Part 17

8.1K 1.3K 141
                                    

Aku tertatih karena mencinta
Bukan tak bahagia
Namun tahu aku bukan satu-satunya

Sesakku oleh cemburu
Meradang hilangkan logika
Padahal aku yang kedua
Ingin kujadikan kau milikku saja

Serakah kah aku?
Aku enggan menghidu aromanya dari dirimu
Enggan kudengar namanya dari mulutmu
Namun aku....
Bahkan tak bisa meyakinimu
Jika cukup denganku
Kita pasti bahagia

Ah ... Sial!

Ini semua semu

Wanita itu berendam air hangat, merilekskan tubuh yang digempur selama lima hari ini. Sambil menikmati sweet wine yang ia ambil dari gudang penyimpanan milik Xaveer--tanpa izin tentunya--ia mulai membayangkan apa yang akan terjadi besok.

"Oh ... Aku belum telepon Damian." Ketika teringat apa yang harus dilakukan sebelum menggelar rapat besar, Ivanka meraih ponselnya yang ada di samping kepala yang bersandar santai. Lalu ia hubungi orang kepercayaannya itu.

"Halo Dam?"

"Halo, bu? Gimana hari ini?"

"Berjalan seperti biasa. Oh ya, infokan ke yang lain besok Laime Glory tutup, ya?"

"Cuma yang di Senopati, kan?"

"Semua, Damian."

"Tapi besok sampai jam tiga sore ada yang booking dua ruang VIP, bu."

Alis Ivanka lantas bertaut. "Kenapa ngga bilang?"

"Aku ngga tau kalau ibu mau liburin besok."

Berdecak agak sebal, Ivanka lalu mengangguk.

Padahal ia sudah semangat sekali menanti hari esok.

"Ya udah. Kalau gitu besok tetap buka. Tapi jam empat bisa kumpul di Senopati? Semuanya ya. Jam empat Laime berhenti aktivitas dulu."

"Oke kalau begitu, bu. Yang harus aku siapkan apa lagi ya, bu?"

"Sudah ngga ada." Ivanka sudah siapkan sendiri semuanya.

Memutus panggilan setelah urusannya dengan Damian selesai, ia kemudian membuka ruang obrolan di grup. Melihat antusiasme para sahabat yang ingin ikut melihat aksi Ivanka memecat banyak karyawannya besok.

Berbincang sebentar di dalam grup yang kembali heboh. Panggilan dari Beti membuat ia mengerang sebal.

Mengapa ia menghubungi Damian untuk berkumpul besok karena enggan berbicara dengan Beti lagi. Sudah muak. Tapi wanita tak tahu diri ini malah menghubunginya.

Mengabaikan panggilan tersebut, Ivanka habiskan wine dari gelasnya sebelum kemudian berdiri, tinggalkan kamar mandi dengan panggilan telepon yang tetap berdering.

Menggunakan handuk kimono, ia langsung menuju meja rias. Wajahnya yang jarang ia beri makan ini mulai ngambek. Lihat jerawat yang tumbuh di dahi, dagu, dan pipi.

Dia harus pergi perawatan dulu besok.

Sepertinya melihat bagaimana wajah cepat sekali kusam dan berjerawat, Ivanka harus lebih rajin memperhatikan diri mulai sekarang.

Bahaya kalau dia tak cantik lagi.

Memoleskan serangkai krim perawatan di wajah hingga selesai, sebuah permen lolipop kemudian mencuri perhatian Ivanka yang ingin berganti pakaian.

"Maaf."

Ugh!

Permintaan maaf itu.

Sudah meminta maaf lalu membuat masalah lagi. Ribut lagi. Bertikai terus.

Kisah Yang Kan Pisah Where stories live. Discover now