BAB 41

25 5 0
                                    

Aku masih merasa bahwa ini adalah sebuah Mimpi tapi ternyata tidak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku masih merasa bahwa ini adalah sebuah Mimpi tapi ternyata tidak.

Dimalam ini juga aku telah menjadi milik Tuan Nick walaupun belum resmi, entah kenapa ketika Tuan Nick memanggilku Nyonya Anderson, aku tertawa geli ketika mendengarnya.

"Dengar, Sekarang kamu telah menjadi milikku Nyonya Anderson..." Ucap Tuan Nick dengan tatapan yang begitu menggoda, dia tersenyum kearahku, tangannya begitu jahil mengacak-acak rambutku.

"Lalu Apa ?"

"Lalu apa ? Kamu jangan memanggilku Tuan lagi, panggil saja aku dengan sebutan Nick saja....dan aku memanggilmu Bunny, Bagaimana ?" Tuan Nick mengedipkan matanya kearahku dengan senyuman jahilnya.

"Hah, Bunny ? Kenapa harus Bunny ?" Aku mengernyitkan dahi, kenapa tidak memanggil-manggil dengan sebutan yang lain saja, kenapa harus Bunny .

"Dan kenapa aku harus memanggilmu Nick, tidak saya..." Belum selesai aku mengucapkan perkataanku, Tuan Nick tiba-tiba menggendong diriku menuju ke Kasur apartemen.

"Tuan....apa yang kau...." Aku sedikit terkejut dengan perlakuan Tuan Nick yang tiba-tiba menggendongku dengan spontan.

"Panggil aku Nick, jangan Tuan, Bunny..." Ucap Tuan Nick.

Aku digendong dengan kedua tangan Tuan Nick yang kekar, aku mengalungkan kedua tanganku dilehernya.

Kini, Tuan Nick berada diatasku, dan aku dibawahnya, kami bertatapan cukup lama dan Intens, dia menatap kearah perutku yang tidak buncit itu.

"Bunny, jika anak ini lahir perempuan aku akan menamainya Arawinda...." Ucap Tuan Nick yang masih dalam posisinya.

"Tapi jika......"

"Jika dia laki-laki, aku akan menamainya dengan nama August..." Ucap Tuan Nick, aku hanya tersenyum mendengar apa yang Tuan Nick katakan.

Ketika Tuan Nick akan berdiri dari posisinya yang berada diatasku, aku meraih tangannya kembali, dia terjatuh kembali diatasku.

Sekarang aku merasa begitu agresif sekali, karena aku menginginkan Tuan Nick sekarang, yang aku inginkan hanyalah Tuan Nick saat ini juga, karena entah berapa lama aku menahan keinginanku atau mungkin lebih tepatnya keinginan Bayi yang ada di dalam perutku ini.

Tuan Nick tertegun melihat tindakanku yang tiba-tiba meraih tangannya dan betapa beraninya aku, sekarang kami berdua dalam posisi yang sama seperti tadi, wajah Tuan Nick terlihat begitu kebingungan.

"Kau menggodaku Bunny ?" Ucap Tuan Nick, kedua tangannya meraih bibirku, wajah kami seperti tanpa jarak sekarang ini.

Aku sendiri bingung akan menjawab apa, tapi inilah yang aku inginkan tiba-tiba saat ini juga.

"Kamu tahu Bunny....? Kau telah menggodaku, apa kamu mau aku makan..." Ucap Tuan Nick dengan senyum jahilnya, wajahnya berubah terlihat sangat senang.

"Memang aku minta dimakan Nick...." Ucapku, yang membuat wajah Tuan Nick terlihat seperti tidak percaya. Ditambah lagi dengan diriku yang terlalu berani memegang wajah Tuan Nick, dia membalasnya dengan menyentuh tanganku kemudian dikecup.

"Kau... apakah aku sedang Mimpi, kau ingin aku makan ? Apa kamu serius Bunny dengan ucapanmu ?" Tanya Tuan Nick memastikan.

"Lebih tepatnya bukan aku yang meminta, tapi bayi ini yang meminta...." Ucapku dengan nada bicara malu-malu.

"Baiklah...kita mulai, Bunny ?"

Dengan penuh keagresifan, Tuan Nick langsung menjalankan aksinya. Jas yang dipakainya langsung dilepas ke sembarang arah. Setiap lekukan tubuhku tidak terlepas dari kecupan Tuan Nick.

Tubuhnya yang kekar begitu kuat sekali, aku melihatnya langsung terpesona dengan seorang Tuan Nick, kali ini aku benar-benar mengatakannya tanpa rasa malu lagi.

