BAB 39

15 5 0
                                    

Enaknya rebahan sambil makan Mi Instan, ditambah baca Novel. Mantap pokoknya.

**

Semuanya masuk kedalam Mobil Tuan Nick begitu juga dengan diriku, aku tidak menyangka kini keadaan berbalik dengan cepat.

Aku jadi ingat dengan perkataan Mas Ardi tadi yang telah melarang diriku untuk tidak terjun kebawah Jembatan, aku tidak bisa membayangkan jika tadi tidak ada yang mengingatkan diriku pasti aku sudah tidak ada di Dunia ini.

"Terimakasih Mas...." Ucapku dalam hati, aku mengingat kejadian tadi, bagaimanapun juga Mas Ardi telah menyelamatkan diriku, jika tidak maka sekarang aku tidak akan ada bersama keluargaku di dalam Mobil Tuan Nick.

Sampai di Rumah, semuanya turun dari Mobil, akan tetapi Vanya masih digendong olehku, dia benar-benar tidak mau berpisah denganku. Ibu langsung mempersilahkan Bu Sevani dan Tuan Nick masuk kedalam Rumah kontrakan ini.

Ibu menyuruh Nur untuk segera membuatkan minuman untuk Bu Sevani dan Tuan Nick. Sekarang apa yang akan Tuan Nick lakukan di Rumahku ini ?

Aku masih bertanya-tanya, kenapa dia tiba-tiba sekarang kerumahku ? Apa yang sekarang Tuan Nick inginkan, itulah yang aku pikirkan sedari tadi.

Bu Sevani dan Tuan Nick dipersilahkan duduk oleh Ibuku, aku ikut duduk disamping Ibu sembari menggendong Vanya, Nur membuatkan minuman, sementara Alya duduk dilantai memperhatikan pembicaraan kami.

"Silahkan diminum Bu...." Ucap Ratih, mempersilahkan untuk diminum Teh buatannya.

Nur begitu berhati-hati ketika melewati Bu Sevani dan Tuan Nick yang duduk, dia memang sopan sekali, aku bangga pada Nur adikku dan juga Alya. Nur ikut duduk disampingku, dia tersenyum sumringah kearahku, entah kenapa aku jadi ikut tersenyum ketika Nur tersenyum.

"Sebelumnya saya Minta Maaf kepada Ratih, Maafkan saya Ratih, karena saya sudah memarahi kamu dan mengusir kamu Nak..." Ucap Bu Sevani, sedikit menundukkan pandangannya.

"Ti... tidak bu, wajar saja Ibu marah kepada saya, Ibu saya sendiri juga terkejut mendengar saya... melakukan hal itu..." Ucapku yang sedikit gugup, tapi aku masih bisa mengatasinya, tanganku terasa sedikit dingin, namun Nur yang duduk disampingku menguatkanku dengan berbisik sesuatu ditelingaku.

"Langsung saja ya Bu, biar anak saya yang berbicara...." Ucap Bu Sevani, yang menatap kearah Ibuku, tapi entah kenapa aku merasa Ibuku dan Bu Sevani begitu akrab.

"Bu..." Ucap Tuan Nick menatap wajah Ibuku, baru kali ini dia terlihat benar-benar serius sekali, semua pandangan kini tertuju pada Tuan Nick, begitu juga denganku.

DEGG

"Apa yang akan Tuan Nick lakukan ? Apa dia..." Ucapku dalam hati, dia belum mengucapkannya tapi sekarang aku tahu apa yang akan Tuan Nick akan ucapkan.

Keringat dingin terasa hampir keseluruh badanku, Nur disampingku membisikkan kata-kata supaya aku tetap tenang, tangan Nur menggengam tanganku.

"Kak, jangan tegang.... pegang tangan Nur," Ucap Nur, aku mengikuti apa yang Nur katakan, sepertinya Nur juga sudah tahu apa yang akan Tuan Nick ucapkan.

"Bu, kedatangan saya kesini adalah untuk.... Melamar anak Ibu, yaitu Ratih," Ucap Tuan Nick, menatap ke arahku.

DEGG

"APA !?" Aku dengan spontan berucap, semua mata tertuju kearahku, wajahku memerah, Mata Tuan Nick benar-benar menghipnotis diriku, lalu ia tersenyum kearahku.

"Ya Tuan Nick, itu semua tergantung dengan Ratih, Ibu setuju-setuju saja, apalagi Ratih sekarang sedang mengandung anakmu Tuan ?" Ucap Ibu.

"Ratih, Bagaimana Nak ?" Tanya Ibu padaku, aku dibuat gelagapan dengan semua ini, semuanya benar-benar tanpa persiapan, aku harus menjawab apa sekarang.

"Em, bolehkah saya berbicara Empat Mata dengan Ratih, Bu....?" Tanya Tuan Nick pada Ibuku.

Ibu hanya mengangguk tersenyum ketika Tuan Nick meminta izin pada Ibuku.

"Ap...apa ini, Bu...aku..." Ucapku, yang masih gelagapan.

"Sebenarnya tadi, Tuan Nick dan Bu Sevani sudah menjelaskan semua kejadian itu pada Ibu, makanya tadi Ibu datang bersama-sama menjemput kamu dengan Mobil...." Ucap Ibu.

"Kamu jangan khawatir Ratih, sekarang ikutlah dengan Nick....bicara empat Mata," Sahut Bu Sevani.

"Kau dengar, Ratih...Ibuku dan Ibumu sudah mengizinkan ?"

"Sekarang apalagi, Ayolah ikut denganku ke suatu tempat, aku ingin kita berbicara hanya Empat Mata saja," Ucap Tuan Nick, senyumannya membuatku kesal saja seperti meledekku.

Aku menatap Nur, meminta pendapat Nur, dia juga sama saja, begitu menyetujui ajakan Tuan Nick kepadaku.

Aku terpaksa berjalan berdua dengan Tuan Nick menuju Mobilnya yang ada diluar, entahlah sekarang akan pergi kemana, aku menurut saja dengan ajakan Tuan Nick padaku.

Dia menghentikan langkahnya sebelum masuk kedalam Mobil, Tuan Nick menggenggam kedua tanganku lalu dikecupnya perlahan. Matanya menatap diriku tanpa kedip, kedua tangannya membelai rambutku, tapi aku segera mencegat tangannya yang akan menyentuh pipiku.

"Jangan macam-macam Tuan..." Ucapku dengan nada penuh kekesalan.

"Apa ?"

"Apa kamu bilang ? Bukankah aku sudah macam-macam denganmu, benar ? Buktinya sekarang kamu hamil, sayang," Ucap Tuan Nick, dia sepertinya sengaja meledekku untuk membuat diriku kesal dengannya.

"Benar kan ?"

"Ayo masuk ke Mobil !" Aku tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Tuan Nick, langsung kuterobos saja diriku masuk kedalam Mobil, tapi...

Tapi sebelum itu, Tuan Nick langsung menariku kembali dan terjatuh kedalam pelukannya, mata kami saling bertemu.

Kupandangi Mata Tuan Nick yang telah membiusku, rasanya aku ingin menatapnya begitu lama lagi.

Tapi aku tersadar dengan apa yang sekarang yang telah terjadi, bisa dibilang aku sudah mulai menyukai kepada Tuan Nick tapi aku terlalu gengsi untuk mengakuinya sekarang ini.

SRI RATIHWhere stories live. Discover now