9. Kerja yang benar

3.3K 543 16
                                    

Update! Jangan lupa support dengan vote dan komentar yang buanyak ya guys biar aku rajin update-nya ❤️

Hari pertama bekerja membuat aku sedikit gugup dan agak takut. Takut melakukan kesalahan dan membuat pria berambut gondrong itu marah lalu memecat ku. Bukan karena aku takut kepadanya, hanya saja jika Willy memecat ku hancurlah semua rencana yang sudah aku buat. Beberapa hari aku mengenalnya, aku mulai memahami sifat-sifatnya yang aneh dan sedikit bodoh? Ya, sedikit bodoh. Jika seratus persen bodoh, tidak mungkin Yesi menyukainya.

Aku pergi ke dapur pastry, memulai pekerjaanku dengan membuat banyak jenis roti. Aku mengikat rambutku, mengikat Appron di tubuhku lalu memakai topi chef di kepalaku.

"Apa yang pertama di buat di sini?" tanyaku setelah mencuci kedua tanganku kepada Ilham yang akan membantuku.

Tentu saja aku akan di bantu oleh Ilham. Tidak ada pastry chef yang bekerja sendiri di dapur. Apa lagi membuat kue dalam porsi yang begitu banyak.

"Biasanya kami buat roti seperti Croissant," balas Ilham.

Aku mengangguk. "Sekarang coba ambil bahan-bahannya. Kelola bahan yang beragi dulu supaya hemat waktu ya," kataku kepada Ilham yang langsung diangguki pria itu.

Aku memulai pekerjaanku. Rasanya dejavu, mengingatkanku saat menjadi seorang asisten pasrty chef di sebuah Hotel. Rasanya menyenangkan, mendapat teman baru yang asyik. Meski memang tidak mudah karena terkadang ada saja kesalahan yang membuat aku habis di marahi Chef.

aku memasukkan satu demi satu bahan ke dalam Dough Mixer. Sembari menunggu adonan tercampur rata aku mengerjakan adonan yang lainnya untuk mengejar waktu. Melihat jam yang terpajang di atas dinding, tanganku mulai bersemangat mengerjakannya. Toko sebentar lagi akan segera buka, dan semua menu ini harus segera di pajang di Etalase.

"Ara, eh Mbak sudah lama kerja di bidang ini?" tanya Ilham.

Aku menoleh sebentar lalu tersenyum. "Panggil Ara saja, lagi pula kayaknya lebih tua kamu daripada aku. Gak lama tapi lumayan sudah punya banyak pengalaman."

Ilham terkekeh yang membuat lesung pipi di kedua pipinya terlihat jelas. "Sok tahu."

"Fakta kan? Berapa umur kamu memang?"

"Gak sopan nanya umur orang," balas Ilham bercanda.

Aku tertawa. "Tuhkan, yakin sih lebih tua kamu daripada aku."

"Tahu dari mana? Kamu cenayang?"

"Dari muka."

"Kenapa emang muka ku?"

"Muka kamu─"

"Ehem."

Aku dan Ilham kompak menoleh. Kami berdua terkejut melihat sosok pria yang entah sejak kapan sudah berada di dapur.

"Kalian tahu ini sudah jam berapa? Memang kalian punya banyak waktu sampai harus mengobrol di dapur?" tanyanya.

"Maaf Pak Bos." Ilham menunduk lalu buru-buru melanjutkan pekerjaannya.

Aku meringis, kenapa pria ini harus masuk ke dapur. Aku tahu dia Bos, mungkin dia ingin mengecek cara kerjaku sebagai pegawai baru. Tapi kenapa harus sekarang? Aku bahkan baru memulai. Kenapa dia tidak datang ketika aku sudah membuat beberapa menu.

"Sudah berapa roti yang kamu buat?" tanya Willy. Pria itu berdiri di sampingku yang sedang membuat roti.

"Baru 3 Roti, Bos."

Willy mengangguk-anggukan kepalanya. Pria itu tidak pergi, dia masih di dapur dan melihat-lihat. Aku menggeram, menata roti yang sudah dibuat cantik di atas loyang dan memasukannya ke dalam oven.

Reaching Dream, with Bos!Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum