BAB 28

43 5 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading

Sudah lama sekali tidak bertemu dengan Mas Ardi, bahkan hampir tidak pernah berteleponan lagi dengannya karena kami berdua sama-sama sibuk dengan urusannya masing-masing.

Mungkin hampir sebelas bulan aku bekerja di Rumah ini aku tidak berteleponan lagi dengan Mas Ardi, terakhir kali saat aku menerima sebuah surat dari Mas Ardi pada waktu itu, setelah itu sudah tidak saling berhubungan atau berbicara satu sama lain, tapi hubungan kami tetap masih baik sampai sekarang ini.

Sebenarnya aku juga merasa sedikit was-was kepada Mas Ardi, aku takut Mas Ardi akan mengetahui jika dia sekarang berada di Rumah Tuan Nick. Seorang Pria yang membuat Mas Ardi memutuskan hubungan denganku pada waktu itu.

Tapi aku sedikit merasa lega, karena sekarang ini Tuan Nick sedang tidak berada di Rumah, melainkan bekerja.

Kulihat Mas Ardi berdiri diluar Pintu Gerbang, dengan sabarnya dia menungguku di luar. Tetapi disana juga ada Bu Sevani yang mungkin sedang berbicara dengan Mas Ardi.

"Sini Ratih !" Bu Sevani segera menyuruhku berjalan mendekat.

"Biar Ibu saja yang menjaga Vanya, pacarmu sudah menunggu lihatlah...Ibu perbolehkan kamu bertemu dengan Ardi," Bu Sevani segera mengambil Vanya dariku. Lalu kemudian pergi dengan Vanya menuju kedalam Rumah.

Dari jauh Bu Sevani tersenyum kepadaku. Tapi aku yang kini gugup dengan keadaan saat ini.

Mas Ardi menatap diriku kemudian tersenyum kearahku, aku tersenyum malu kepada Mas Ardi tapi aku senang sekarang, aku bisa melihat perubahan dari Mas Ardi, entah kenapa dia sekarang bertambah keren dan dewasa menurutku.

Pintu Gerbang terbuka. Mas Ardi langsung memeluk diriku dengan sangat erat, tapi aku senang bisa merasakan pelukan itu kembali memeluk diriku setelah sekian lama.

Aku dan Mas Ardi saling memandang satu sama lain, dan kemudian tertawa bersama, menertawakan tindakan kami masing-masing.

Masih berada didekat Pintu Gerbang. Hingga aku tersadar bahwa sekarang aku dan Mas Ardi berada didekat Pintu Gerbang, aku baru merasakan perasaan malu ketika ada mata Pak Satpam yang masih disitu melihat kami.

SRI RATIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang