48. Dunia sempit

2.7K 620 42
                                    

Update! siapa yang nungguin? 🙌🙌

Makasih loh buat yang udah nungguin. Jangan lupa vote sama komentarnya ya. Selamat membaca💋


Demamku sudah sembuh dan aku tidak masuk kerja hari ini. Demi melupakan beban pikiran yang masih terus memenuhi otak. Aku memutuskan untuk pergi keluar, tentu saja dengan mengajak Zela. Berencana pergi ke suatu tempat untuk menenangkan dan menyenangkan diri. Ya, aku memutuskan untuk healing sebelum besok kembali bergelut di dapur.

"Enaknya pergi ke mana ya Zel?" tanyaku, meminta saran.

Kami sedang berada di dalam mobil dengan Zela yang menyetir. Tidak ada Kevin di sini, hanya kami berdua saja. Karena pria itu sibuk dengan kerjaannya. Kalau tidak, dia pasti ikut juga.

"Kamu maunya ke mana?"

"Ke tempat adem. Yang menyatu sama alam gitu Zel."

"Hutan pinus saja mau? Di sana pemandangannya cantik. Bersih, adem juga. Cocok buat nenangin hati," usul Zela.

Aku mengangguk semangat mendengar usulannya. "Wah boleh tuh. Sudah lama juga aku gak ke sana."

"Oke, berangkat."

Di perjalanan kami banyak bicara. Bahkan pembahasan yang tak penting pun kami bahas. Beberapa kali juga aku dan Zela tertawa mengingat kenangan di masa lalu. Bahkan sampai di tempat yang ingin di tuju, aku berhasil untuk tidak mengingat Willy di setiap perjalanan ini.

"Akhirnya sampai juga." Zela menghirup napas lega setelah melewati perjalanan cukup panjang akhirnya kami masuk ke dalam hutan pinus. "Gimana Ra?"

Aku mengacungkan dua jempolku. "Cakep. Rekomendasi kamu gak meleset."

Zela menepuk dada bangga. "Jelas. siapa lagi dong, Zela."

Aku tersenyum geli. "Kamu pernah ke sini Zel?"

"Sering. Biasanya aku ke sini sama Kevin─"

"Ya, ya aku tahu. Gak usah di bahas. Ngapain juga aku tanya. Padahal sudah jelas kamu pasti pernah ke sini."

Zela mengembungkan pipinya. "Ih jahat. Aku belum selesai cerita loh."

"Aku lagi gak butuh cerita romantis Zel. Aku mau healing."

"Ya anggap saja ceritaku satu bentuk dari healing yang kamu butuhkan."

"Yang ada otakku makin panas."

Zela menatapku penuh selidik. "Cie, iri ya?"

"Iri? Gak makasih."

"Makanya, punya pacar sana."

"Berisik."

"Nanti aku minta Kevin buat kenalin kamu ke temannya deh. Siapa tahu ada yang cocok."

Aku menatap Zela malas. "Gak, makasih Zel."

"Duh, jangan malu-malu."

"Aku gak─aduh."

Aku meringis, menabrak sesuatu karena terlalu asyik mengobrol dengan Zela. Zela terkejut melihatku jatuh, dengan cepat dia mencoba membantuku berdiri.

"Gak apa-apa Ra? Ya ampun, hati-hati."

Aku berdecak. "Gara-gara kamu."

Bukan merasa bersalah Zela malah cengengesan. Dia membantuku berdiri.

"Ara?"

Aku mematung. Dengan cepat menoleh ke arah suara familier yang baru saja memanggilku. Aku terdiam, membisu melihat siapa yang berdiri di depanku. Siapa yang baru saja aku tabrak.

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now