BAB 6

37 11 0
                                    

TOKK

TOKK

TOKK

***

Mas Ardi mengetuk pintu rumah Ratih, seperti biasanya dia pagi ini menjemput Ratih untuk pergi ke Sekolah bersama lagi.

Hampir empat ketukan pintu yang sudah Ardi ketuk, akan tetapi belum juga dibuka pintunya, saat ia akan pergi dengan menuju sepeda motornya, barulah Ibu dari Ratih keluar membuka pintunya.

Mas Ardi pikir bahwa Ratih yang akan membukakan pintu, ternyata bukan, Mas Ardi bergegas kembali menuju Ibu Ratih sebelum tadi sempat memakai helmnya.

Mas Ardi menjadi khawatir akan kondisi dari Ratih, karena biasanya Ratih sudah menunggu Ardi duduk di Kursi depan halaman rumah, tapi kali ini tidak.

Mas Ardi menjadi sangat cemas setelah mendengar ucapan dari Ibu Ratih, bahwa Ratih hari ini tidak bisa masuk sekolah dikarenakan sakit, Mas Ardi langsung bergegas masuk kedalam Kamar Ratih untuk melihatnya sendiri.

Memang benar saja, setelah masuk kedalam kamar Ratih, Mas Ardi melihat wajah Ratih yang terlihat agak pucat, Ibu Ratih meninggalkan Mas Ardi dan diriku untuk memiliki waktu berdua di Kamar.

Mas Ardi mendekati diriku dan langsung mengecek keningku dengan tangannya, raut wajahnya menandakan bahwa dia sekarang ini sangat khawatir kepadaku.

"Kamu ini kenapa Dek ?"

"Lho, Badan kamu panas gini," Mas Ardi menyentuh keningku lagi berkali-kali dengan tangannya, ia juga membelai rambutku.

"Nggak kenapa-kenapa Mas, aku hanya kelelahan aja mungkin, jadi badanku sekarang ini panas sekali, kamu tidak usah khawatir Mas, sekarang kamu harus berangkat sekolah kan, gih cepetan berangkat, nanti kamu bisa telat," Ucapku panjang lebar pada Mas Ardi.

Ketika Mas Ardi memegang leherku dengan tangannya, dia baru menyadari bahwa leherku terdapat bekas tanda merah.

"Kenapa leher kamu begini Dek ?"

"Merah merah semua lehernya !? Kamu habis ngapain ?" Mas Ardi semakin mendekatkan wajahnya untuk melihat lebih jelas kearah leherku, akan tetapi aku segera menghindar dari Mas Ardi.

Aku sangat takut sekali jika Mas Ardi bertanya yang macam-macam kepadaku.

Sedangkan aku bingung sekali untuk menjawab hal itu dari Mas Ardi dan juga aku merasa sedikit ketakutan ketika Mas Ardi mempertanyakan hal itu kepadaku, seolah pertanyaan itu adalah sebuah jawaban yang benar, padahal Mas Ardi tidak tahu apa-apa.

Aku sedikit termenung mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Mas Ardi, aku jadi mengingat pada kejadian tadi Malam dengan Tuan Nick.

"Ini, bukan apa-apa Mas, hanya bekas kerokan saja, kan aku juga masuk angin," Jawabku beralasan.

"Memangnya kamu tadi malam habis kemana sampai bisa masuk angin," Mas Ardi sepertinya masih terlihat penasaran dengan apa yang terjadi pada diriku.

"Sudahlah Mas, sekarang kamu berangkat ke Sekolah, nanti kamu bisa telat, lho," Ucapku.

"Kamu beneran nggak sakit yang serius kan ?"

"Ya Mas, aku nggak kenapa-kenapa, gih kamu sekarang ke Sekolah," Ucapku.

Efek hubungan tadi Malam benar-benar masih terasa hingga saat ini, sampai sampai membuat tubuhku sakit semua, pegal-pegal bahkan ada sedikit rasa perih yang aku rasakan, aku merasa seperti pembohong besar karena telah mengkhianati cinta dari Mas Ardi, dan untungnya saja Ibu belum tahu akan bekas tanda merah dileherku.

SRI RATIHWhere stories live. Discover now