Part Tiga Puluh Dua

7.3K 1.1K 243
                                    

Kalau di Karyakarsa ini Part 33 dan 34 ya ges ya.



Entah sudah pukulan ke berapa yang Ivanka beri pada paha Xaveer yang sedang mengapit tubuhnya. Pria ini terus menggesekkan dada ke punggung telanjang Ivanka setelah memaksa masuk ke dalam bathtub, mengganggu kenyamanan wanita itu yang sedang mencari kedamaian setelah pulang dari bekerja.

Dia sedang begitu lelah. Tapi di rumah, Xaveer selalu menambahi bebannya. Belum lagi adanya Gustav di rumah ini

Sorot takut bocah itu ketika bertemu dengannya tadi begitu mengusik Ivanka yang tak tahu mengapa seolah tersentil oleh kenyataan jika dia dan anak-anak adalah hal yang sama sekali tak cocok.

Padahal tadi ketika bertemu sepulang ia bekerja, Ivanka tak sama sekali melakukan apapun. Hanya pandangannya saja yang tak bisa serta merta ramah.

Tapi dia tak benci dengan bocah yang pastinya kaget ketika bangun tidur sudah ada di rumah yang terlihat asing bagi anak itu. Pasti. Tapi entah apa yang Xaveer katakan ada Gustav, si anak yang selalu ia juluki dengan panggilan Tono selama ini itu tak terlihat marah karena malah terbangun di rumah istri kedua ayahnya.

"Berhenti sentuh-sentuh aku!"

Plak!

Plak!

Plak!

Paha Xaveer kembali wanita itu pukul ketika tangan pria itu meremas dadanya seenak hati.

Meringis merasakan pedih pada kulit paha yang memerah, Xaveer yang gemas, membalas dengan gigitan di bahu terbuka Ivanka. Lagi entah untuk yang ke berapa kali, Ivanka memaki.

"Bangsat! Sakit ya, SETAN!"

Uh ... Umpatan yang seperti puisi romantis itu.

"Iya aku juga sayang kamu," jawab Xaveer dengan tangan membelit perut Ivanka. "Sekarang kamu suka mandi. Aku kehilangan aroma kecut kamu."

"Bangke! Ngga ada aku kecut!"

Bugh!

Sikut Ivanka dipukulkan ke perut Xaveer yang memeluknya kian erat.

"Bisa kasih aku ruang untuk sendiri ngga, sih?!"

"Bukannya udah, ya?"

Ivanka mendengkus mendengar jawaban pria yang jelas selalu mengganggunya tiap waktu.

"Aku tuh--"

"Sssttt! Ya ampun!" Jemari Xaveer menguncir bibir Ivanka yang langsung memberontak kasar.

"Xaveer!"

"Diem deh coba. Mau tenang, kan? Aku juga. Jadi coba tenang. Kalem. Di--"

"Ngga ada manusia yang bisa kalem kalau di belakangnya ada setan!"

"Oowwh!" Seketika itu Xaveer terperangah. "Kamu manusia?" tanyanya retorika sebelum tergelak bahagia ketika Ivanka memutar ke samping untuk memukuli dadanya. "Hahaha! Oke oke. Sudah cukup."

Menangkap sepasang tangan kecil Ivanka namun percayalah ada begitu besar kekuatan di sepasang tangan ini, Xaveer lalu mencium masing-masing telapaknya. "Beri aku satu menit untuk peluk kamu."

Ivanka hanya bergeming. Sikap pria ini yang seolah ingin menunjukkan betapa berartinya ia namun dalam sekejap mata membuat ia merasa tak sama sekali penting, selalu saja berhasil membuat Ivanka bingung.

Pria ini menginginkan dia, barangkali sama besarnya dengan rasa ingin memiliki yang ada dalam dirinya terhadap sang suami. Namun hasrat itu tak sebesar keraguan Xaveer untuk menjadikan ia satu-satunya.

Kisah Yang Kan Pisah Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora