Part 29 & 30

7.8K 1.3K 231
                                    

Part Dua Puluh Sembilan

Ini bukan sandiwara untuk menipu pria yang seharian ini selalu menggenggam tangannya. Mereka melempar saling senda gurau tanpa cekcok yang hanya mengacaukan suasana.

Ivanka menikmati waktunya bersama Xaveer yang terus menciumnya di berbagai kesempatan yang ada seolah waktu mereka bercengkerama di dalam kamar masih kurang jauh untuk luapkan kasih pria itu padanya.

Ini tentunya bukan pura-pura. Ivanka yang enggan bersandar layaknya wanita pada prianya, hari ini selalu memanggil Xaveer untuk hal-hal remeh temeh yang biasanya bisa wanita itu kerjakan sendiri.

Ya ... Hari ini saja Ivanka ingin menjadi wanita lemah yang selalu membutuhkan dukungan pasangannya.

"Bukain." Duduk di salah satu kursi kayu yang ada di pinggiran jalan kecil di hutan pinus yang tak terlalu luas, Ivanka menyerahkan botol minumannya pada Xaveer yang duduk di atas tanah yang berserak rontokan daun Pinus yang mengering.

Kursi yang Ivanka duduki tak cukup untuk mereka berdua, karenanya Xaveer mengalah.

Tersenyum ketika ia ambil botol minuman dari tangan sang istri, Xaveer segera membukanya dengan mudah. Pekerjaan yang bisa Ivanka lakukan sendiri namun ia senang jika wanita ini sudi merepotkannya untuk hal-hal seperti ini. Ia jadi merasa benar-benar seperti seorang suami.

Menatap Ivanka yang meneguk minumannya, Xaveer menyandarkan dagu di atas lutut wanita itu tanpa mampu memupus senyum.

Hari ini rasanya damai sekali.

"Aku lapar." Menyerahkan botolnya kembali pada Xaveer, wanita itu lalu mengeluh. "Ada yang jual pop mie ngga di sekitar sini?"

"Balik dulu ke Villa kalau mau."

Ivanka yang siang tadi tak makan terlalu banyak lalu mengangguk. "Mau dong."

Biasanya dalam keadaan begini Ivanka akan bergerak sendiri tanpa merengek padanya. Tapi sekarang ... Aah ia jadi ingat bagaimana Ivanka yang meminta digenggam ketika melewati aliran sungai kecil tadi. "Tunggu di sini ngga apa-apa?" Jemari Xaveer menyingkirkan anak rambut di pipi Ivanka yang tampak lucu dengan topi rajut di kepala.

"Aku tunggu." Wanita itu balas mengusap pipi sang suami. "Sama kopi susu, ya?"

"Tuan putri manja banget hari ini." Berdiri, Xaveer mengecup kening Ivanka sebelum pergi dengan langkah cepat yang lebih pantas disebut lari.

Melihat pria itu yang terburu-buru, Ivanka tersenyum geli.

Xaveer juga manis sekali hari ini.

Menunggu sambil melihat suasana sepi nan asri yang mengelilingi, Ivanka sandarkan punggung ke pohon pinus ketika pikirannya tiba-tiba melayang ke rencana yang akan ia realisasikan.

Entah ini akan mudah ia lalui atau malah begitu sulit hingga membuat ia ingin menyerah. Tapi yang jelas Ivanka tak mau kembali lagi sebelum hati benar-benar bisa lupa akan sosok yang sudah menguasai hatinya.

Tanpa permisi Xaveer menyusup ke palung terdalam di balik dada, masuk tanpa mengetuk dan membuatnya cinta, lalu rasa yang berusaha ia tampik mulai mengusik, merongrong dengan kasar agar Ivanka miliki Xaveer untuk dirinya saja.

Tapi hal itu jelas tak bisa.

Ivanka tak mau menjadi gila dengan memaksa Xaveer tinggalkan keluarga pria itu demi dirinya saja yang bahkan hanya memberi kesenangan sesaat.

Entah apa yang ada di pikiran Ivanka saat ini. Tangannya tiba-tiba mengusap perut dan membayangkan bagaimana jika ada anak yang lahir dari rahimnya.

Akankah Xaveer akan menyayangi anak mereka seperti pria itu menyayangi Gustav?

Kisah Yang Kan Pisah Where stories live. Discover now