64. Karena masalah ini?

1.6K 343 6
                                    

Update! Maaf ya nunggu lama sekali:)

Kalau mau baca cepat bisa langsung ke Karyakarsa sudah bab 86! Sebentar lagi Tamat loh di sana:)

Selamat membaca, jangan lupa support dengan vote dan komentarnya:*


Kedatangan Willy ternyata tidak seburuk dugaanku. Yang aku pikir akan membuat masalah besar, nyatanya Willy bisa menyesuaika diri dengan baik di sini. Apa lagi dengan perannya yang menggunakan nama samaran, Willy tampak berhati-hati sekali mengatakannya. Aku bersyukur punya kekasih yang cukup peka. Meski aku tahu dia sendiri bingung kenapa harus melakukan ini.

"Kamu kerja apa di Bandung Wil?" tanya Alga.

Kami sedang berkumpul di ruang televisi. Di temani kopi dan teh hangat. Tak lupa pisang goreng buatan Santi yang tak ada duanya.

"Saya mengelola toko roti Mas."

"Kamu yang punya?"

Willy mengangguk. "Iya Mas."

"Wah, gak disangka ternyata adikku pintar cari teman. Sampai bisa temenan sama pemilik toko juga. Pantas saja dia gak masuk kamu gak mempermasalahkannya."

Willy tersenyum. "Itu dia Mas. Ara malah minta resign. Padahal saya gak keberatan kalau dia mau cuti lama juga."

"Memang pemalas dia orangnya," tukas Alga.

Aku melotot tak terima. Obrolan macam apa ini, kenapa mereka membicarakan orang yang jelas ada di depan mata. "Aku gak pemalas ya. Aku gak enak saja, baru kerja sudah minta-minta cuti. Makanya aku pilih resign daripada merepotkan orang lain."

"Mas saja setiap hari direpotkan kamu, kamu biasa saja tuh," sindir Alga.

Aku mendengus. "Itu beda konteks ya Mas."

"Sama saja dong harusnya."

"Beda. Kalau sama Mas Alga sudah jelas bukan masalah besar. Justru itu kewajiban Mas harus direpotkan sama aku. Coba kalau gak ada yang merepotkan Mas gimana? Mas pasti sedih nanti."

"Gak kok. Malah bersyukur."

Aku menggembungkan pipiku kesal. "Ih, Mas Alga!"

"Bercanda, ambekan banget sih jadi orang."

"Cengeng juga Mas," sambung Willy.

"Betul! Kamu ternyata tahu juga sifat buruknya."

Aku berdecak. "Aku denger ya. Gak sopan banget ngomongin orang."

"Memang kamu orang?" tanya Alga.

"Oh iya lupa. Aku kan bidadari."

"Cih."

Aku menjulurkan lidahku meledek Alga. Sementara Willy hanya tertawa kecil. Nenek tak ikut bergabung karena sudah tidur duluan. Mungkin kelelahan, karena yang aku dengar dari Santi. Nenek membantunya membuat makan malam saat tahu ada Willy datang kemari.

"Oh iya Mas, semua jenis biji kopi di sini ada?" tanya Willy. Mulai kembali membuka obrolan.

Aku tidak tahu kenapa Willy harus membicarakan tentang biji kopi. Memang sih di toko roti miliknya dijual beberapa jenis kopi. Tapi itu ide bodoh yang aku keluarkan begitu saja demi mengelabui Alga. Tapi kenapa mendadak jadi panjang begini urusannya.

Alga yang tadi santai mendadak jadi bersemangat lagi ditanya soal biji kopi oleh Willy. Cih, Alga memang akan selalu bersemangat jika itu menyangkut tentang usahanya.

"Oh jelas. Apa yang kamu mau? Kopi luak? Arabic? Semua di tanam di sini. Bahkan kalau mau, telur juga ada. Kamu bisa borong buat toko mu. Saya kasih harga murah deh."

Reaching Dream, with Bos!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora