59. Pemiliknya

2.5K 505 20
                                    

Update!

Masih nungguin? Jangan lupa vote dan komentarnya ya, selamat membaca:*

Yang mau baca cepat bisa langsung ke Karyakarsa ya, sudah bab 78! Ada POV Deka juga:*

Halusinasi memang datang kapan saja. Apalagi saat kita sedang memikirkannya. Masalahnya, manusia yang sedang berdiri di depanku ini─aku tidak sedang memikirkannya. Meski beberapa kali ingat, itu hanya sebuah angin lalu. Tapi kenapa dia sekarang mendadak ada di depanku? Tidak. Kalau posisinya aku sedang berada di kost, aku bisa memakluminya. Tapi ini, ini sedang di rumah Nenek. Bagaimana dia bisa ada di sini?

"Ma─Mas Willy?" tanyaku, terbata.

Pria itu tersenyum. "Apa kabar, Ara."

Aku mengucek mataku beberapa kali. Berharap apa yang aku lihat ini memang hanya halusinasi. Tapi sebanyak apa pun aku melakukannya, sosok Willy tetap ada. Dia tidak pergi apa lagi menghilang.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Willy. Pria itu tertawa kecil.

Aku masih tak percaya kalau yang berdiri di depanku adalah Willy. "I─ini serius Mas Willy?"

Pria itu mengangguk. "Iya Ra, ini aku."

Aku mengerjap. Memandanginya dari atas sampai bawah dengan teliti. Ini nyata, pria ini benar-benar Mas Willy. "Ko─kok? Kok Mas Willy bisa ada di sini?"

"Kejutan."

Satu alisku naik. Apa katanya? Kejutan? Apa maksudnya? Kejutan dalam rangka apa? Sedikit pun aku tak pernah membayangkan kalau pria ini akan datang kemari.

"Kejutan?" ulangku.

Willy mengangguk. "Hm, kejutan.

"Kejutan apa?"

Pria itu tersenyum. "Kejutan buat kamu terkejut. Gimana? Berhasilkan?"

Entah pertanyaannya itu serius atau hanya omong kosong. Tapi nyatanya aku benar terkejut. Lebih tepatnya bagaimana dia bisa ada di sini? Dari mana dia tahu alamat rumah Nenek? Seingatku Zela saja belum aku beritahu karena pesannya belum sempat aku baca. Wanita itu menanyakan alamat rumah nenek karena dia ingin berlibur kemari.

"Gak. Tunggu sebentar. Aku tahu Mas Willy datang kemari bukan karena ingin membuatku terkejutkan? Aku yakin ada sesuatu lain sampai Mas Willy bisa kemari. Daripada itu, bagaimana Mas Willy bisa berada di sini? Dari mana Mas Willy tahu alamat rumah Nenek?"

Aku menyecar banyak sekali pertanyaan saking penasarannya. Tentu saja, siapa yang tidak akan penasaran saat sosok yang tak ingin aku temui tiba-tiba datang ke tempat yang bahkan terpikir saja dia bisa masuk ke dalam pelosok pun mustahil. Apalagi sampai tahu rumah nenek.

"Tenang Ra. Kamu lihat aku sudah kayak maling saja."

"Memang maling─gak, lebih tepatnya kayak hantu. Datang gak diundang tiba-tiba muncul di sini."

Willy tertawa, entah apa yang membuat pria itu merasa lucu. "Aku pikir setelah sekian lama kita gak ketemu kamu bakal berubah jadi malu-malu. Ternyata gak berubah ya."

Satu alisku naik. "Kenapa aku harus malu? Ah─karena resign kerja?"

"Aku sedang gak membahas ke arah sana, Ra."

"Lalu membahas ap─"

"Ra, tamunya gak di ajak masuk? Gak sopan ngobrol diluar sambil berdiri begitu."

Aku mematung mendengar suara nenek memotong kalimatku yang belum selesai. Dengan cepat aku menoleh ke belakang. Entah sejak kapan nenek sudah berdiri di ambang pintu, tapi nenek tampak menungguku untuk masuk ke dalam.

Reaching Dream, with Bos!Där berättelser lever. Upptäck nu