsung memeluk Nur dengan masih menangis terisak-isak tapi tidak bersuara, aku terpaksa memperlihatkan ini pada Nur, karena memang pasti Nur akan tahu lebih dulu.

"Lho, ke..kenapa Kak Rat nangis, Kakak kenapa Kak, apa gara-gara besok Kakak akan pergi jadi Kak Rat nangis, gitu ?" Tanya Nur.

"Pelan-pelan Nur, bicaranya," Aku mengingatkan Nur untuk mengecilkan suaranya, karena aku tidak mau Ibu dan Alya terbangun juga, aku tidak ingin merepotkan mereka juga.

"Bukan karena itu Nur," Aku menghapus air mataku, dan berusaha menenangkan emosiku sendiri supaya tidak menangis lagi.

"Lalu karena apa, Kak ?!"

"Aku, aku Putus dengan Mas Ardi," Ucapku.

"Apa !!!"

"Ssssttt.....Jangan berisik Nur, kamu ini," Aku menutup mulut Nur supaya tidak berisik.

"Kakak putus dengan Mas Ardi ?! Kenapa Kak Rat tidak bilang daritadi sama Nur, apa Ibu juga tidak tahu Kak ?" Tanya Nur.

"Jangan Nur, kamu jangan beritahu hal ini dulu kepada Ibu ya, biar kamu dulu aja yang tahu, aku tidak mau buat Ibu jadi kaget, tadi aja kamu kaget, apalagi kalau Ibu coba," Ucapku.

"Ya Kak, tapi kenapa Kak ?"

"Kenapa apanya ?"

"Kenapa Kak Rat bisa putus sama Mas Ardi ? Perasaan kemarin-kemarin nggak ada apa-apa deh, tapi sekarang malahan tau tau sudah putus ?"

"Hmm, Ini cuma salah paham aja Nur," Ucapku beralasan.

"Ya sudahlah sekarang tidur aja, Kakak doakan ya Nur, semoga besok ke Jakartanya lancar,"

"Aamiin, aamiin, aamiin, Ya Kak pasti Nur doakan, semoga lancar selalu yaa," Jawab Nur.

"Jangan Nangis lagi Kak," Ucap Nur yang meledekku.

"Apa si Nur." Aku menatap tajam kearah Nur.

Aku berbaring kembali ke Kasur, aku berharap bahwa malam ini bisa tertidur dengan cepat, nyatanya tetap tidak bisa, yang ada dalam pikiranku saat ini hanyalah Mas Ardi Himawan, aku sangat mencintainya, bahkan aku belum bisa tidur juga karena memikirkan Mas Ardi, kulihat Nur sudah tertidur pulas kembali, tapi aku masih sibuk dengan memikirkan Mas Ardi, apakah aku bisa kembali lagi dengan Mas Ardi ? Apa sekarang dia juga memikirkan diriku, mungkin saja sekarang Mas Ardi juga memikirkan diriku dan sama tidak bisa tidur seperti aku.

SRI RATIHWhere stories live. Discover now