Part 22

7.2K 1.1K 117
                                    

Part Dua Puluh Dua

Di ujung batas kata kita
Nelangsa masih menjerat bagai belenggu
Bahagia yang masih menjadi himpunan dari asa
Sekadar menumpuk tanpa menjadi nyata

Kita menggelepar di ujung batas pisah
Tergolek lunglai bersama lara
Penantian suka cita berdua
Hanya akan menjadi aku dan kamu
Tanpa lagi kita yang kan bersama

Berjalan berdampingan dengan tangan saling menggenggam, keduanya memasuki lift yang menjadi tempat pertama untuk saling melumat bibir setelah rapat panjang di Laime Glory.

Tampak dipenuhi oleh geliat gairah, jemari yang tak mau tinggal diam saling menjamah dan meremas.

Ting!

Pertanda pintu lift akan terbuka. Segera mencipta jarak, keduanya menatap lurus ke depan, pada pintu ganda berbahan baja yang kemudian menampilkan sosok wanita yang sontak terpaku melihat penampilan keduanya yang tak bisa dikatakan baik-baik saja.

Gelungan rambut Ivanka sudah terlepas dan kini rambutnya kusut masai. Lipstik merahnya keluar dari garis bibir, lalu gaun yang terbuka di bagian belakang tampak agak terkoyak pada bagian lehernya.

Namun tak kalah berantakan dari sang istri, bibir Xaveer tampak belepotan dengan gincu merah di sekitarnya. Rambut tampak berdiri di beberapa sisi, lantas kemeja yang tak lagi berada di dalam pinggang celana.

Saling lirik karena mendapatkan pandangan aneh dari pengguna lift lain yang tak kunjung masuk, Xaveer lalu berdeham. "Silakan masuk." Dia bergeser ke kanan, memberi jarak kian jauh dari Ivanka yang ikut geser ke kiri ketika wanita yang mungkin usianya tak jauh beda darinya melangkah masuk dan segera berbalik menghadap pintu.

Ini agak memalukan.

Ivanka meringis tak enak hati karena merasa tindakan mesumnya tertangkap basah oleh orang lain. Namun ketika ia berusaha untuk mengusir perasaan malu itu, Xaveer malah kembali mendekat dan menyentuh jemarinya yang segera pria itu kunci.

Melotot penuh peringatan pada Xaveer yang agaknya mulai gila, Ivanka memundurkan wajah ke belakang ketika sang suami malah dekatkan wajah padanya. "Dia ngga lihat," bisik pria itu yang membuat adrenalin Ivanka seolah terpacu.

"Jangan macam-macam," bisiknya yang segera mendorong Xaveer sebelum pria itu benar-benar melumat bibirnya di belakang wanita yang tampak meremas kuat masing-masing jemari tangan di sisi tubuh.

Ting!

Tuhan menyelamatkan Ivanka dari perbuatan sembrono sang suami.

Segera keluar tepat ketika pintu lift terbuka, ia kemudian tinggalkan Xaveer yang langsung menyusul tanpa lupa meraih ransel yang ia jatuhkan ketika bibirnya saling beradu dengan bibir Ivanka tadi.

Keluar dari ruang kubus yang kian membakar tubuhnya dengan gairah, pria itu sempat berbalik untuk melihat pengguna lift lain yang tampak malu ketika bertemu pandang dengannya. "Maaf," ucap pria itu sebelum kemudian berbalik dan mengejar Ivanka yang sudah berada di depan pintu suite room yang akan menjadi saksi kebuasan mereka malam ini.

"Kamu gila!" tukas Ivanka yang ketika pintu terbuka, langsung menarik Xaveer dan mendorong pria itu ke daun pintu yang kemudian tertutup dengan bunyi nyaring.

"Kita sama," jawab Xaveer lalu menunduk untuk melumat bibir sang istri lagi yang tampak tak sabaran.

Melepasi satu persatu kancing kemeja Xaveer, Ivanka mengerang ketika jemari bertemu dengan puting Xaveer yang sudah mengacung.

Dia suka dengan benda yang kini sedang ia plintir hingga mencipta desah seksi suaminya.

Bagaimana cara pria ini menghidu aromanya, bernapas di ceruk lehernya, mencecap bibir dan bermain-main dengan lidahnya kemudian mengerang ketika menikmati tiap sentuhannya. Ivanka suka. Semua terlihat begitu memesona dan panas.

Kisah Yang Kan Pisah Where stories live. Discover now