Beberapa Menit......

DRRRTT

Handphone Tuan Nick yang berada diatas Meja nakas bergetar berkali-kali. Tuan Nick dengan kesal mengelap peluhnya dengan kasar.

Wajahnya terlihat begitu kesal, padahal permainan itu akan mencapai klimaksnya tapi tiba-tiba ada panggilan dari Handphonennya.

Tapi keuntungannya adalah aku bisa bernafas lega sejenak, karena aku bisa bernafas sebentar gara-gara perlakuan Tuan Nick yang terlalu agresif, keringatku keluar bercucuran, tapi juga aku merasa lega karena keinginan ngidamku yang satu ini bisa tersalurkan akhirnya.

"Angkatlah Nick...siapa tahu itu penting," Ucapku. Sebenarnya aku masih merasa aneh dengan yang biasa menyebut Tuan Nick sekarang menjadi Nick, memang aneh terdengarnya.

"Hallo....?"

"Baiklah aku akan kembali Bu,"

Tuan Nick langsung mematikan panggilan dari Handphonennya, beralih memakai baju yang tadi ia buang ke sembarang arah.

"Apa itu Bu Sevani, Nick ?" Tanyaku.

"Ya Bunny, sekarang ayo kita pulang," Ucap Tuan Nick sembari memakai Jasnya.

Aku menatap Tuan Nick tanpa berkedip sedikitpun, aku terlalu mengaggumi wajah yang tampan itu.

Tuan Nick menyadarkan diriku dengan tangannya dihadapan wajahku, lamunanku langsung terbuyar seketika.

"Aku tahu, kamu terpesona dengan ketampananku kan, Bunny ? Ya aku tahu aku memang Tampan," Ucap Tuan Nick dengan percaya dirinya.

"Ya ya, kuakui," Ucapku, sebenarnya agak menyebalkan sekali, tapi aku menyukainya.

"Ayo...Bunny," Tuan Nick mengulurkan tangannya agar aku beranjak dari Kasur, tapi aku bersikap manja kepadanya, aku tidak menerima uluran tangan Tuan Nick kepadaku.

Lebih tepatnya, ini adalah kemauan dari Bayi kecil yang ada didalam perutku.

"Gendong aku...." Pintaku dengan manja dan mata memohon seperti anak kecil, aku senang melihat Tuan Nick yang sedikit kesal dengan tingkahku ini, dia terlihat manis sekali ketika merasa kesal.

"Kau ini bukan anak-anak, Bunny...jangan manja...." Ucap Tuan Nick.

"Tapi ini permintaan calon anakmu, Tuan..." Ucapku bersikeras.

Aku tersenyum puas ketika melihat wajah Tuan Nick yang terlihat kesal kepadaku, tapi dia tetap menuruti apa yang aku inginkan.

Semua mata yang ada di dalam Apartemen ini hanya tertuju pada kami berdua, aku digendong Tuan Nick sampai masuk kedalam Mobil yang berada didepan Apartemen.

Tiba-tiba hujan turun dengan deras sekali, pandangan jalanan tertutup oleh rintik hujan yang semakin deras, ditambah lagi dengan petir yang menyambar di langit, aku terkejut benar-benar terkejut sekali petir itu tiba-tiba bersuara keras mengagetkan diriku, dengan spontan aku langsung memeluk Tuan Nick yang ada disampingku.

DEGG

"Aku takut, Tuan...." Ucapku, yang masih memanggil Tuan Nick dengan sebutan Tuan bukan Nick, aku memeluknya sangat dekat dan begitu erat.

"Jangan takut Bunny, aku disini...." Ucap Tuan Nick, sembari mengecup keningku.

Aku bisa bilang, bahwa Tuan Nick adalah Pria yang dingin tapi romantis dan begitu perhatian kepada siapapun terlebih-lebih dengan Bu Sevani dan Vanya, dia bahkan memakaikan Jas yang dipakainya ketubuhku, dengan keinginannya sendiri.

"Tuan...."

"Sudah Bunny, jangan takut...jika kamu takut, peluk saja diriku..." Tuan Nick yang fokus menyetir Mobilnya sedikit melirikku.

Kedua pipiku langsung memerah mendengar ucapan Tuan Nick, kadang aku berpikir, betapa bodohnya aku bahwa dulu yang bersikap terlalu dingin kepada Tuan Nick. Dia itu adalah idaman para wanita, termasuk aku, dan sekarang dia berada disampingku.

SRI RATIHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang