42. Aku Bukan Wanita Murahan

3.5K 652 52
                                    

Update gais! Siapa yang nungguin!? 🙌🙌

Bab baru sudah update di Karyakarsa ya. Yang mau baca cepat bisa langsung ke sana❤️💋

Jangan lupa vote sama komentarnya loh yang buanyak poll ya! Selamat membaca❤️


Aku tidak ingat apa yang terjadi setelah aku pergi meninggalkan Willy sendirian di dapur. Yang aku ingat hanya aku keluar dari ruangan itu lalu menghampiri Ilham yang sedang bercengkerama dengan Aci. Setelah itu aku tidak mengingat apa-apa lagi selain tiba-tiba kepalaku sakit. Dan semuanya menjadi gelap.

Dan saat aku kembali sadar. Aku sudah berada di tempat asing yang aku kenal. Ini bukan di toko atau di kost. Tapi di rumah sakit. Tunggu─kenapa aku bisa ada di sini?

"Kenapa aku bisa di sini? Bukannya tadi aku di toko?" aku bertanya kepada diriku sendiri. Bahkan tidak ada siapa-siapa di sini selain aku sendiri.

Aku mencoba mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi sampai membuat aku terdampar di tempat yang tidak ingin aku datangi. Tempat yang membuatku trauma berat. Di mana aku harus melihat wujud orang tuaku yang sudah terbujur kaku di sini. Dan juga Kakakku─Yesi.

"Kamu sudah bangun?"

Aku langsung menoleh ke pintu yang terbuka. Pria itu lagi. Aku tidak mengerti, kenapa di setiap tempat dia selalu ada.

"Mas Willy," panggilku.

Willy berjalan mendekat ke arahku yang masih terbaring di atas ranjang rumah sakit. "Gimana keadaan kamu?"

"Aku gak apa-apa. Tapi kenapa aku bisa ada di sini?"

"Kamu tadi jatuh pingsan."

Satu alisku naik. "Pingsan?"

Willy mengangguk. "Iya. Kenapa? Kamu sakit?"

Hatiku yang sakit. Aku menggeleng. "Aku gak apa-apa."

Willy mendesah. "Gak apa-apa terus. Buktinya kamu bisa pingsan dan ada di sini."

Aku memang tidak tahu kenapa aku bisa jatuh pingsan karena aku merasa baik-baik saja. Hanya saja semalam memang aku tak bisa tidur karena memikirkan ciuman sialan itu. aku juga tidak sarapan pagi lalu melewati makan siangku. Tapi masa karena itu aku bisa jatuh pingsan sih?

"Kalau kenapa-kenapa bilang. Jangan ngomong gak terus."

Aku mendongak. Entah kenapa ucapan Willy terdengar memprovokasiku. "Aku emang gak apa-apa."

"Masih mau ngelak? Kamu pingsan loh. Itu sudah jelas kamu sakit."

"Aku gak sakit."

"Bahkan sudah ada di sini pun kamu masih ngomong gitu?"

"Aku memang gak sakit. Aku juga gak tahu kenapa aku bisa pingsan. Kenapa? Mas Willy keberatan karena sudah antar aku kemari? Aku gak minta di bawa ke sini kok."

Willy mendesah. "Baru siuman pun masih bisa bawel ya. Bukan itu maksudku, Ara. Aku cuma cemas. Gimana kalau tadi kamu pingsan bukan lagi di toko? Siapa yang mau bantuin? Gimana kalau ada orang─"

"Mas Willy cemas takut aku gak ada yang bantu atau merasa terbebani karena sudah bantu aku karena pingsan di toko?"

"Astaga. Kenapa kamu malah mikir gitu. Aku cuma─"

"Cuma apa? Cuma kesel karena aku pingsan di tempat kerja?" tanyaku. Aku mendengus. "Makasih sudah bawa aku kemari. Tapi benar, Mas W lilly gak perlu bawa aku ke sini. Tapi makasih. Nanti biayanya biar aku yang bayar."

"Aku sudah bayar semuanya."

Aku menatap Willy kesal. "Nanti aku ganti. Mas Willy mending langsung pulang saja sekarang."

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now