35. Mereka Tahu

2.8K 603 30
                                    

Update!

Yuhuuu siapa yang nunggu? 🙌🙌

Duh malem banget ya updatenya 🤦 semoga masih ada yang melek ya. Sama minta Vote dan komentarnya jangan lupa ya💋

Di Karyakarsa sudah update bab baru ya💓


Pesan absurd Willy yang pria itu kirim kepadaku semalam membuatku tak bisa tidur. Padahal saat itu rasa kantuk sudah mendekap erat─memintaku untuk tidur. Satu kata 'Sayang' membuatku bertanya-tanya. Bahkan saking syoknya aku tidak membalas chat Willy lagi. Aku tahu dia sedang tidak ada kerjaan sampai kebetulan melampiaskan rasa bosannya kepada aku yang dia tahu kalau aku mudah di ganggu.

"Cie yang sudah liburan di Bali."

Aku mendongak malas. Di tengah rasa lelah dan kantuk yang aku rasakan sekarang. Aku tetap memutuskan untuk masuk kerja dan menyelesaikan bagianku yang tak bisa di lakukan oleh orang lain selain aku sendiri. Tentu saja dengan bantuan Ilham.

"Dari tadi nguap terus, Ra. Semalam gak tidur?" tanya Ilham. Dia tampak penasaran. Karena dari aku mulai bekerja sampai berhasil membuat beberapa menu. Tidak ada percakapan yang terjadi di antara kami berdua─lebih tepatnya aku mengabaikannya.

"Pasti gak tidur lah. Kan habis liburan. Baru balik langsung masuk kerja. Capek banget ya Ra?" Aci ikut bertanya. Tumben sekali hari ini dia membelaku meski tadi sempat menggoda.

Aku sama sekali tak ingin menjawab. Tidak tahu kenapa tenagaku sudah terkuras habis gara-gara kurang tidur. Aku benar-benar lelah, sementara si tersangka yang membuat aku tak bisa tidur masih tidak terlihat batang hidungnya.

"Semua menu sudah dibuat kan Ham?" bukan menjawab pertanyaan mereka berdua. Aku justru balik mengajukan pertanyaan.

Ilham mengangguk. "Sudah. Kenapa?"

"Aku mau istirahat dulu sebentar ya. Nanti jam makan siang bangunin. Sumpah aku sudah gak tahan. Kepalaku sakit."

"Oh, oke. Istirahat saja sana."

Aku mengangguk lemas. "Makasih ya. Aku tidur dulu."

Aku pergi ke ruangan di mana kami sering beristirahat untuk makan siang. Untung saja di dalam ada sofa panjang. Jadi aku bisa tidur nyaman di sana meski untuk beberapa jam saja. Tidak, mungkin beberapa menit.

"Akhirnya."

Aku mendesah setelah tubuhku jatuh di atas sofa. Bahkan sofa di sini mendadak terasa lebih nyaman daripada tempat tidurku di kost.

Dan detik-detik berikutnya aku tidak mengingat apa pun selain samar-samar mimpi yang tak begitu jelas. Ya, aku tertidur lelap tanpa ada drama menghayal seperti biasanya. Mungkin saking lelahnya.

**

Aku merasa kalau aku baru saja mendapatkan mimpi indah. Mimpi yang sama sekali tidak bisa aku ingat. Tidak tahu mimpi tentang apa. Yang pasti, rasa nyaman itu masih terasa sampai tubuhku mulai tersadar kembali dari tidur lelap yang rasanya cukup lama.

Tubuhku menggeliat bebas seakan ingin menghilangkan semua rasa pegal. Menarik napas panjang lalu membuangnya. Mata yang awalnya terbuka sedikit perlahan membesar di barengi dengan pemandangan ruangan yang baru saja menjadi tempat tidurku.

Aku mendesah. "Enaknya."

Merasa puas dengan tidur siang tanpa gangguan sekali pun sedang berada di tempat kerja membuat aku bersemangat untuk kembali melakukan ativitas yang belum selesai. Sekarang aku tak perlu lagi takut dengan rasa lelah atau kantuk yang bisa mengganggu konsentrasi.

"Hah?" mataku mengedip beberapa kali.

Masih dengan posisi tertidur di atas sofa. Aku memerhatikan langit-langit kamar di tengah kesadaranku yang sudah kembali sepenuhnya. Dahiku mengerut, kenapa rasanya tampak asing. Ini tidak sama dengan yang sering aku lihat. Sekejap aku langsung mengalihkan pandanganku ke sekeliling. Dan di sana aku semakin dibuat melongo lagi. Ini bukan ruangan yang terakhir kali aku datangi untuk tidur siang.

Reaching Dream, with Bos!Où les histoires vivent. Découvrez maintenant