15. Wanita Nakal

5.5K 539 27
                                    

Menunggu? Responsnya sepi, jadinya aku males update nya 🤧

Yuk tolong di ramein, jangan lupa kasih vote komentarnya biar aku gak malas lanjutin ceritanya ❤️

Aku tidak tahu sebanyak apa alkohol yang sudah aku minum. Setelah menghabiskan satu gelas pertama yang Ari tawarkan, aku meminta segelas lagi untuk membuktikan kepada para wanita yang mengagungkan diri kalau mereka lebih baik dariku. Harusnya aku tidak memedulikannya, harusnya aku mengabaikan ucapan menyakitkan yang mereka tunjukan secara terang-terangan kepadaku hanya karena iri kalau aku kekasih Willy, padahal sebenarnya faktanya tidak seperti itu. Tapi tidak tahu kenapa, aku malah merasa terganggu. Aku tidak suka ketika seseorang merendahkan aku.

"Gila, kamu minum kuat sekali. Kamu pasti sering minum ya Ra," kata Ari. Pria itu terlihat kagum melihatku yang baru saja meneguk habis gelas kecil berisi minuman alkohol yang baru saja aku tuangkan dari botolnya.

Aku tersenyum tipis. "Biasa saja."

Sebenarnya aku sadar kalau aku sudah mulai mabuk. Tapi aku masih bisa mengendalikan diriku. Ini bukan apa-apa di bandingkan dengan mabuk bersama Zela.

"Benar-benar keren. Apa kita perlu pesan minuman lagi?" tanya Kao, teman pria Willy yang lain.

"Jangan macam-macam, aku gak mau Ara mabuk nanti," ujar Willy memperingati.

Ari mendengus. "Gak perlu secemas itu Wil. Pacar kamu saja biasa saja. Benarkan Ra?"

Aku mengedikan bahuku santai. Sementara Ari dan Kao bersorak senang. Mereka kembali heboh dan memesan beberapa botol lagi. Sementara beberapa wanita sudah tak sadarkan diri, bahkan dari mereka sudah pamit pulang.

"Ra, jangan minum lagi." Willy memberitahu.

"Kenapa? Aku masih kuat kok."

"Bukan masalah kuat atau gak. Tapi kamu sudah banyak minum. Aku gak mau mengantar kamu pulang dalam keadaan mabuk."

"Apasih. Aku baik-baik saja, aku gak bakal mabuk."

"Gak usah melawan. Aku bilang jangan minum lagi."

Aku menghela napas berat. "Teman-teman kamu sudah pesan minum lagi. Aku gak enak kalo gak ikut minum."

"Gak usah mikirin soal itu. Mereka emang suka menggoda orang lain, apa lagi kamu yang mereka tahu sebagai pacarku."

"Ck, justru itu. Aku harus ikut minum lagi supaya mereka gak merendahkan aku."

Willy menatapku tidak percaya. "Kamu gila? Justru dengan kamu bertingkah kayak gini mereka semakin merendahkan kamu. Kamu gak tahu kalo wanita yang kuat minum mereka anggap sebagai wanita murahan?" tanya Willy, membuatku terdiam beberapa detik.

Hatiku tiba-tiba saja tertusuk mendengar penjelasan Willy barusan. Kalimat wanita murahan yang keluar dari mulut Willy membuatku tidak senang. Tapi bukannya aku harusnya senang? Kalau teman Willy berpikir seperti itu, sudah jelas bukan hanya merendahkan aku. Tapi mereka juga merendahkan Willy yang mendapatkan kekasih wanita murahan seperti ku.

"Memang kenapa? Itu hanya spekulasi dari mereka saja."

"Ya, itu benar. Tapi kamu harus tahu aturan juga. Aku membawa kamu ke sini bukan buat mabuk-mabukan seperti ini, Ara. Jadi tolong dengarkan aku sekali ini saja."

Permintaan Willy seakan menghipnotisku. Wajah tegas dan serius pria itu mendadak membuat aku terdiam. Aku tidak protes kali ini, bahkan ketika teman-teman Willy menawarkan kembali sebotol minuman baru yang baru saja mereka buka kepadaku, dengan tegas Willy menolaknya.

"Sepertinya reuni kali ini sudah cukup. Maafkan aku, tapi aku gak bisa lama-lama. Besok pagi aku harus membuka toko, begitu juga dengan pacarku yang harus bekerja," kata Willy.

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now