34. Ara Sayang

2.8K 599 51
                                    

Update gais siapa yang nungguin nih? 🙌🙌

Malam Minggu loh, jangan bilang kalian mengurung diri main lato-lato? Becanda 🙈

Btw maaf di Karyakarsa belum update bab baru ya. Lagi sibuk banget belakangan ini. Di usahakan besok update ya!

Selamat membaca! Eit! Jangan lupa vote komentarnya juga 💋💋



Alga hampir saja mencurigai ku setelah melihat panggilan masuk dari nama yang aku simpan dengan inisial. Alga sempat curiga yang meneleponku adalah Willy mengingat nama inisial itu di awali dengan hurup 'W'. Tebakan Alga benar kalau itu memang telepon dari Willy. Aku sengaja menyimpan nomor pria itu hanya dengan inisial daripada nama lengkap atau lainnya.

Aku jelas menolak panggilan masuk itu. mencoba menjelaskan kepada Alga kalau itu hanya teman kuliahku dulu. Dan Alga─syukurlah dia percaya. Sampai akhirnya aku dan Zela mengantarkan Alga ke terminal untuk pulang. Dia masih sempat berceramah dan mengingatkan aku untuk tidak nakal di sini.

"Akhirnya Mas Alga balik juga," ucapku. Membuang napas lega.

"Di jenguk Kakak sendiri kok malah gitu kamu Ra."

Aku mendelik ke arah Zela. "Kayak gak tahu saja Mas Alga kaya gimana. Mana dia ke sini gak bilang-bilang aku dulu. Untung saja aku balik hari ini, kalau enggak? Gak tahu lagi deh aku. Bahaya kalau sampai Mas Alga samperin aku ke tempat kerjaku nanti."

"Kan Mas Alga gak tahu tempat kerja kamu."

"Itu dia. Untung kamu punya ide buat bikin alasan sama Mas Alga. Kalau kamu manut saja gimana? Bisa-bisa aku di seret buat balik."

Zela menepuk dada bangga. "Bilang makasih dong sama aku."

Aku berdecih. Meski enggan aku tetap melakukan apa yang Zela minta. Berkat Zela juga aku terselamatkan dari masalah besar.

"Iya. Makasih."

Zela tertawa bangga. "Ngomong-ngomong. Bukannya kamu bilang mau menginap beberapa hari di Bali? Kok sudah balik? Baru sehari loh."

Aku membuang napas beratku. "Iya. Gak tahu deh tiba-tiba saja teman-teman Willy pada balik. Jadi mau gak mau aku juga ikut balik."

"Sayang banget. Padahal kapan lagi ya pergi ke Bali," tutur Zela. "Ngomong-ngomong gimana di sana? Pasti seru banget. Misi kamu berhasil gak godain Willy? Bikini yang aku kasih dia lihat gak?" cerocos Zela ingin tahu.

"Gak usah aneh-aneh. Tuh Bikini sama sekali gak aku sentuh. Gak sempat juga pakenya. Di bilang seru, seru sih. Tapi banyak keselnya. Apa lagi waktu tahu kalau pujaan hati Willy gak bawa gandengan. Boro-boro mau mulai misi, wanita itu nempel sama Willy terus. Anehnya dia suka sama temen Willy. Padahal dia tahu temennya sudah punya pacar, pacarnya juga ikut lagi."

Zela menganga. Dia terlihat bingung dengan penjelasan ku. "Hah? Gimana-gimana? Pujaan hati Willy? Suka sama temennya? Dia juga ikut dan gak bawa pasangan?"

"Ya. Kamu tahu gak pas berangkat dari kost? Ternyata Chika ada di dalam mobil."

"Hah? Serius? Kok aku gak lihat?"

"Jangankan kamu. Aku saja gak tahu kok. Baru tahu pas masuk mobil. Di sepanjang jalan aku jadi obat nyamuk mereka. Mereka cerita berdua dan bikin aku kayak makhluk halus. Aku masih sabar, aku pikir Chika juga bakal sama pasangannya nanti. Soalnya kan Willy minta aku temenin dia karena temennya pada punya pasangan. Tapi pas sampai sana. Chika tetep sendiri. Dan ternyata dia gak punya pasangan. Kamu jadi aku pasti kesel Zel. Padahal kalau Willy gak punya pasangan di sana, dia bisa ngajak Chika. Wanita itu juga kan sendiri, kenapa harus ngajak aku coba."

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now