49. Bisa bertemu?

2.7K 589 23
                                    

Update! Siapa yang nungguin? 🙌🙌

Duh masih pada melek kan klean? Maaf updatenya malem kali ya. Jangan lupa vote sama komentarnya loh biar aku rajin update juga di wattpad 👀

Btw di karyakarsa sudah ada bab baru. Yang mau baca cepat bisa langsung cuss ke sana ygy! Selamat membaca❤️


Healingku harus gagal karena pertemuan tak disengaja dengan Willy dan Chika. Dari banyaknya tempat yang bisa dikunjungi di kota ini. Kenapa harus tempat yang sama? Kenapa aku harus selalu di pertemukan dengan Willy di saat hatiku sudah bertekad untuk menjauh dan tak mau lagi berurusan dengan hidup pria itu? Takdir konyol apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Rasanya aku ingin menertawakan diriku sendiri. Karena setiap kali aku ingin melepaskan diri, takdir seakan tidak rela. Dan malah kembali mempertemukan aku dengan pria itu.

Setelah Zela dengan gamblangnya menyindir Chika. Aku tak tahu lagi apa yang terjadi antara mereka berdua. Karena aku lebih memilih pergi daripada keadaan semakin runyam. Tapi aku tak menyesal pertemuan ini terjadi. Berkat Zela aku bisa mengeluarkan unek-unek yang selama ini aku tahan melewatinya.

"Ra, kamu baik-baik saja kan?"

Aku menoleh dengan tatapan bingung. "Emang aku kenapa?"

Kami memutuskan untuk pulang setelah pertemuan tak menyenangkan tadi. Awalnya Zela merekomendasikan tempat lain, sayangnya aku tak mau. Moodku yang baru saja dibangun dengan baik berkat hutan pinus yang menyegarkan harus hancur karena pertemuan tadi.

Zela berdecak. "Dari tadi kamu melamun terus. Mikirin yang tadi? Kenapa? Takut kalau Mas Willy marah sama kamu?"

Aku menatap Zela malas. "Iya, aku mikirin yang tadi. Karena pertemuan sialan itu aku harus gagal menyegarkan mata di hutan pinus," omelku. "Aku sama sekali gak takut tentang Mas Willy. Entah apa yang mau pria itu tanyakan nanti. Aku sudah gak peduli."

"Gimana kalau dia mengintrogasi kamu?"

"Ya tinggal aku jawab."

"Ck, yakin bisa jawab? Orang tadi saja kamu diam mulu."

Aku menatapnya kesal. "Memang apa yang mau aku bilang di sana? Sementara aku memang gak punya hubungan apa-apa sama Mas Willy."

"Tapi wanita itu nganggap kamu masih pacar Willy, Ra. Harusnya kamu sindir."

"Mau nyindir bagaimana? Kamu mau aku diketawain Willy di sana? Gimana kalau tiba-tiba Willy sudah menjelaskan semuanya sama Chika tentang hubunganku dan Mas Willy yang gak serius? Mau di taruh di mana muka ku nanti."

Zela diam beberapa detik lalu mangut-mangut. "Tapi tadi wanita itu bilang kamu pacar Mas Willy. Dia gak cerita sama wanita itu soal hubungan kamu sama dia?"

Aku mengedikkan bahu. "Entah. Aku gak mau tahu."

"Cie, sudah mulai move on nih?"

"Cih, memang kapan aku punya hubungan?"

"Wah, kayaknya emosi kamu menggebu-gebu banget sekarang. bagus, lebih menggebu lagi Ra biar Willy tahu kalau kamu itu wanita cerdas."

"Oh jelas, aku emang cerdas."

"Cerdas kok patah hati."

Aku mendelik menatap Zela. "Berisik. Aku gak patah hati."

"Cuma sakit hati ya," lanjut Zela, semakin menggodaku.

Aku memang beruntung punya teman seperti Zela yang perhatian dan mau membelaku. Tapi dia juga sangat menyebalkan. Seperti sekarang, dia selalu mengolok-olok kebodohan yang sudah aku buat.

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now