Part Sembilan

8.3K 1.3K 69
                                    

Jiwaku terjebak dalam kekangan derita
Namun tawaku melayang seolah tak kenal luka

Aku tahu nyatanya semua hanya pura-pura
Karena air mata yang tak pernah jatuh ini
Pernah terkuras habis untuk menangisi semua lara

Ya ... Sandiwara membuatku lupa bagaimana merasakan luka
Atau barangkali aku memang sudah tak bisa membedakan
Mana duka mana bahagia

 

Tuhan mungkin sedang membalasnya. Untuk perbuatan buruk di masa lalu. Namun ia hanya tak menyangka imbasnya akan sesakit ini. Satu-satunya orang yang benar-benar peduli, kemudian beranjak menghindari.

Irish tak jahat. Hanya saja kebaikan yang ditunjukkan selalu tak bisa Ivanka terima. Rasa iri berubah menjadi dengki hanya karena Vanya selalu mengutamakan adiknya. Selalu Irish dan Irish di tiap saatnya. Hingga kemudian semua cinta yang Irish beri bahkan tak sama sekali tampak untuknya yang sudah berkubang dalam lautan benci.

Hingga kemudian kesalahan fatal yang ia buat, mencipta jarak antara dirinya dan saudari yang dulu selalu bertanya; "Ulangtahun kakak mau kado apa? Nanti aku siapin."

Mereka memiliki jarak dua bulan untuk tanggal kelahiran. Irish di bulan Februari, Ivanka di bukan April. Namun di bulan Januari Irish sudah bertanya apa yang Ivanka inginkan. Karena ketika wanita itu bertambah usia, ia akan meminta kado yang Ivanka inginkan pada ayah dan ibu.

Bukan untuk membuat Ivanka kian iri. Ya ... Alih-alih memiliki itu untuk diri sendiri, Irish akan menyerahkan kado tersebut pada Ivanka di bulan April. Hari ulang tahun kakak yang tak pernah disambut baik oleh Vanya.

Tapi ... Ya begitulah cara kerja dengki. Ia menutupi limpahan cinta yang kita terima hingga ketika ada yang tulus merangkul kita, kita malah mendepaknya.

Tiap kado yang Irish beri selalu Ivanka hancurkan di hadapan wanita itu. Hingga kemudian di hari jadi ke dua puluh, Irish tak bertanya apa yang Vanka mau. Wanita itu hanya tiba-tiba datang dan memberikan sweater hasil rajutan tangan Irish sendiri.

"Aku bikin kembar. Satu mama, satu kakak, satu aku. Bulan depan kita mau ke  Swiss, kan? Kita bisa pakai ini."

Ah ... Sial!

Ivanka malah membakarnya.

Di hadapan wanita itu. Ivanka membakarnya. Namun bukan itu saja. Setengah kamar milik Irish pun ikut terbakar karena ulah kejinya.

Tapi ... Itu salah Irish yang menarik dirinya ke kamar wanita itu. Jika saja Irish memberikan sweater merah muda itu di kamar Ivanka sendiri, tentulah kamarnya yang akan terbakar, kan?

"Seenggaknya lo pamitan dulu!"

Tersentak di tempatnya, Ivanka yang larut dalam masa lalu yang terus ingin ia lupakan namun hanya menjumpai gagal, menoleh pada Xaveer yang baru masuk ke dalam mobil.

"Lama banget, sih?"

"Memangnya gue tuh elo, yang habis makan langsung pergi tanpa permisi?"

Xaveer kemudian menyalakan mobilnya dan senyum tipis terpatri di wajah ketika melihat pemberiannya untuk Ivanka divawa oleh wanita itu dan di letakkan di dekat kaki. Tak apa.

Ivanka tak mungkin akan menginjaknya dengan sengaja.

"Gue minta dibuatkan sesuai ukuran. Lo udah periksa? Barangkali ada yang sedikit melenceng?"

Kembali diam menatap halaman rumah orangtua yang memiliki ciri khas Irish sekali. Penuh bunga dan beberapa patung Flamingo kesukaan anak kesayangan Vanya, Vanka kemudian melirik Xaveer yang mulai melajukan kendaraannya.

Kisah Yang Kan Pisah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang