29. Melankolis

2.7K 562 71
                                    

Baaa update 🙌

Duh, kok gak sampe 400 vote nih 😌 apakah tak mau dilanjut lagi 🤐

Update nih, ya! Btw di Karyakarsa sudah bab 38 ya! Yang mau baca cepet bisa langsung gas saja ke sana 🙌

Selamat membaca! Kencengin lagi vote dan komentarnya dong 🙌❤️🙌



Pagi datang begitu cepat. Tidak seperti bisanya, pagi ini aku merasa malas. Padahal harusnya aku ceria karena sekarang masih ada di Bali. Masih ada waktu untuk bersenang-senang sebelum akhirnya─pulang? Aku tidak tahu. Willy bilang akan berlibur di sini untuk beberapa hari. Tapi Hanum dan Revan akan segera pulang besok.

Semalam setelah obrolan panjang dengan Willy yang melankolis. Aku memutuskan untuk tidur di kamar atas. Kamar di mana Chayla dan Hanum tidur. Aku tidak mau tidur satu kamar dengan Chika. Bukan karena wanita itu sedang sakit, tapi karena hal lain yang membuatku tidak mau melihatnya.

Setelah aku berada di kamar atas, ternyata dua wanita yang harusnya ada di sana tidak ada. Aku tidak tahu mereka pergi ke mana. Apa mereka memilih tidur beramai-ramai di kamar kekasih mereka? Rasanya aneh, tapi aku tidak peduli. Malam itu aku memutuskan untuk langsung tidur. Tidak mau memikirkan apa pun lagi. Mungkin karena terlalu lelah menangis, malam itu aku langsung tertidur tanpa harus mengeluh.

"Pagi Han."

"Pa─loh? Ra, kenapa mata kamu bengkak gitu? Habis nangis?" tebak Hanum. Ekspresinya tampak syok melihat sepasang mataku yang aku rasa juga masih agak perih.

Aku terkekeh. Tidak bisa mengelak kalau yang membuat mataku bengkak seperti ini sudah jelas karena menangis. Tidak mungkin kan aku beralasan kalau ini terjadi karena terbentur tembok?

"Iya. Han. Semalam suntuk aku menonton drama. Gak tahu ternyata ceritanya sad ending."

"Ya ampun." Hanum melihat-lihat mataku lalu menyentuhnya. "Kompres gih. Kasihan banget mata mu itu loh."

Aku tersenyum kecil. "Gak apa-apa. Siangan juga sudah baikan." Aku melihat-lihat sekeliling ruangan yang begitu sepi. Hanya ada Hanum saja yang sibuk di meja Bar. "Yang lain ke mana? Aku semalam tidur di kamar atas. Aku pikir kalian di sana, ternyata gak ada siapa-siapa."

Aku bisa melihat tubuh Hanum berhenti bergerak beberapa detik. "Ah, itu. semalam aku tidur di kamar Revan. Soalnya aku gak bisa tidur sendiri," katanya, malu-malu.

Ternyata benar tebakan aku kalau Hanum berada di kamar kekasihnya. Tapi sendiri? Kemana─Chayla dan kekasihnya?

"Loh? Emang Chayla sama Deka ke mana?"

Hanum mendesah. "Mereka sudah pulang semalam."

"Hah? Kapan? Kok aku gak tahu?" aku jelas kaget mendengar jawaban Hanum. Perasaan aku semalam ada di Vila. Dan tidak melihat keberadaan dua orang itu.

"Iya. Kalau gak salah waktu kamu lagi di pantai."

Di pantai? Berarti saat aku mengobrol bersama─Chika? Ah, pantas saja wanita itu tiba-tiba membicarakan Deka kepadaku. Padahal aku baru di kenalnya. Agak membingungkan juga waktu Chika dengan tiba-tiba mengakui tentang perasaannya untuk Deka kepadaku. Ternyata ada sesuatu besar yang terjadi sampai pasangan itu memilih untuk pulang lebih dulu.

"Oh iya Ra. Aku boleh minta nomor ponsel kamu? Siapa tahu kalau luang nanti kita bisa bertemu lagi," kata Hanum.

Aku tersenyum lalu mengangguk. "Boleh."

Aku memberikan nomor ponselku kepada Hanum sampai penghuni lain mulai datang satu per-satu. Termasuk orang yang pagi ini tidak ingin aku lihat. Willy dan─Chika. Aku masih kesal kepada dua orang itu.

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now