Part 16

7.4K 1.2K 67
                                    

Part Enam Belas

Seolah tak terjadi apapun antara dirinya dan Xaveer tadi malam. Pagi harinya Ivanka bangun tidur seperti biasa, lalu sarapan dan merengek pada mbo Wal, mengeluh karena badannya pegal-pegal.

Dia tak pernah bekerja dengan orang kecuali magang semasa kuliah--itu juga di perusahaan milik ayahnya sendiri. Setelah meraih gelar S.Mb. Ivanka memutuskan untuk langsung membangun usahanya sendiri dengan meminta modal dari sang ayah yang sukarela memberi.

Jadi pengalaman bekerja dengan orang memang minim sekali. Jadilah ketika masuk ke dunia kerja yang mana ia hanya sebagai bawahan, Ivanka merasa diri begitu tersiksa.

Tapi ia harusnya memang tak terlalu mengeluh. Karena yang ia rasakan ini pasti juga dirasakan oleh karyawan lainnya yang tertindas di bawah kuasa para senior. Jika tak ada kasta di restoran miliknya, pasti tak semenderita ini ketika ia bekerja.

"Ya udah istirahat dong non."

Menyelesaikan sarapannya, Ivanka yang tampil dengan celana bahan panjang berwarna hitam dengan kemeja yang masih sama warnanya dengan yang ia kenakan di hari pertama bekerja, lalu menggeleng tegas. "Demi masa depan Laime, mbo. Aku ngga boleh males." Lalu bibir melengkung pura-pura menangis. "Padahal pengen tidur siang." Lalu hampiri mbo Wal untuk memeluk wanita itu. "Aku pergi dulu, ya? Bye Selena Gomes ku sayang." Mengecup pipi pembantunya itu, Ivanka melenggok santai keluar rumah.

Sebenarnya tadi ia sempat menoleh ke kiri dan ke kanan. Mencari penghuni lain yang tak ikut sarapan. Tapi ingin menanyai keadaan pria itu ia agak gengsi. Jadi memilih untuk menelan rasa penasaran, Ivanka pergi bekerja dengan hati gundah.

Ayolah!

Dia tak seabai itu.

Setelah tadi malam hampir benar-benar membidik kepala Xaveer, tentunya sikap santai yang ia tunjukkan sekarang hanya bagian dari pura-pura belaka.

Tiba di Laime Glory, kali ini tak pernah terlambat lagi. Karena ia ingin memberi contoh untuk karyawannya yang lain agar datang tepat waktu. Ivanka langsung berjalan menuju loker untuk menyimpan tas KW miliknya.

Dia tak tahan memakai milik mbo Wal yang merah merona itu. Jadilah ia sempatkan diri untuk belanja online yang bisa sampai dalam waktu tiga jam saja ke rumahnya.

Ia beli tas palsu yang memiliki desain lebih cantik seperti aslinya. Dan yang penting, tidak norak.

Ia merasa jika tas mbo Wal membuat ia menjadi pusat perhatian ketika menggunakannya.

"Udah sampai, Yes?"

Ivanka mendengar suara di belakangnya.

Kemarin ketika ia dipanggil dengan nama samarannya, ia akan diam tak merespon. Tapi setelah hampir lima hari dipanggil dengan nama ini, sekarang ia pun jadi bisa menyesuaikan diri

"Eeh mba Utari." Ia tersenyum pada salah seorang pelayan wanita yang ia panggil mba karena usianya ... sama dengannya, sih. Tapi sekarang ia menyamar menjadi Yessy yang baru berusia dua puluh empat dan orang percaya.

Yaah ... Dia memang semuda itu--jika tak menggunakan make up tebal.

"Monik belum dateng, ya? Yang nyuruh datang cepet, tapi dia telat terus."

Wanita yang berbincang ramah dengannya ini adalah pelayan yang baru bekerja tiga bulan di sini.

Hal yang Ivanka sukai adalah karena wanita ini ramah dan tak sombong padanya yang notabene karyawan baru.

Namun sayangnya Utari masuk ke dalam daftar hitam orang-orang yang akan Ivanka pecat. Pasalnya ... Utari ikut menikmati uang curian dari Andika yang memintanya tutup mulut--termasuk berbohong pada Damian yang suka menanyai gerak-gerik mencurigakan dari Andika.

Kisah Yang Kan Pisah Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon