28. Ada yang sakit?

2.8K 573 67
                                    

Yah sayang banget nih bab Kemarin minta 400 vote 300 juga gak tembus 🤧 tadinya mau update sampe 400 vote tembus. Tapi yaudah deh ya kita update lagi!

Ayo sampein 400 vote! Kasih komentar juga yang buanyak dong!

Btw kalian kalo kepo sama apa yang terjadi sama Chayla Deka. Kalian bisa baca cerita mereka di profil. Atau lebih lengkap di Karyakarsa judulnya 'Conquer Dream With Bos' di jamin bakal tahu Chika gimana di sana 😂😽 seru juga kok ceritanya ❤️

Yang nunggu di Karyakarsa sabar ya. Nanti malem insyaallah aku update bab baru😽 selamat membaca❤️



Entah sudah berapa lama aku menangis sampai air mataku tidak mau keluar dan kering. Dengan posisi masih berada di pelukan Willy rasanya kecanggungan itu tiba-tiba saja melandaku. Aku tidak tahu harus membuat gerakan seperti apa sementara Willy masih saja diam dan mengelus-elus rambutku.

"Sudah nangis nya?"

Pertanyaan itu memecah keheningan di antara kami. Dengan gerakan lambat aku mengangguk. Mencoba melepaskan diri dari Willy. Willy seakan merasakannya juga. Pria itu melepaskan kepalaku yang sedari tadi di usapnya.

Willy menatap ku. "Sudah tenang?"

Aku mengangguk lagi. Entah sekacau apa wajahku sekarang. Aku tidak peduli, dengan menangis di pelukan Willy saja aku sudah menjatuhkan harga diriku.

Willy menghela napas berat. "Mau cerita?"

Aku diam, melirik ke arah nya sebentar. Aku bingung, apa yang ingin aku ceritakan? Aku tidak punya masalah terdesak. Menangis pun karena aku merindukan Yesi. Jika aku menceritakan tentang Yesi kepada Willy, bisa-bisa jati diriku terungkap.

Karena tidak kunjung mendapatkan jawaban dariku Willy kembali bertanya. "Gak mau cerrita?"

Dan akhirnya aku memilih menggeleng. Lagi pula di saat seperti ini, apa yang ingin aku ceritakan? Emosiku sudah habis oleh tangis sialan yang harusnya tidak keluar.

"Kamu sudah makan?"

Aku mengedikan bahuku. Aku tidak tahu apa aku sudah makan atau belum? Karena tadi aku hanya di suapi camilan oleh Willy. Setelah itu kami sibuk mengobrol dan aku memutuskan untuk pergi ke pantai. Yah sebelum akhirnya Chika datang. Dan Willy memarahiku. Tiba-tiba saja aku kesal lagi mengingat itu.

"Kok gak tahu? Sudah makan belum? Makan dulu kalau belum, nanti sakit."

Aku mendesis malas. Karena pujaan hatinya sakit dia tidak mau aku ikut sakit juga. Pasti karena takut aku akan merepotkannya mengingat dia harus mengurusi wanita yang dicintainya itu.

"Emang kenapa kalau aku sakit? Mas Willy pasti bakal kerepotan ya," sindirku. Tiba-tiba saja jiwa kesalku keluar lagi.

"Sudah jelas. Aku gak bisa ngurus orang sakit. Lagi pula sakit itu gak enak," jawab Willy.

Aku tersenyum pahit. Apa dia bilang? Tidak bisa mengurus orang sakit? Padahal sedari tadi dia mengurus Chika yang sekarang mungkin sudah tertidur pulas di kamarnya berkat perhatian Willy.

"Bilang saja Mas Willy gak mau ngurus aku. Aku tahu kok, aku kan bukan siapa-siapa di sini."

Satu alis Willy naik. "Kamu ngomong apa sih? Aku benar gak bisa ngurus orang sakit. Lihat Chika sakit saja aku gelisah karena takut gak bisa mengurusnya dengan baik. Di ajak ke rumah sakit juga gak mau. untung saja dia gak terlalu rewel, jadi habis makan dan minum obat dia tidur."

Aku sama sekali tidak ingin mendengar cerita manisnya itu. Aku malah semakin kesal. "Mas Willy cemas banget ya sama Chika."

"Iya, siapa yang gak cemas lihat orang sakit. Apa lagi dia kalau sakit lama sembuhnya. Tapi tadi sepertinya dia baik-baik saja. Semoga besok sudah sembuh."

Reaching Dream, with Bos!Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum