Part 18

8.5K 1.3K 80
                                    

Segera merapikan handuk dan berlari cepat ke kamar mandi untuk membersihkan bagian bawahnya yang benar-benar basah. Ivanka lalu keluar tanpa peduli panggilan Xaveer yang meminta untuk ditemani.

Yang benar saja.

Dia ingin melihat kondisi mbo Wal setelah apa yang wanita paruh baya itu saksikan.

Ya ... Jangan pula mbo Wal kejang-kejang setelah lihat aksi si pria yang mengaku sakit tapi tangannya masih lincah memborbardir pertahanan Ivanka.

Harusnya ia masih benar-benar marah kepada pria itu, kan? Bukannya langsung luluh hanya karena sentuhan liar Xaveer.

Tapi dia suka bagaimana bibir pria itu menjilat tubuh yang pernah disentuh Aldi. Dia suka bagaimana pria itu berusaha menghapus jejak pria lain di tubuhnya dan dia suka dengan permainan lidah Xaveer di puncak dadanya. Sungguh. Itu ... Membuat ia seperti es batu yang mencair.

Uuh ... Berhenti Ivanka!

Dia tak boleh membayangkan sentuhan lembut Xaveer tadi.

Aah ... Itu benar-benar lembut.

"Mbooo!" Memanggil mbo Wal yang ia tebak berada di dapur, Ivanka seketika itu merona malu ketika melihat pembantu yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri itu duduk terbengong menatap bubur yang masih mengepulkan asap di dalam mangkok. "Mbo mikirin apa?" Ivanka yakin jika mbo Wal tak melihat aset milik Xaveer tadi karena tertutup oleh tubuhnya. Jadi harusnya mbo Wal tak perlu semalu ini, kan?

Aduh!

Harusnya Ivanka yang malu, sih. Tapi dia berusaha menutupi ini. Bagaimana pun ia akan selalu bertemu dengan mbo Wal, jadi bersikap malu hanya akan membuat hidupnya susah sendiri.

Mbo Wal yang wajah keriputnya tampak merona, menoleh ke arah Ivanka yang mendekat dengan rona merah yang sama. "Ya ampun ... Noon." Mbo Wal menutup wajahnya sendiri. "Malah mbo yang malu, kan!"

Langsung memeluk wanita itu dari samping, Ivanka mengulum senyum geli. "Ya abis mbo tuh kenapa ngga ketuk dulu?"

"Siapa yang mikir ke sana sih, non? Mas Xaveer loh lagi sakit."

"Ya kan tangannya ngga sakit," bela Ivanka kemudian disusul tawa renyahnya. "Ya ampun." Kini ia ikut membekap wajah. "Udah ah mbo."

Kan dia jadi makin malu kalau terus membahas ini.

"Ini udah mateng?" Ia ambil mangkok berisi bubur di hadapan mbo Wal yang kemudian mengangguk.

Wanita itu sedang berusaha melupakan apa yang dilihatnya tadi meski ini pasti sangatlah sulit.

Uh ... Pasangan ini memang suka berlaku sembrono.

Jika hanya melihat mereka berciuman saja sudah entah berapa kali. Tak terhitung jumlahnya. Tapi yang seintim ia lihat tadi benar-benar baru ia saksikan dan sungguh mbo Wal sulit membuang bayangan itu.

Dia benar-benar malu.

"Mbo Wal tadi ngapain emangnya ke atas? Madunya udah dapet? Cepet banget pulangnya."

"Ya kan minimarketnya deket toh, non!" Rasanya ingin sekali mbo Wal cubit pipi tirus Ivanka itu. "Mbo ke atas ya nyariin non! Bubur belum mateng kok dimatiin kompornya. Mbo pikir non mau ngajak ribut mas Xaveer. Wong suami lagi sakit juga."

"Eeh?"

Bisa-bisanya berpikir seperti itu.

Uh ... Ya.

Walau dia tadi memang nyaris mengajak Xaveer untuk berdebat.

Sebenarnya tiap berdekatan dengan Xaveer, Ivanka tak mampu berpikir secara rasional dan berakal.

Kisah Yang Kan Pisah Where stories live. Discover now