Part Empat

9.9K 1.6K 276
                                    

Waktu pun ikut bertaruh
Tak terulur meski diharap tuk diam
Detik yang hilang tiap hela napas terbuang
Kita dikejar oleh hubungan yang kan usai

Sayang ... Bisakah kita bertahan?
Lupakan jarak yang jadi penghalang
Sayang ... Bukankah kita harus berjuang?
Atau waktu memang harus menelan semua angan

Satu tahun pertama pernikahan adalah masa di mana perang itu terasa begitu nyata. Tak ada perdebatan yang pelik, hanya adu kelicikan untuk saling mengalahkan.

Namun memang Ivanka akui jika ia tak melakukan hal yang terlampau ekstrim lagi usai ia racuni sang suami. Untung ia tak dilaporkan ke polisi. Apa jadinya kalau ia di penjara hanya karena tak terima karena ternyata ia adalah istri kedua.

Saat ini hal paling jahat yang ia lakukan pada Xaveer hanyalah mencoba untuk melukai pria itu. Setelah tahu ia hanyalah alat untuk menyelamatkan anak Xaveer--sebut saja namanya Tono--ia hanya berpikir untuk membalas kejahatan pria itu dengan memberi siksaan perlahan.

Sayang kalau langsung dibuat mati.

Nanti dia jadi tak ada mainan.

Tapi tahu kalau dirinya salah. Bukannya berlagak penuh penyesalan, si suami laknat itu selalu saja membalas perbuatan keji Ivanka.

Contoh adalah pagi kemarin ketika ia gigit hidung pria itu. Rambutnya pun ditarik hingga rontok beberapa lembar.

Lalu malamnya usai semua teman yang diundang untuk bersilahturahmi ke rumah pulang, Ivanka yang kesal karena rumahnya jadi berantakan mengacaukan ruang kerja Xaveer. Ada buku catatan milik pria itu yang Ivanka sobek beberapa lembar lalu ia bakar.

Hasilnya adalah ia diceburkan oleh sang suami ke dalam kolam. Masalahnya itu pukul dua malam. Dan ketika ia entaskan diri dari pelukan dingin, tubuhnya kembali dilempar bahkan sebelum ia membalas pria itu.

Empat kali lemparan sampai kemudian Xaveer meninggalkan dirinya yang sudah menggigil kedinginan.

Lagian Xaveer ini kuno sekali. Jika memang catatan itu penting, mengapa tak dipindah ke laptop saja sih?

Apa memang sekuno itu si Xaveer itu?

"Non ini jahe angetnya."

Bergelung selimut bahkan ini tengah hari dan AC pun tak dinyalakan. Mbo Wal datang dengan raut iba.

Tadi malam wanita setengah abad lebih ini bahkan menangis ketika Xaveer terus menyiksa Ivanka. Pun ketika dulu Ivanka pernah membenamkan Xaveer ke dalam kolam dengan pemberat yang diikat ke kaki--pria itu mabuk berat saat itu--mbo Wal juga hanya bisa menangis dan meminta mereka untuk berhenti saling mengancam seperti itu.

Kasihan ya.

Sudah tua, bukannya diberi ketenangan tapi majikan mudanya selalu saja memberikan shock terapi pada jantungnya yang sudah lemah.

Benar-benar malang.

"Obat dari dokter udah diminum kan, non?"

Tak mampu menyat dari kasur. Ivanka hanya mengangguk saja.

Dia benar-benar sakit.

"Non ada yang telepon itu." Ponsel yang ada di atas nakas diserahkan padanya dan melihat ada panggilan masuk dari Tasyi.

Menjawab dengan suara menggigilnya, tanya cemas segera ia dapat dari si model yang sekarang sudah mulai kekurangan job. Jadi fokus dengan pekerjaan kantor yang diberikan si kakak tiri. "Lo ngga apa-apa, beb?"

"Demem aja."

Hari ini harusnya ia ke Sukabumi bersama Joana. Tapi gara-gara Xaveer sahabatnya itu harus pergi seorang diri. Teman yang lain sibuk semua. Sementara Raddine yang paling luang belum berani melakukan perjalanan jarak jauh.

Kisah Yang Kan Pisah Where stories live. Discover now