45. Sayang kamu

3.1K 575 21
                                    

Update gais! Besok udah puasa nih, semalam menjalankan ibadah puasa buat semua muslim ya ❤️

Di Karyakarsa sudah ada bab baru, yang mau baca cepet buat ngisi waktu senggang puasa kamu bisa langsung baca aja di sana ygy! Selamat membaca ❤️



Sesuai dugaan. Demam yang mengganggu semalaman sekarang sudah mulai membaik. Panasnya sudah mulai turun. Hanya saja rasa pusing dan lemas masih terasa. Membuatku malas melakukan apa pun selain hanya tidur. Tapi Zela selalu memaksaku untuk bangun untuk makan. Sementara nafsu makanku hilang semenjak demam ini datang, bahkan sampai saat ini.

"Zel, apa gak apa-apa?" tanyaku ketika suapan nasi masuk ke dalam mulut.

Zela yang sibuk mengunyah sarapannya menatapku bingung. "Apa?"

"Itu, hari ini aku gak kerja apa gak apa-apa?"

Satu alis Zela naik. "Loh? Memangnya kenapa? Willy juga tahu kondisi kamu kok. Gak mungkin juga dia maksa kamu buat masuk kerja sementara kondisi kamu masih belum sehat."

Aku membuang napas beratku. "Iya sih. Cuma aku agak kepikiran. Kalau gak ada aku, nanti di toko yang buat kue-kue siapa."

Zela mendengus malas. "Ya ampun Ara, bisa-bisanya kamu cemas karena soal sepele kayak gitu. Tenang saja, aku yakin Willy juga bisa mengatasinya. Kamu pikir sebelum kamu masuk kerja siapa yang bikin kue-kue di sana? Willy juga gak mungkin diam saja lah."

Aku mangut-mangut. "Iya sih." Aku kembali mengingat kata-kata Mas Willy yang memperkerjakan pastry chef dari temannya saat aku masih belum bekerja di sana. Lantas siapa yang akan menggantikan pekerjaanku? Temannya juga? Atau ─Chika?

Moodku langsung buruk saat nama Chika teringat. Mengingat Chika juga seorang chef. Kemungkinan besar Willy meminta jasa wanita itu untuk menggantikan pekerjaanku. Dengan kata lain, mereka akan bersama-sama di sana. Aku menggelengkan kepalaku. Memang kenapa kalau mereka bersama? Bukannya hampir setiap saat mereka selalu berdua? Kenapa aku harus kesal? Kenapa aku malah─sakit hati.

"Ra, kamu belum cerita soal pingsan mu itu. sekarang cerita, kenapa kamu bisa pingsan sampai masuk rumah sakit?"

Aku mengerjap. Zela menatapku meminta jawaban. Aku hampir lupa soal ini. Bahkan aku belum bercerita tentang apa yang terjadi antara aku dan Willy belakangan ini.

Aku menarik napas lalu membuangnya. Sendok yang aku pegang tadi aku simpan di atas piring tanpa berniat mau menyentuhnya lagi. menginat kembali apa yang sudah terjadi, aku mulai menceritakan semuanya kepada Zela.

"Kamu tahu hubunganku sama Mas Willy gak beneran kan?" tanyaku yang langsung diangguki Zela. "Setelah aku mutusin buat gak nerusin balas dendamku. Aku mulai menjaga jarak sama Mas Willy. kayaknya aku kena karma Zel."

Dahi Zela mengerut. "Hah? Karma gimana?"

"Itu, gak tahu kenapa jantungku selalu berdebar setiap kali dekat Mas Willy. terus, setiap lihat dia sama Chika, hatiku jadi sakit. Aku kesal gak jelas. aku tahu itu gak bagus. Makanya aku mutusin buat menjauh."

Zela diam beberapa detik. "Hah? Maksud kamu, kamu suka Mas Willy?"

Aku mendesah. "Aku gak tahu."

"Apanya yang gak tahu? Sudah jelas itu tanda suka. Lagian, memang kenapa? Bukannya akhirnya kalian pacar beneran? Mas Willy saja datang terus kemari. Terus juga perhatian sama kamu."

"Serius apaan? Aku sama Mas Willy gak pacaran, tahu!"

Zela terlihat terkejut. "Eh? Gak pacaran?"

"Iya."

Zela masih terlihat terkejut. Aku malah aneh, kenapa Zela bisa berpikir kalau aku dan Willy pacaran? Memang sih, kemarin dia agak perhatian. Tapi kan─tetap saja itu tidak bisa menyimpulkan kalau kami punya hubungan spesial.

Reaching Dream, with Bos!Where stories live. Discover now